Tarif AS dan Akhir Masa Penangguhan 90 Hari: Apa yang Perlu Diketahui Investor dan Pelaku Ekonomi Global

452

(Vibiznews – Economy & Business) Mulai pukul 12:01 AM EST pada 9 Juli mendatang atau jam 12.01 siang WIB, tarif timbal balik antara 11% hingga 50% akan kembali diberlakukan oleh Amerika Serikat, kecuali jika terjadi kesepakatan dagang formal seperti perjanjian AS-Inggris atau kesepakatan tingkat tinggi antara AS dan China.

Pertanyaannya kini, apa yang akan terjadi dengan negosiasi dagang ke depan, tingkat tarif, serta sengketa dagang AS-China yang terus membara?

Selain itu, publik dan pasar juga menunggu kapan surat penawaran Trump yang terkenal dengan istilah “take it or leave it” akan dikirimkan, serta apakah tarif akan langsung kembali ke kisaran 11%-50% seperti diumumkan pada 2 April lalu atau justru akan ada perpanjangan masa penangguhan di tengah negosiasi yang dianggap “beritikad baik”.

Dengan hanya satu minggu tersisa sebelum masa penangguhan berakhir, berikut snapshot kondisi aktual:

Kondisi Tarif Saat Ini

Tarif efektif yang berlaku saat ini meliputi:

  • Dunia
    • Tarif universal IEEPA (International Emergency Economic Powers Act) per 5 April): 10%. IEEPA adalah undang-undang Amerika Serikat yang memberikan Presiden AS wewenang untuk mengambil tindakan ekonomi darurat dalam situasi krisis, seperti perang, ancaman keamanan nasional, atau keadaan darurat lainnya. Undang-undang ini memungkinkan Presiden untuk memblokir aset, melarang transaksi, dan mengambil langkah-langkah lain untuk melindungi kepentingan nasional AS.
  • Section 232 Tariffs (tarif yang dikenakan oleh Amerika Serikat berdasarkan Section 232 dari Trade Expansion Act of 1962 ). Dalam beberapa tahun terakhir, Section 232 telah digunakan untuk mengenakan tarif pada impor baja dan aluminium, dengan alasan bahwa impor tersebut mengancam keamanan nasional AS
    • Mobil (per 3 April) dan suku cadang mobil (per 3 Mei): 25%
    • Inggris: kuota tarif 10% untuk 100.000 kendaraan
    • Baja & aluminium beserta turunannya (per 4 Juni): 50%, dengan konten non-logam dikenakan tarif timbal balik
    • Inggris: 25% setidaknya hingga 9 Juli
  • China
    • Tarif dasar: 30% (sejak 14 Mei)
    • Tarif efektif: hingga 55% (termasuk tarif era Trump/Biden di bawah Section 301), dengan tarif total 55% masih menunggu konfirmasi kesepakatan kerangka kerja.
    • Penghapusan aturan de minimis (barang di bawah $800): tarif 54% atau biaya $100 per paket pos (sejak 14 Mei).
  • Kanada dan Meksiko
    • 25% untuk barang non-kompatibel USMCA (United States-Mexico-Canada Agreement ).
    • 10% untuk energi dan potash non-kompatibel USMCA

 

Kesepakatan Tarif dan Perundingan Dagang

Dalam beberapa pekan terakhir, muncul kabar sporadis mengenai kesepakatan yang hampir final atau final, meskipun beberapa negosiasi masih terhambat. Menurut laporan, hingga 10 mitra dagang besar (termasuk Inggris dan China) sedang berupaya mengamankan kesepakatan untuk menghindari kenaikan tarif besar. Namun dengan waktu yang semakin sempit, perpanjangan masa pengecualian tarif kemungkinan tetap diperlukan setelah 9 Juli.

  • China: AS telah mengamankan kesepakatan penting dengan China, yang memungkinkan ekspor mineral tanah jarang sebagai imbalan pencabutan beberapa langkah balasan. Namun, detail resmi belum diungkap, kemungkinan karena sensitivitas strategis kesepakatan tersebut di tengah ketegangan geopolitik.

Meskipun ini menjadi tanda deeskalasi signifikan dari perang tarif yang menjerat kedua negara selama beberapa tahun, tarif efektif terhadap produk China tetap 55%, ditambah berbagai tindakan antidumping yang masih berjalan. China sendiri menentang keras langkah AS yang meneken perjanjian dagang dengan negara lain yang dianggap melemahkan kepentingan Beijing.

  • Uni Eropa: Presiden Trump mengancam akan menaikkan tarif menjadi 50% (dari rencana semula 20%) mulai 9 Juli jika tak tercapai kesepakatan. Uni Eropa berencana melakukan pembalasan tarif mulai 14 Juli. Masalah utamanya adalah hambatan non-tarif seperti Digital Markets Act (DMA) dan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM). Namun laporan menunjukkan UE bersedia memberi pengecualian DMA bagi perusahaan AS jika AS memberikan pembebasan tarif atau kuota sektor tertentu (otomotif, baja, aluminium, farmasi, semikonduktor) sambil menerima tarif universal 10%.
  • Kanada: Negosiasi sempat macet akibat rencana Digital Services Tax (DST) 3% Kanada yang dianggap menargetkan perusahaan teknologi AS. Trump menghentikan semua pembicaraan dagang dengan Kanada, tetapi PM Kanada Mark Carney akhirnya mencabut rencana DST tepat sebelum diberlakukan. Kini negosiasi kembali berjalan dengan target kesepakatan 21 Juli.

Prospek Pasar: Perpanjangan Kemungkinan Besar

Negosiasi sepertinya saat ini tidak akan rampung sepenuhnya pada 9 Juli. Perpanjangan masa penangguhan sangat mungkin terjadi. Kanada sudah mengamankan perpanjangan hingga 21 Juli usai mencabut DST (Digital Services Tax). Pajak ini diterapkan di Kanada dan dikenakan pada perusahaan domestik dan asing yang memiliki pendapatan global lebih dari €750 juta dan pendapatan dari layanan digital di Kanada lebih dari $20 juta. Pajak digital ini mulai berlaku pada 2024 dan bersifat retroaktif sejak 1 Januari 2022

Untuk China, tenggat resmi tetap 12 Agustus, meski kesepakatan kerangka kerja terbaru bisa saja membatalkan deadline tersebut.

Ketegangan sementara juga masih mungkin muncul, misalnya dengan Jepang terkait tarif mobil, atau Uni Eropa dengan pembalasan simbolik di sektor non-strategis jika AS tidak memberi cukup konsesi.

Tarif Sebagai Strategi Proteksionisme AS

Terlepas dari negosiasi yang berjalan, pendekatan AS tetap proteksionis. Menteri Perdagangan Howard Lutnick menegaskan kesepakatan nol untuk nol (zero-for-zero deals) tidak akan diambil. Tarif dianggap sebagai strategi pendanaan sebagian dari Big Beautiful Bill Act.

Sektor yang Ditargetkan

  • Tembaga
  • Kayu
  • Crane
  • Mineral kritis
  • Farmasi
  • Semikonduktor
  • Pembuatan kapal
  • Truk dan pesawat

Sementara tarif mobil dan suku cadang, baja, serta aluminium sudah diberlakukan. Hal ini membuat rata-rata tarif AS akan tetap di kisaran 12-15%, dengan UE menghadapi 10-15% dan China sekitar 50%.

Perubahan Strategis Perdagangan Global

Perang dagang belum berakhir meski ada kesepakatan-kesepakatan bilateral. Kanada, misalnya, mulai menerapkan TRQ (tariff rate quota) untuk produk baja dari negara non-FTA (Free Trade Agreement) per 27 Juni, sehingga semakin sulit mengalihkan barang via negara ketiga.

Dilema Mitra Dagang AS dan China

Strategi tarif AS berpotensi mendorong konsesi global sekaligus mengisolasi China. Negara-negara yang khawatir terkena sanksi tarif AS cenderung memberi konsesi besar, memperkuat hubungan dagang dengan AS tetapi melemahkan posisi China.

Karena China dipandang sebagai ancaman geopolitik utama oleh Washington, kebijakan AS kemungkinan akan bergeser ke hambatan non-tarif seperti investasi, media sosial, dan teknologi, memaksa perusahaan mengurangi bisnis dengan China jika ingin berinvestasi di AS. Ini menempatkan mitra dagang China di Asia, Afrika, Amerika Latin, bahkan Jerman, dalam posisi sulit mengingat ketergantungan mereka pada komponen dan bahan baku dari China. Kebijakan China membatasi ekspor mineral tanah jarang menunjukkan tidaklah mudah memilih antara AS dan China.

Agenda Penting: Putusan Pengadilan Tarif IEEPA

Tanggal 31 Juli menjadi momen krusial dalam sengketa hukum tarif IEEPA. Pengadilan Perdagangan Internasional AS (CIT/ Court of International Trade), yaitu pengadilan khusus di Amerika Serikat yang menangani kasus-kasus terkait perdagangan internasional, yang sebelumnya memutuskan Trump melampaui kewenangannya dalam IEEPA, yang berpengaruh pada tarif China, Kanada, Meksiko, dan lainnya.

Namun Pengadilan Banding Federal (CAFC/ United States Court of Appeals for the Federal Circuit) mengeluarkan penangguhan atas putusan CIT, sehingga tarif tetap berlaku hingga keputusan final yang dijadwalkan Agustus mendatang. CAFC adalah pengadilan banding khusus di Amerika Serikat yang memiliki yurisdiksi untuk menangani kasus-kasus terkait perdagangan internasional termasuk keputusan yang dibuat oleh CIT, serta kasus terkait hukum federal.

Jika CAFC menguatkan putusan CIT, kasus ini kemungkinan akan dibawa ke Mahkamah Agung AS, yang baru-baru ini menolak permintaan percepatan sidang oleh dua bisnis kecil. Selain itu, putusan Mahkamah Agung AS pada 27 Juni yang membatasi penggunaan injunction berskala nasional juga akan memengaruhi kasus ini, karena hanya para penggugat dalam perkara spesifik yang akan mendapat manfaat, sementara pihak lain kini harus menempuh jalur class certification.

Proteksionisme Masih Dominan

Tarif tetap menjadi instrumen strategis AS, bukan hanya untuk melindungi industri domestik, tetapi juga sebagai senjata negosiasi geopolitik di tengah konflik dagang global yang semakin kompleks. Bagi investor dan analis ekonomi makro, kebijakan perdagangan AS ini menandakan peningkatan ketidakpastian global, potensi inflasi biaya impor, serta reorientasi rantai pasok untuk meminimalkan  resiko dan penyesuaian portofolio global secara cermat.