(Vibiznews – Economy & Business) – Dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia Juni 2025, Bank Indonesia (BI) memprakirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2025 berada dalam kisaran 4,6–5,4%.
Berbagai respons kebijakan terus diperkuat BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi baik dari sisi permintaan domestik maupun eksternal. Pertumbuhan Ekonomi 2025 ditopang oleh Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang tetap baik.
Hal ini seiring dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing ke investasi portofolio, sehingga mendukung ketahanan eksternal. Neraca perdagangan pada April 2025 mencatat surplus sebesar 0,2 miliar dolar AS. Melanjutkan surplus pada Maret 2025 sebesar 4,3 miliar dolar AS.
Kinerja positif ekspor ini diprakirakan akan terus berlanjut pada triwulan II 2025, terutama didukung oleh ekspor komoditas minyak kelapa sawit (CPO). Juga mesin listrik, besi baja, dan kimia organik.
Aliran masuk modal asing ke instrumen portofolio domestik terutama dalam bentuk SBN juga terus berlanjut. Ini sejalan dengan tetap baiknya prospek perekonomian Indonesia, tingginya imbal hasil instrumen keuangan Indonesia, dan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.
Aliran masuk modal asing ke SBN pada triwulan II 2025 (hingga 16 Juni 2025) mencatat net inflows sebesar 1,7 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa pada akhir Mei 2025 tetap tinggi sebesar 152,5 miliar dolar AS.
Ini setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Secara keseluruhan, NPI 2025 diprakirakan tetap baik Hal ini ditopang defisit transaksi berjalan yang diprakirakan lebih rendah dalam kisaran defisit 0,5% sampai dengan 1,3% dari PDB. Dan surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut, di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.
Nilai tukar Rupiah menguat didukung kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan peningkatan pasokan valas oleh residen dan nonresiden.
Demikian juga nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada Juni 2025 (hingga 17 Juni 2025) menguat sebesar 0,06% (ptp). Jika dibandingkan dengan posisi akhir bulan sebelumnya.
Penguatan Rupiah juga terjadi terhadap kelompok mata uang negara berkembang mitra dagang utama Indonesia. Dan kelompok mata uang negara maju di luar dolar AS.
Perkembangan ini dipengaruhi aliran masuk modal asing, terutama instrumen SBN dan pasokan valas dari residen, khususnya korporasi. Ini sejalan kenaikan konversi valas ke Rupiah oleh eksportir pasca implementasi penguatan kebijakan Pemerintah terkait Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA).
Ke depan, nilai tukar Rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.
Bank Indonesia terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi terukur di pasar off-shore NDF. Dan strategi triple intervention pada transaksi spot, DNDF, dan SBN di pasar sekunder.
Seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI
Hal ini dilakukan untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting



