Suhu Geopolitik Memanas : 5 Pertanyaan Penting Bagi Investor Setelah Serangan AS ke Iran

410

(Vibiznews – Economy & Business) Ketegangan geopolitik meningkat tajam setelah Presiden Donald Trump mengonfirmasi bahwa militer Amerika Serikat telah melancarkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir di Iran. Dunia kini menantikan reaksi balasan dari Teheran, dan pasar keuangan global pun bergerak dalam kehati-hatian penuh.

Pada Sabtu malam waktu setempat, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa pesawat pembom Amerika telah menyerang lokasi nuklir strategis di dalam wilayah Iran. Langkah tersebut menandai eskalasi signifikan dalam hubungan antara dua musuh lama ini dan membuka kemungkinan krisis keamanan yang lebih luas di kawasan Timur Tengah.

Dalam hitungan jam, pasar global langsung merespons dengan peningkatan permintaan atas aset safe haven seperti emas dan obligasi pemerintah AS. Harga minyak mentah melonjak karena kekhawatiran terhadap pasokan, sementara mata uang-mata uang emerging market mulai melemah. Di tengah kondisi yang bergerak cepat ini, para analis dari Jefferies, sebuah bank investasi global, merangkum enam pertanyaan penting yang menurut mereka wajib diajukan oleh investor dalam beberapa pekan mendatang:

  1. Akankah Intervensi AS Berlanjut?

Serangan awal ini diyakini baru permulaan. Presiden Trump menyatakan bahwa masih ada sejumlah target potensial yang bisa diserang jika Iran memutuskan untuk membalas. Israel pun kini berada dalam kondisi siaga penuh setelah berhasil mencegat rudal-rudal yang diluncurkan oleh kelompok proksi Iran dari Lebanon dan Suriah.

Negara-negara Teluk seperti Arab Saudi dan Qatar menyerukan penahanan diri, namun tetap bersiap menghadapi kemungkinan eskalasi militer yang bisa mengarah pada konflik regional terbuka. Jefferies mencatat bahwa perkembangan ini harus dipantau ketat karena dapat mempengaruhi stabilitas geopolitik dan arah aliansi strategis di Timur Tengah. Risiko terhadap infrastruktur energi di wilayah tersebut meningkat tajam, yang bisa berdampak luas terhadap harga energi global.

  1. Bagaimana Dampaknya terhadap Agenda Domestik Trump?

Serangan terhadap Iran terjadi di saat yang sangat krusial bagi kebijakan domestik pemerintahan Trump. Salah satu pertanyaan kunci adalah apakah langkah ini akan mengganggu pengesahan legislasi besar seperti “One Big, Beautiful Bill” yaitu paket kebijakan ekonomi ambisius yang mencakup perpanjangan pemotongan pajak dan kenaikan plafon utang negara.

Jika perhatian Kongres terpecah akibat krisis di Timur Tengah, kemungkinan besar akan terjadi pemisahan jadwal voting terkait kebijakan fiskal utama. Selain itu, fokus pada konflik bisa menggeser prioritas dalam negosiasi perdagangan dengan sekutu-sekutu AS. Ketidakpastian fiskal juga meningkat, karena keterlibatan militer jangka panjang berisiko memperlebar defisit anggaran yang sudah berada di level tinggi.

Sebagai catatan, menurut proyek Costs of War dari Universitas Brown, keterlibatan AS di Afghanistan telah menelan biaya sebesar $2,3 triliun, sementara perang di Irak dan Suriah menghabiskan $2,9 triliun. Lonjakan pengeluaran militer akibat konflik baru dapat memperburuk beban fiskal dan memicu kekhawatiran pasar obligasi.

  1. Bagaimana Dampaknya terhadap Harga Minyak dan Inflasi?

Harga minyak mentah Brent, yang menjadi tolok ukur internasional, telah melonjak lebih dari 30% sejak titik terendah pada Mei, dan kini berada di kisaran $77 per barel. Kenaikan tajam ini terutama disebabkan oleh kekhawatiran bahwa Iran benar-benar akan menutup Selat Hormuz yaitu jalur pelayaran strategis yang dilewati sekitar 20% pasokan minyak dunia.

Meski ketergantungan AS terhadap impor minyak dari Timur Tengah telah berkurang drastis dalam satu dekade terakhir, ekonomi domestik tetap tidak sepenuhnya kebal dari dampak harga energi global. Lonjakan harga minyak dapat membalikkan tren disinflasi yang telah berlangsung beberapa bulan terakhir dan mempersulit arah kebijakan suku bunga oleh Federal Reserve.

Menurut Jefferies, volatilitas harga minyak kini menjadi variabel penting yang menentukan arah inflasi dan kebijakan moneter ke depan. Jika tekanan inflasi kembali meningkat, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed bisa tertunda atau bahkan dibatalkan.

  1. Dampak terhadap Negosiasi Dagang dengan China dan Eropa

China langsung mengecam serangan militer AS ke Iran dan menyebutnya sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional. Sementara itu, para pemimpin Eropa mendesak solusi diplomatik untuk meredakan ketegangan. Namun pejabat tinggi Iran menegaskan bahwa mereka tidak akan kembali ke meja perundingan dengan AS dalam waktu dekat.

Ketegangan ini diperkirakan akan mengganggu agenda dagang pemerintahan Trump. Deadline untuk mengaktifkan kembali tarif “Liberation Day” terhadap Tiongkok akan tiba pada 9 Juli, dan negosiasi perdagangan lintas-Atlantik juga menghadapi batas waktu pada 12 Agustus.

“Bagaimana konflik ini mengubah lanskap negosiasi tersebut?” tanya tim analis Jefferies. Jika fokus pemerintah AS beralih sepenuhnya ke krisis geopolitik, maka kemungkinan besar akan terjadi stagnasi dalam pembicaraan dagang, yang berpotensi menambah beban bagi perekonomian global.

  1. Apakah Trump Melampaui Batas Konstitusional?

Terlepas dari eskalasi yang akan terjadi selanjutnya, keputusan Trump untuk melancarkan serangan bisa memunculkan dampak besar terhadap keseimbangan kekuasaan antara eksekutif dan legislatif.

Menurut Konstitusi AS, Presiden harus memberi pemberitahuan kepada Kongres dalam waktu 48 jam setelah mengerahkan pasukan dalam aksi militer. Selain itu, sesuai dengan War Powers Resolution, operasi militer tanpa persetujuan Kongres hanya boleh berlangsung maksimal selama 60 hari.

Keputusan Trump juga memperlihatkan kecenderungannya untuk menggunakan teori unitary executive, yaitu pandangan bahwa presiden memiliki otoritas luas dalam urusan eksekutif tanpa harus mendapat persetujuan penuh dari Kongres. Mahkamah Agung memang pernah memberikan validasi parsial terhadap pendekatan ini dalam putusan darurat, tetapi belum ada keputusan final terhadap penggunaannya dalam konteks ekspansi militer.

Jika Mahkamah Agung memutuskan bahwa Presiden memiliki kewenangan lebih luas dalam keterlibatan militer luar negeri, maka ini bisa mengubah secara fundamental relasi kekuasaan dalam isu keamanan nasional dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat ke depan.

Investor global kini menghadapi babak baru ketidakpastian geopolitik dengan potensi dampak luas terhadap pasar keuangan, inflasi, harga energi, dan arah kebijakan fiskal serta moneter AS. Keenam pertanyaan di atas menjadi fondasi utama dalam menganalisis bagaimana dinamika politik dan keamanan global pasca-serangan ke Iran akan mempengaruhi lanskap ekonomi makro secara lebih luas.

Di tengah ketidakpastian ini, kehati-hatian dan manajemen risiko menjadi kunci utama. Pelaku pasar perlu mencermati perkembangan situasi secara real time, karena arah kebijakan dan reaksi pasar dapat berubah drastis hanya dalam hitungan jam. Sementara itu, stabilitas harga minyak, keputusan The Fed, dan arah politik domestik AS menjadi indikator-indikator yang wajib dimonitor ketat oleh para investor.