Tarif Trump dan Tenggat 8 Hari Lagi: Apa yang Akan Terjadi Saat Kebijakan Ini Berakhir?

545

(Vibiznews – Economy & Business) Dalam waktu kurang dari sepuluh hari, tepatnya pada 9 Juli mendatang, masa penangguhan tarif “Liberation Day” yang ditetapkan oleh Presiden Donald Trump akan segera berakhir. Kebijakan penundaan selama 90 hari yang diumumkan pada awal April lalu, kini menimbulkan kekhawatiran mendalam di kalangan pelaku pasar, ekonom, dan pelaku usaha global. Jika tenggat tersebut berakhir tanpa perpanjangan, maka Amerika Serikat akan memberlakukan kembali tarif besar terhadap puluhan negara, suatu langkah yang dinilai berpotensi menyeret perekonomian global ke jurang resesi.

Seperti diketahui, pada 2 April, Trump mengumumkan tarif dengan besaran dua digit untuk puluhan negara mitra dagang AS. Namun, hanya berselang satu minggu kemudian, ia menangguhkan kebijakan tersebut setelah gejolak pasar keuangan memicu aksi jual global dan tekanan investor. Penangguhan selama 90 hari ini bertujuan memberi ruang negosiasi bagi negara-negara terdampak agar dapat merumuskan kesepakatan dagang yang lebih menguntungkan AS.

Apa yang Terjadi Jika Tenggat Berakhir?

Para ahli perdagangan internasional menilai tenggat waktu ini menjadi salah satu momen paling krusial dalam kebijakan perdagangan AS di bawah kepemimpinan Trump. Apabila tarif diberlakukan sesuai besaran yang diumumkan pada April, risiko resesi ekonomi AS akan meningkat signifikan. Bahkan, potensi perlambatan ekonomi global pun akan semakin nyata, mengingat AS masih menjadi motor utama pertumbuhan dunia.

Tarif yang diumumkan mencakup tarif dasar (baseline tariff) sebesar 10% untuk sebagian besar negara, termasuk negara-negara dengan neraca perdagangan surplus terhadap AS. Namun, negara-negara yang memiliki defisit perdagangan dengan AS akan dikenakan tarif tambahan berupa “reciprocal tariff”. Negara-negara seperti Vietnam dan Kamboja termasuk dalam daftar yang akan terdampak tarif balasan ini, mengingat AS mengimpor jauh lebih banyak dari mereka dibandingkan ekspor yang masuk ke negara-negara tersebut.

Negosiasi yang Belum Rampung

Hingga saat ini, hanya satu negara yang berhasil mencapai kesepakatan dengan AS, yakni Inggris. Dalam kesepakatan awal, kedua negara sepakat menurunkan sejumlah hambatan perdagangan, termasuk pengurangan tarif untuk mobil buatan Inggris. Namun, perlu dicatat bahwa Inggris pada dasarnya tidak menjadi target tarif “reciprocal” yang lebih tinggi.

Selain itu, AS juga telah mencapai kesepakatan dengan China. Namun, kesepakatan tersebut hanya menghapus hambatan dagang yang diberlakukan setelah pengumuman Liberation Day, seperti pencabutan pembatasan ekspor “rare earth” oleh Tiongkok dan pengurangan kontrol ekspor oleh AS yang diberlakukan sebagai balasan.

Namun, di luar dua negara tersebut, negosiasi dengan puluhan negara lainnya masih jauh dari kata selesai. Para ahli menekankan bahwa negosiasi dagang biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapai kesepakatan final. Fakta ini menimbulkan pertanyaan apakah kebijakan tarif akan benar-benar diberlakukan pada 9 Juli, ataukah tenggat akan diperpanjang.

Komentar dari Gedung Putih

Dalam konferensi pers pada Jumat lalu, Trump menegaskan bahwa AS akan bertindak cepat dalam menentukan nasib tarif ini. Ia mengatakan:

“Kita memiliki lebih dari 200 negara. Kami sudah berbicara dengan banyak negara, dan kami hanya akan memberi tahu mereka berapa yang harus mereka bayar untuk berbisnis di AS. Ini akan berjalan sangat cepat.”

Pernyataan ini menegaskan pendekatan “take it or leave it” yang diambil oleh Trump dalam negosiasi perdagangan, dengan menempatkan AS pada posisi yang dominan dalam penentuan kebijakan tarif.

Namun demikian, beberapa pejabat Gedung Putih memberikan sinyal bahwa tenggat 9 Juli bukanlah batas waktu final. Menteri Keuangan Scott Bessent, misalnya, menyatakan kepada Fox News bahwa isu tarif dapat “diselesaikan sebelum Labor Day”. Ia juga menambahkan bahwa AS kemungkinan akan menunda tenggat untuk negara-negara yang bernegosiasi dengan itikad baik.

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt, yang mengatakan bahwa tenggat 9 Juli “tidak krusial” dan “dapat diperpanjang”.

Dampak Terhadap Ekonomi Global

Jika tenggat waktu ini benar-benar berakhir dengan pemberlakuan tarif penuh, pasar diperkirakan akan merespons negatif. Lonjakan harga impor akan menekan profit margin perusahaan, meningkatkan inflasi barang konsumsi, serta menghambat ekspansi bisnis di tengah momentum ekonomi yang rapuh. Sejumlah analis juga memperingatkan bahwa kebijakan ini akan memicu tindakan balasan dari negara-negara mitra dagang, sehingga menimbulkan spiral perang dagang yang dapat memperlambat pertumbuhan global.

Selain itu, ketidakpastian seputar kebijakan tarif telah memberikan dampak negatif bagi perekonomian, bahkan sebelum kebijakan ini diberlakukan. Banyak perusahaan menunda rencana investasi dan ekspansi, sementara Federal Reserve pun memilih untuk menahan kebijakan pemotongan suku bunga hingga arah tarif Trump menjadi jelas.

Tarif Tambahan yang Masih Mengintai

Walaupun kesepakatan dagang tercapai, bukan berarti seluruh tarif akan dihapus. Berdasarkan pengumuman 2 April lalu, beberapa tarif akan tetap diberlakukan, seperti:

  • Tarif dasar 10% untuk sebagian besar negara
  • Tarif 25% untuk baja dan logam dari sebagian besar negara
  • Tarif 25% untuk mobil asing
  • Tarif tambahan untuk produk farmasi, kayu, tembaga, dan semi konduktor yang saat ini masih dalam proses finalisasi

Selain itu, terdapat ancaman tarif tambahan sebesar 50% untuk produk Uni Eropa pada 9 Juli jika kesepakatan tidak tercapai, serta potensi kenaikan tarif hingga 145% untuk produk dari China pada 12 Agustus apabila negosiasi lebih lanjut tidak membuahkan hasil.

Ketidakpastian kebijakan perdagangan AS dalam beberapa bulan terakhir telah menimbulkan efek berantai di pasar global. Dengan tenggat waktu penangguhan tarif tinggal delapan hari lagi, investor dan pelaku usaha kini menanti langkah final Trump dengan penuh kehati-hatian. Apakah kebijakan ini akan mendorong AS menuju resesi, ataukah justru menghasilkan kesepakatan dagang yang memperkuat posisi ekonomi AS di panggung global?

Yang jelas, hingga pemerintah AS mengumumkan keputusan resminya, pasar akan terus bergerak di bawah bayang-bayang ketidakpastian tarif, resiko yang harus dikelola secara hati-hati oleh para investor, pelaku usaha, dan perumus kebijakan fiskal maupun moneter di seluruh dunia.