Pasar Variatif, ke Mana Dana Asing? — Domestic Market Outlook, 4-8 August 2025

770
Vibizmedia Picture

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada seminggu berlalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • Pasar keuangan di minggu lalu kembali agak variatif, dengan IHSG membukukan gain bulanan.
  • Dana asing lanjut dalam capital outflow, sekitar Rp16,2 triliun dalam sepekan.
  • Neraca perdagangan Juni kembali surplus, di bulan yang ke-62.
  • Sentimen global saat ini sekitar reaksi dunia dengan berlakunya tariff
  • Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah data pertumbuhan PDB Q2 pada hari Selasa, cadangan devisa di hari Kamis, serta rilis penjualan ritel pada hari Jumat nanti.

Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 4-8 August 2025.

===

Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau hampir flat setelah rally 3 pekan, sempat mencapai 9 bulan tertingginya, serta membukukan gain bulanan 8% dipimpin sektor teknologi dan energi. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada seminggu ini umumnya terkoreksi. Secara mingguan IHSG ditutup melemah tipis 0,08%, atau 5,735 poin, ke level 7.537,768.

Untuk minggu berikutnya (4-8 Agustus 2025), IHSG kemungkinan akan ditahan profit taking pendek, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level level 7.680 dan 7.806. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7,344 dan bila tembus ke level 7,142.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu berakhir melemah di minggu keempatnya, bearish ke 11 minggu terendahnya, di antara penguatan dollar global, data PMI manufaktur yang terkontraksi, dan berlanjutnya capital outflow sekitar Rp16,2 triliun dalam sepekan. Rupiah secara mingguannya berakhir melemah 1,10% atau 180 poin ke level Rp 16.490 per USD. Sementara, dollar global terpantau sempat bertengger di 2 bulan terkuatnya.

Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan sempat terkoreksi, atau kemungkinan rupiah bangkit dari oversold-nya lalu relatif stabil, dalam range antara resistance di level Rp16.569 dan Rp Rp16.584, sementara support di level Rp16.336 dan Rp16.273.

Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau turun sedikit secara mingguannya, terlihat dari pergerakan rebound perlahan yield obligasi dan berakhir ke level 6,582% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berbaliknya ke aksi jual investor asing di pasar SBN. Sementara yields US Treasury terpantau berakhir terpeleset di pekan keduanya.

===

Neraca perdagangan Indonesia kembali dilaporkan BPS membukukan surplus pada Juni 2025 sebesar US$ 4,10 miliar. Dengan demikian ini menjadi surplus neraca perdagangan selama 62 bulan beruntun.

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2025 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, IHK Juli 2025 tercatat inflasi sebesar 0,30% (mtm), sehingga secara tahunan IHK mengalami inflasi sebesar 2,37% (yoy).

Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) pada triwulan II 2025 dilaporkan tetap terjaga di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Ketidakpastian global terutama dipengaruhi oleh dinamika negosiasi tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) dan eskalasi ketegangan geopolitik.

Dengan telah tercapainya kesepakatan negosiasi tarif resiprokal AS dengan sejumlah negara mitra dagangnya, termasuk Indonesia, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menilai tetap diperlukan penguatan kewaspadaan serta respons kebijakan yang efektif.

Berdasarkan data transaksi 28 – 31 Juli 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp16,24 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp2,27 triliun di pasar saham, Rp1,37 triliun di pasar SBN, dan Rp12,60 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

===

 

Dinamika pasar karena isyu prospek the Fed kapan akan memangkas suku bunganya lagi bisa begitu menggerakkan pasar. Isyu lain yang diperhatikan pasar, seperti perkembangan tensi perdagangan global serta tensi geopolitik.  Kita melihat bahwa faktor fundamental ekonomi, serta juga politik, begitu signifikan dalam memengaruhi pasar. Bagi investor lokal yang, katakanlah, bukan berlatar belakang pendidikan ekonomi kadang tidak mudah untuk memahami dinamika berbagai indikator perekonomian dan yang terkait tersebut.

Kendala itu bukan merupakan masalah kalau Anda terus menyimak berita dan analisis pasar di vibiznews.com. Banyak orang telah mengakuinya. Terima kasih tetap bersama kami karena kami hadir demi mendukung sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting