Timeline Kebijakan Tarif : Eskalasi Dagang Trump Mengguncang Ekonomi Global

594
Indonesia Tarif
Sumber: Youtube

(Vibiznews – Economy & Business) Sejak resmi menjabat pada 20 Januari 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump meluncurkan serangkaian kebijakan tarif yang mengejutkan pasar keuangan global dan menciptakan ketidakpastian yang luas dalam arsitektur ekonomi internasional. Kebijakan ini menandai pergeseran besar dari liberalisasi perdagangan ke arah proteksionisme, yang berdampak langsung pada rantai pasok global, hubungan dagang antar negara, dan strategi perusahaan multinasional.

Berikut adalah timeline  kebijakan tarif peristiwa-peristiwa utama yang menandai pergeseran drastis menuju proteksionisme ini.

Februari: Dimulainya Eskalasi dengan Kebijakan Tarif

Pada 1 Februari, Trump mengejutkan pasar dengan memberlakukan tarif 25% atas produk impor dari Meksiko dan sebagian besar barang dari Kanada, serta tarif 10% atas berbagai produk asal China. Ia beralasan bahwa kebijakan tersebut ditujukan untuk menanggulangi imigrasi ilegal dan perdagangan narkoba, terutama fentanyl.

Dua hari kemudian, pemerintah AS memberikan penangguhan sementara selama 30 hari kepada Meksiko dan Kanada sebagai bagian dari negosiasi mengenai keamanan perbatasan. Namun, tidak ada konsesi serupa terhadap China, yang menjadi pusat perhatian utama dalam kebijakan perdagangan Trump.

Pada 7 Februari, Trump menunda pelaksanaan tarif terhadap paket bernilai rendah dari Tiongkok, sambil menunggu sistem pemungutan pajak yang lebih efisien.

Lalu pada 10 Februari, tarif atas baja dan aluminium ditetapkan menjadi 25% tanpa pengecualian negara, yang berdampak besar terhadap industri manufaktur dan konstruksi global.

Maret: Manuver Tarif Trump dan Respons Pasar Otomotif

Memasuki Maret, strategi tarif Trump menjadi semakin agresif dan terstruktur.

Pada 3 Maret, diumumkan bahwa tarif 25% terhadap produk Kanada dan Meksiko akan mulai diberlakukan pada 4 Maret. Secara bersamaan, tarif untuk barang-barang China yang dikaitkan dengan fentanyl dilipat gandakan menjadi 20%.

Dua hari setelahnya, Gedung Putih memberikan penundaan tarif selama satu bulan terhadap kendaraan tertentu dari Kanada dan Meksiko, setelah adanya pertemuan dengan CEO dari perusahaan otomotif besar seperti General Motors, Ford, dan Stellantis. Kebijakan ini menunjukkan adanya ruang kompromi bagi perusahaan multinasional yang memiliki lobi kuat di Washington.

Pada 6 Maret, produk yang tercakup dalam perjanjian dagang Amerika Utara (United States-Mexico-Canada Agreement /USMCA) diberikan pengecualian untuk sementara.

Namun pada 26 Maret, Trump kembali memperluas kebijakan tarifnya dengan menetapkan bea masuk sebesar 25% atas seluruh impor mobil dan truk pickup, langkah yang secara luas dianggap sebagai sinyal tekanan terhadap sektor otomotif global.

April: Lonjakan Tarif dan Respons Pasar terhadap Kebijakan Ekonomi AS

April menjadi momen krusial dengan diberlakukannya tarif menyeluruh sebesar 10% atas seluruh impor AS, disertai bea tambahan terhadap negara-negara mitra dagang utama. Langkah ini memicu koreksi tajam di pasar modal global, dengan aksi jual di berbagai bursa utama dunia.

Pada 9 April, tarif produk China dinaikkan drastis menjadi 125%, yang jika digabungkan dengan bea sebelumnya, total tarif mencapai 145%.

Empat hari kemudian, pemerintah AS memberikan pengecualian terhadap barang elektronik seperti ponsel dan komputer, sebagian besar diimpor dari China, merespons kekhawatiran perusahaan teknologi dan investor sektor TMT (Teknologi, Media, Telekomunikasi).

Pada 22 April, AS meluncurkan penyelidikan atas impor farmasi dan semikonduktor atas dasar keamanan nasional, menandakan bahwa sektor-sektor strategis juga akan masuk dalam radar tarif.

Mei: Dari Gencatan dengan China ke Tekanan atas Uni Eropa dan Apple

Pada 4 Mei, tarif 100% diberlakukan terhadap semua film asing yang masuk ke AS, menambah dimensi kebijakan ke sektor budaya dan hiburan.

Pada 9 Mei, AS mencapai kesepakatan parsial dengan Inggris, yang mempertahankan tarif 10% atas ekspor Inggris namun membuka akses pasar lebih besar untuk produk agrikultur dan otomotif.

Pada 12 Mei, terjadi gencatan senjata dagang sementara antara AS dan China : tarif AS atas produk China diturunkan dari 145% menjadi 30%, sementara China menurunkan tarifnya dari 125% menjadi 10%. Ini disambut positif oleh pasar, terlihat dari rebound di indeks saham global dan penguatan yuan.

Pada 13 Mei, tarif terhadap paket kecil asal China (di bawah $800) diturunkan dari 120% menjadi 54%, yang meringankan beban sektor e-commerce lintas negara dan logistik.

Namun, ketegangan kembali meningkat.

Pada 23 Mei, Trump mengumumkan rencana tarif 50% atas seluruh produk asal Uni Eropa mulai 1 Juni dan mengancam Apple dengan tarif 25% atas iPhone jika tidak diproduksi di AS. Hal ini berdampak mengirimkan sinyal risiko politik terhadap rantai pasok teknologi global.

Tarif : Imbas terhadap Perusahaan, Investor, dan Bank Sentral

Gelombang kebijakan tarif ini telah menciptakan ketidakpastian tinggi di pasar global, memicu volatilitas di saham, obligasi, dan mata uang. Perusahaan multinasional menghadapi tantangan dalam perencanaan logistik dan strategi ekspansi lintas negara. Investor institusional harus menyesuaikan portofolio mereka dengan risiko geopolitik yang meningkat.

Sektor-sektor yang paling terdampak antara lain otomotif, semikonduktor, elektronik konsumen, logistik global, serta pertanian. Selain itu, kenaikan biaya input akibat bea masuk juga menekan margin perusahaan, memperbesar risiko profit warning dan revisi laba.

Di sisi makro, tekanan pada inflasi dari sisi suplai diperkirakan meningkat, yang dapat mempersulit bank sentral dalam merumuskan kebijakan moneter. Federal Reserve, misalnya, menghadapi dilema antara menstabilkan harga dan mendukung pertumbuhan di tengah ketegangan dagang yang menciptakan ketidakpastian bisnis dan investasi.

Strategi perdagangan Trump yang berbasis pada tekanan bilateral dan kebijakan tarif unilateral secara mendasar menggeser paradigma perdagangan internasional. Perusahaan kini harus menghadapi dunia dengan tingkat ketidakpastian kebijakan yang lebih tinggi, di mana keputusan politik bisa mengubah peta bisnis global dalam hitungan jam.