Suku Bunga dalam Persimpangan: The Fed, Tarif Trump, dan Dilema Inflasi

495

(Vibiznews – Economy & Business)
Polarisasi di Internal The Fed: Dua Kubu yang Semakin Jelas

Perdebatan internal mulai mencuat di tubuh Federal Reserve mengenai apakah bank sentral sebaiknya mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, atau mulai membuka ruang untuk penurunan suku bunga pada akhir tahun ini. Ketegangan ini muncul di tengah upaya The Fed memahami seberapa lama dampak inflasi dari kebijakan tarif Presiden Trump akan bertahan.

Para pembuat kebijakan terpecah menjadi 2 kubu utama, yakni :

  1. Kubu pertama cenderung melihat tekanan inflasi akibat tarif sebagai faktor sementara, yang dapat “dibiarkan lewat” atau diabaikan dalam pengambilan keputusan suku bunga. Pendekatan ini membuka ruang bagi kemungkinan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
  2. Kubu lainnya lebih berhati-hati, dengan alasan bahwa inflasi akibat tarif bisa bersifat persisten, terutama jika eskalasi perang dagang terus berlanjut dan memicu ekspektasi inflasi jangka panjang.

Di tengah situasi global yang semakin tidak pasti, baik mulai dari ketegangan geopolitik, gangguan rantai pasok, hingga intervensi perdagangan bilateral. Perdebatan ini bukan sekadar teknis soal inflasi atau pengangguran. Ini adalah pertarungan ideologis antara “strategi menahan” dan “intervensi dini” untuk melindungi daya beli dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Waller: Efek Tarif Bersifat Sementara, Suku Bunga Bisa Dipangkas Jika Data Mendukung

Salah satu tokoh utama dari kubu pertama adalah Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller. Gubernur The Fed, Christopher Waller, dengan tegas berpihak pada kelompok dovish. Dalam pidatonya di Seoul, Korea Selatan, ia secara eksplisit menyatakan bahwa ia mendukung untuk “melihat tembus” efek tarif terhadap inflasi jangka pendek dan tidak menjadikan tekanan tersebut sebagai dasar kebijakan suku bunga.

“Mengingat keyakinan saya bahwa inflasi akibat tarif tidak akan bertahan lama dan bahwa ekspektasi inflasi tetap tertambat, saya mendukung pendekatan untuk tidak bereaksi terhadap tekanan inflasi dari tarif dalam menentukan suku bunga kebijakan,” ujar Waller.

Argumen Waller didasarkan pada asumsi bahwa pasar tenaga kerja yang kokoh dan arah inflasi yang stabil memberikan cukup ruang bagi The Fed untuk tetap fleksibel dan “wait and see”. Ia juga menekankan bahwa jika tarif efektif bertahan di sekitar 15%, maka tekanan harga tidak akan bertahan lama dan tidak cukup menjadi alasan untuk mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka panjang. Pemangkasan suku bunga bisa menjadi langkah “kabar baik” yang akan ia dukung di paruh kedua 2025.

Goolsbee: Ketidakpastian Tarif Seperti “Debu di Udara”

Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, menggunakan metafora dramatis dengan menyebut tarif sebagai “debu di udara” yang mengarahkan pandangan terhadap arah ekonomi.

Namun, ia masih optimistis bahwa secara fundamental ekonomi AS tetap berada di jalur pemulihan dan membuka ruang untuk pelonggaran moneter lebih lanjut, asalkan gangguan jangka pendek mereda.

Kubu Hawkish: Logan dan Kashkari Tak Gentar Melawan Tekanan Politik

Di sisi lain, sikap hawkish diperlihatkan oleh Lorie Logan (Dallas Fed) dan Neel Kashkari (Minneapolis Fed), yang tegas menolak tekanan untuk memangkas suku bunga. Mereka khawatir bahwa tarif dapat menciptakan efek domino inflasi jangka panjang, terlebih jika perang dagang menjadi permainan jangka panjang yang bersifat balas-membalas antar negara.

“Kita harus mempertahankan suku bunga saat ini hingga ada kejelasan arah tarif dan dampaknya terhadap harga. Saya menganggap penting menjaga ekspektasi inflasi jangka panjang,” ujar Kashkari.

Logan bahkan mengirimkan sinyal keras menanggapi tekanan dari Presiden Trump untuk memangkas suku bunga. Ia menekankan bahwa kebijakan moneter bukan instrumen politis jangka pendek, dan setiap perubahan suku bunga harus berdasarkan data forward-looking, bukan tuntutan sesaat.

“Pemangkasan suku bunga bisa menyenangkan dalam jangka pendek, tapi bisa memicu spiral inflasi dalam jangka panjang,” kata Logan.

Siapa yang Akan Menang dalam Pertarungan Kebijakan Moneter 2025?

Dinamika Politik dan Independensi The Fed
Presiden Trump kembali menghidupkan tensi antara Gedung Putih dan The Fed, terutama karena dorongan politik untuk pelonggaran moneter menjelang pemilu. Namun, Logan dan Kashkari jelas berdiri pada prinsip independensi bank sentral, menolak kebijakan yang didorong motif elektoral.

Inflasi: Tekanan Jangka Pendek vs Risiko Persisten
Kubu dovish percaya bahwa inflasi akibat tarif adalah gangguan jangka pendek yang bisa ‘diabaikan’ dalam kerangka jangka panjang. Sebaliknya, kubu hawkish menilai bahwa pengulangan pola tarif dan gangguan rantai pasok bisa menjangkit perekonomian seperti luka yang membusuk, dampaknya lambat namun bisa makin parah.

Suku Bunga dan Psikologi Pasar
Pemangkasan suku bunga di tengah inflasi yang belum sepenuhnya jinak bisa mengganggu kredibilitas The Fed di mata pasar, menciptakan ketidakpastian, dan bahkan memicu ekspektasi inflasi yang tak terkendali. Sebaliknya, mempertahankan suku bunga terlalu lama juga bisa menekan sektor-sektor sensitif suku bunga seperti perumahan dan konsumsi.

Jalan di Tengah Kabut

Notulen pertemuan FOMC terakhir menunjukkan bahwa beberapa anggota melihat tarif atas bahan baku seperti baja dan aluminium dapat menciptakan inflasi jangka menengah. Sementara itu, ada pula keyakinan bahwa resistensi konsumen terhadap harga tinggi dan negosiasi dagang dapat mengimbangi tekanan harga.

Kondisi ini menempatkan The Fed di jalan sempit: terjebak antara tekanan politik dan tanggung jawab institusional untuk menjaga stabilitas jangka panjang.

Dengan ekspektasi tarif akan mencapai puncaknya pada paruh kedua 2025, keputusan suku bunga berikutnya akan sangat ditentukan oleh data inflasi aktual, kekuatan pasar tenaga kerja, dan arah kebijakan fiskal dari Gedung Putih.

Di tengah ketidakpastian global, satu hal yang pasti: apapun keputusan The Fed, dampaknya akan berimbas bukan hanya  melampaui dinding Wall Street, tetapi juga ke dompet, kredit rumah, dan investasi masyarakat luas.