The Fed Bertahan : Inflasi Masih Tinggi, Ekonomi Melambat, Isyaratkan Dua Kali Pemangkasan Tahun Ini

279

(Vibiznews – Economy & Business) Federal Reserve kembali menahan suku bunga acuan pada kisaran 4,25%–4,50% dalam keputusan kebijakan moneternya bulan Juni. Keputusan ini memperpanjang periode penahanan suku bunga sejak Desember tahun lalu, di tengah ekspektasi pasar terhadap laju inflasi yang tetap tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan melambat. Meski demikian, proyeksi terbaru The Fed masih menunjukkan adanya ruang untuk dua kali pemangkasan suku bunga pada paruh kedua tahun ini, sebagaimana tercermin dalam skema proyeksi suku bunga atau yang dikenal dengan istilah “dot plot”.

Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi pasar, yang sebelumnya memprediksi bahwa The Fed tidak akan mengambil langkah besar pada pertemuan kali ini. Namun, nada yang disampaikan oleh Federal Open Market Committee (FOMC) dan Ketua Jerome Powell mengindikasikan bahwa arah kebijakan tetap akan bersifat data-dependent, dengan fokus utama pada dinamika inflasi dan ketahanan pasar tenaga kerja.

The Fed Isyaratkan Dua Kali Penurunan Suku Bunga pada 2025

Dalam proyeksi terbarunya, FOMC mempertahankan pandangan bahwa dua kali penurunan suku bunga hingga akhir 2025 masih memungkinkan. Namun, dibandingkan dengan proyeksi Maret lalu, para pejabat Fed memangkas ekspektasi pemangkasan suku bunga untuk tahun 2026 dan 2027 masing-masing satu kali, sehingga total penurunan pada horizon jangka menengah hanya mencapai satu poin persentase penuh.

Namun, dot plot (kebijakan moneter yang mengacu pada grafik proyeksi suku bunga yang dibuat oleh para pejabat Fed),  juga mengungkapkan tingkat ketidakpastian yang tinggi di kalangan pembuat kebijakan. Terdapat penyebaran yang luas dalam proyeksi individual para peserta rapat mengenai level suku bunga dana federal (fed funds rate), dengan beberapa peserta memproyeksikan suku bunga masih akan berada di kisaran 3,4% pada tahun 2027.

Dari 19 peserta rapat, tujuh di antaranya tidak mengharapkan adanya pemangkasan suku bunga sama sekali tahun ini, naik dari empat orang pada proyeksi bulan Maret. Meskipun demikian, pernyataan kebijakan disetujui secara bulat, menandakan konsensus bahwa saat ini The Fed masih perlu berhati-hati.

Risiko Stagflasi dan Koreksi Proyeksi Ekonomi

Proyeksi ekonomi yang diperbarui juga menunjukkan tekanan stagflasi yang lebih besar di tahun mendatang. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) diproyeksikan hanya akan mencapai 1,4% pada 2025,  turun 0,3 poin persentase dari proyeksi sebelumnya. Sebaliknya, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang merupakan indikator inflasi pilihan The Fed  naik menjadi 3%, meningkat 0,3 poin persentase.

Sementara itu, Core PCE (yang mengecualikan harga pangan dan energi) diproyeksikan naik menjadi 3,1%, juga lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya. Proyeksi tingkat pengangguran juga mengalami penyesuaian naik menjadi 4,5%, atau 0,3 poin di atas level saat ini.

Dengan latar belakang ini, pernyataan FOMC masih mempertahankan penilaian bahwa perekonomian tumbuh pada “laju yang solid”, dengan tingkat pengangguran yang rendah dan tekanan inflasi yang masih “cukup tinggi”. Namun, catatan penting lainnya adalah bahwa komite kini menyatakan ketidakpastian terhadap prospek ekonomi mulai berkurang, meskipun tetap berada pada level yang tinggi.

Powell: Waktu Masih di Pihak Kami

Dalam konferensi persnya, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa bank sentral tidak terburu-buru mengambil keputusan, dan masih akan menunggu data tambahan yang lebih jelas sebelum menyesuaikan kebijakan moneternya.

“Untuk saat ini, kami berada pada posisi yang cukup baik untuk menunggu dan mempelajari lebih lanjut mengenai arah perekonomian sebelum mempertimbangkan penyesuaian kebijakan,” kata Powell.

Namun, pasar saham AS tidak banyak bereaksi terhadap keputusan ini. Indeks utama diperdagangkan mendatar pasca pengumuman, mencerminkan bahwa investor telah memperkirakan tidak adanya perubahan suku bunga.

Trump Dorong Pemangkasan Suku Bunga Lebih Agresif

Sementara itu, Presiden Donald Trump kembali mengkritik Powell dan The Fed karena tidak menurunkan suku bunga. Trump berpendapat bahwa suku bunga seharusnya diturunkan setidaknya 2 poin persentase, dan menyebut Powell “bodoh” karena tidak mendorong pelonggaran moneter yang lebih cepat.

Komentar Trump mencerminkan kekhawatiran terhadap beban bunga utang pemerintah AS yang semakin tinggi. Dengan total utang nasional menyentuh angka $36 triliun, biaya bunga tahunan diproyeksikan mencapai $1,2 triliun, hanya kalah dari pengeluaran untuk Jaminan Sosial dan Medicare. Sementara itu, defisit anggaran tahun ini diperkirakan mencapai lebih dari 6% dari PDB, yang menambah tekanan fiskal terhadap pemerintahan.

Tarif, Inflasi, dan Geopolitik Jadi Faktor Penentu

Powell menambahkan bahwa tarif yang diberlakukan oleh Trump tahun ini berpotensi meningkatkan inflasi dalam beberapa bulan ke depan. Meskipun data saat ini belum menunjukkan dampak signifikan dari tarif terhadap indeks harga, ada kemungkinan bahwa peningkatan harga masih akan terjadi secara tertunda akibat permintaan konsumen yang melemah serta akumulasi stok barang oleh importir menjelang kebijakan tarif baru.

“Semua analis yang saya kenal memperkirakan adanya kenaikan inflasi dari tarif. Karena pada akhirnya, seseorang harus menanggung biaya tersebut,” ujar Powell.

Ketegangan geopolitik, terutama konflik antara Israel dan Iran, turut menambah kompleksitas kebijakan. Meskipun pernyataan resmi The Fed tidak secara eksplisit menyebut konflik tersebut, potensi kenaikan harga energi akibat konflik Timur Tengah bisa menjadi faktor lain yang menahan bank sentral dari memulai siklus pelonggaran terlalu cepat.

Indikator Ekonomi Mulai Melemah

Data ekonomi terbaru menunjukkan perlambatan bertahap di berbagai sektor. Tingkat pemutusan hubungan kerja mulai meningkat, pengangguran jangka panjang bertambah, dan belanja konsumen mulai melemah. Penjualan ritel pada bulan Mei turun hampir 1%, dan pasar perumahan juga menunjukkan pelemahan, dengan angka pembangunan rumah baru mencapai level terendah dalam lima tahun terakhir.

“Pada dasarnya, The Fed saat ini memilih untuk wait and see, menunggu apakah tarif mendorong inflasi atau pasar tenaga kerja mulai melemah. Mana pun yang lebih dahulu berdampak pada mandat ganda mereka (inflasi dan lapangan kerja), akan menentukan arah kebijakan berikutnya,” ujar Chris Zaccarelli, Chief Investment Officer di Northlight Asset Management.

Meskipun tidak terkejut dengan keputusan Fed yang menahan suku bunga, Zaccarelli menyebut pernyataan bahwa ketidakpastian telah menurun sebagai sesuatu yang cukup mengejutkan pasar.

The Fed tetap berhati-hati dalam menyikapi arah kebijakan moneter ke depan. Di tengah risiko stagflasi, ketegangan geopolitik, serta tekanan fiskal dari tingginya bunga utang pemerintah, bank sentral memilih untuk mempertahankan suku bunga sambil terus memantau data ekonomi. Meskipun proyeksi masih membuka ruang untuk dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini, ketidakpastian tetap menjadi narasi utama, dan pelaku pasar perlu mengantisipasi perubahan arah jika inflasi kembali melonjak atau pasar tenaga kerja melemah secara signifikan.