‘Big Beautiful Bill’ Trump Dinilai Jadi Dorongan Baru bagi Ekonomi AS, Meski Resiko Utang Membayangi

410

(Vibiznews – Economy & Business) Presiden AS Donald Trump mendorong RUU besar yang dijuluki sebagai “big, beautiful bill” (OBBBA), resmi bernama One Big Beautiful Bill Act, yang memicu perdebatan sengit di kalangan ekonom, analis, dan pasar finansial global.

Meskipun menuai banyak kritik terkait risiko fiskal, sejumlah bank dan pelaku pasar justru melihatnya sebagai stimulus krusial untuk menopang pertumbuhan ekonomi AS dalam beberapa tahun ke depan.

Dukungan Perbankan dan Stimulus Pajak

RUU ini lolos voting tipis di Senat AS pada Sabtu malam dengan hasil 51-49, mendekatkan langkahnya menuju meja Presiden untuk ditandatangani menjadi undang-undang.

Dalam surat resmi yang dirilis Minggu lalu, American Bankers Association (ABA) menyatakan dukungan kuat terhadap banyak ketentuan dalam RUU tersebut karena memberikan “keringanan pajak yang sangat dibutuhkan.”

Menurut ABA, keringanan pajak dan berbagai insentif yang diatur di dalamnya akan mendorong belanja rumah tangga dan investasi korporasi, terutama di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi akibat suku bunga tinggi dan tensi geopolitik global.

Potensi Menghindari Kontraksi Fiskal

David Seif, Kepala Ekonom Pasar Maju di Nomura, mengatakan kepada CNBC bahwa OBBBA hampir pasti akan memberikan dampak positif bagi ekonomi AS dalam beberapa tahun mendatang dibandingkan jika tidak ada kebijakan apapun yang diterapkan.

“Yang paling penting dari OBBB untuk beberapa tahun ke depan adalah memperbaharui sebagian besar ketentuan pajak yang akan kedaluwarsa, sehingga mencegah terjadinya kontraksi fiskal besar dan mendadak pada 2026,” ujarnya.

Ia merujuk pada Tax Cuts and Jobs Act 2017, yang menurunkan tarif pajak penghasilan, meningkatkan kredit pajak anak, serta memberikan potongan pajak signifikan bagi bisnis. Jika Kongres tidak memperpanjangnya, banyak ketentuan dalam UU tersebut akan kedaluwarsa pada akhir 2025, yang menurut para analis akan mengurangi belanja rumah tangga dan investasi bisnis secara signifikan.

Dorongan Investasi Jangka Pendek

Selain memperpanjang keringanan pajak 2017, OBBBA juga mencakup ketentuan yang memungkinkan perusahaan mempercepat depresiasi aset investasi mereka. Menurut Seif, hal ini dapat meningkatkan belanja modal dalam jangka pendek.

“Namun, percepatan investasi di awal ini kemungkinan akan mengorbankan investasi di tahun-tahun mendatang,” tambahnya.

Dukungan Strategis Citi

Para strategis di Citi juga menyatakan bahwa RUU ini akan menjadi angin segar bagi ekonomi AS, terutama ketika dikombinasikan dengan potensi tercapainya beberapa kesepakatan dagang strategis AS dengan Inggris, Tiongkok, Jepang, India, dan Eropa dalam beberapa bulan ke depan.

Dalam catatan riset yang dirilis Rabu lalu, Citi menulis:

“Dalam jangka pendek, kesepakatan dagang dan lolosnya Big Beautiful Bill yang bersifat stimulatif pada Juli akan meningkatkan sentimen pertumbuhan.”

Citi juga memperkirakan Federal Reserve akan melonggarkan kebijakan moneternya, mendukung sentimen risk-on di pasar. Mereka menambahkan, tidak akan terjadi “bond vigilante moment” pada 2025–2026, karena kenaikan belanja fiskal OBBB sebagian besar dibiayai oleh penerimaan tarif impor.

Resiko Utang Membayangi

Namun di sisi lain, banyak analis fiskal dan lembaga riset pajak menilai OBBBA berpotensi memicu krisis fiskal di masa depan.

Kantor Anggaran Kongres (CBO) yang bersifat non-partisan memproyeksikan bahwa RUU ini akan menambah setidaknya USD 3 triliun ke defisit federal dalam dekade mendatang. Angka ini memperburuk outlook fiskal AS yang sudah dibebani bunga utang tinggi di era suku bunga ketat.

Erica York, Wakil Presiden Kebijakan Pajak Federal di Tax Foundation’s Center for Federal Tax Policy, menyebut RUU ini “secara fiskal tidak bertanggung jawab” karena meningkatkan defisit dan utang meskipun diimbangi oleh pertumbuhan ekonomi.

“Banyak potongan pajak dalam OBBBA juga dirancang dengan buruk dan terlalu rumit,” ujarnya. “Sebagian hanya memberikan potongan kepada kelompok pekerja tertentu, sementara kelompok lain tidak mendapatkan manfaatnya.”

Beban Administrasi Pajak Bertambah

Selain itu, York memperingatkan bahwa karena banyaknya aturan pajak yang sangat terperinci dalam RUU ini, IRS (Internal Revenue Service) harus mengalokasikan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk memperbarui formulir, pedoman, serta alat penegakan hukum.

Hal ini menambah beban administratif lembaga pajak yang sudah kekurangan tenaga dan menghadapi backlog tinggi pasca-pandemi.

Dampak terhadap Sektor Saham AS

Meski demikian, Morgan Stanley menilai ketentuan pro-pertumbuhan dalam OBBBA akan memberikan keuntungan bagi beberapa sektor saham utama AS, seperti:

  • Communication Services
  • Industrials
  • Energy

Namun, bank tersebut menekankan kekhawatiran investor terhadap sustainabilitas fiskal AS kemungkinan tetap membatasi reli pasar dalam jangka menengah.

Imbas Ke Pasar Finansial

Bagi investor global dan pasar finansial, pengesahan OBBBA akan memperkuat sentimen risk-on dalam jangka pendek, mendorong:

  1. Penguatan indeks saham AS (S&P 500, Nasdaq, Dow Jones)
  2. Dolar AS (USD) berpotensi tertekan jika pasar menilai Fed akan merespons dengan pelonggaran moneter
  3. Emas dan komoditas industri dapat terdorong jika belanja fiskal memicu inflasi baru

One Big Beautiful Bill Act (OBBBA) menjadi kebijakan fiskal besar pertama Trump dalam periode kepresidenannya kali ini, dengan janji menstimulus perekonomian AS melalui perpanjangan keringanan pajak dan insentif bisnis.

Namun, di balik optimisme bank besar seperti Nomura dan Citi, risiko fiskal yang meningkat serta desain pajak yang rumit memunculkan pertanyaan tentang ketahanan ekonomi AS dalam dekade mendatang. Investor dan trader forex perlu mencermati:

  1. Proses finalisasi dan implementasi OBBBA
  2. Respons Federal Reserve terhadap kebijakan fiskal ekspansif
  3. Perkembangan yield US Treasury dan arus modal global

Keputusan fiskal terbesar AS tahun ini akan menjadi salah satu faktor penentu arah USD, indeks saham global, dan sentimen resiko memasuki semester ke dua di Juli pada hari ini.