(Vibiznews – Economy & Business) – Dolar Amerika Serikat (AS) masih mengalami pelemahan yang berlanjut. Tentu saja kondisi ini menjadi panggung bagi valuta emerging market untuk menguat.
Berdasarkan data real-time Trading Economics, Selasa (27/5) pukul 13.38 WIB menunjukkan indeks dolar AS (DXY) berada di level 99,050 bps. Angka ini turun 1,45% dalam sepekan.
Sejalan dengan itu, berbagai valuta emerging market terpantau menguat.
Misalnya saja rupe India (INR) yang menguat 0,64% dalam seminggu ke level 85,26 rupe per dolar AS dan ringgit Malaysia (MYR) yang menguat 1,8% dalam seminggu ke level 4,221 ringgit per dolar AS.
Memang secara keseluruhan, indeks MSCI emerging market yang menunjukkan return total dari valuta meningkat tipis 0,01% secara harian. Namun dalam kumulatif sebulan, peningkatannya sudah mencapai 5.70%.
Analis Vibiz Research Center melihat bahwa penguatan valuta-valuta emerging market saat ini semata-mata didorong penundaan kebijakan tarif AS.
Hal itu memicu sentimen risk on yang mendukung mata uang negara-negara emerging market.
Pelemahan dolar AS sendiri terutama dipicu oleh menurunnya sentimen investor dari kebijakan-kebijakan kontroversi dan sikap inkonsistensi Trump.
Pelemahan dolar AS yang terjadi saat ini sebenarnya tidak lazim, karena kondisi global yang masih tak pasti, justru biasanya mendorong penguatan dolar AS sebagai salah satu safe haven. Namun pandangan tersebut telah berubah, investor kini lebih menyukai yen (JPY) dan Franc (CHF) sebagai valuta safe haven.
Sementara itu berdasarkan pengamatan pasar, penguatan rupe didasari oleh basis depresiasi yang cukup besar sebelumnya.
Akibatnya, pelemahan dolar AS kali ini langsung berdampak positif, di samping keyakinan pasar terhadap ketahanan negara tersebut.
Sedangkan untuk ringgit, apresiasinya juga didorong prospek pertumbuhan ekonomi Malaysia yang lebih kuat.
Potensi Penguatan Rupiah Lebih Terbatas
Sebagai mata uang emerging market, rupiah tentu tak ketinggalan menguat terhadap dolar AS. Namun, ke depannya penguatan rupiah mungkin lebih terbatas. Rupiah terhadap dollar AS sore ini melemah 0,30% atau 49 poin ke level Rp 16.284 dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 16.235.
Rupiah terpantau terkoreksi di hari keduanya dari overbought area sebelumnya.Sebagai informasi, dalam sepekan rupiah telah terapresiasi sebesar 0,99%. Dampak penguatan ini sudah terealisasi.
Penguatan Rupiah selama seminggu yang cukup besar, sangat wajar apabila terdampak aksi ambil untung. Investor masih belum terlalu berani menahan posisi mengingat sikap Trump yang berubah terus.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting



