
(Vibiznews – Economy & Business) Ketika masa jabatan Jerome Powell sebagai Ketua Federal Reserve (The Fed) mendekati akhir, sorotan politik dan pasar kini tertuju pada Presiden Donald Trump yang telah mengumumkan bahwa ia tengah mempertimbangkan empat kandidat potensial untuk menggantikan Powell. Keputusan ini berpotensi besar mengubah arah kebijakan moneter Amerika Serikat dan mempengaruhi stabilitas ekonomi global dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam wawancaranya dengan CNBC pada acara Squawk Box, Trump menyebut dua nama yang kini menjadi perhatian utama: Kevin Hassett, Direktur Dewan Ekonomi Nasional, dan Kevin Warsh, mantan anggota Dewan Gubernur The Fed. Ia mengatakan bahwa dua kandidat lainnya juga sedang dipertimbangkan, namun belum diumumkan secara publik. Menariknya, Menteri Keuangan Scott Bessent secara eksplisit dikecualikan dari daftar tersebut, meskipun sempat dikabarkan dekat dengan lingkaran Trump.
“Saya pikir Kevin dan Kevin, keduanya sangat baik,” kata Trump dalam wawancara tersebut. Komentarnya tidak hanya menunjukkan kedekatannya dengan kedua nama itu, tetapi juga mencerminkan kecenderungannya memilih figur yang sejalan dengan pandangan ekonominya, khususnya dalam hal pemangkasan suku bunga dan kritik terhadap pendekatan Powell selama ini.
Ketegangan antara Trump dan Powell
Trump sejak awal kepresidenannya kerap bersitegang dengan Jerome Powell, yang sebenarnya merupakan pilihannya sendiri sebagai Ketua The Fed pada 2018. Ketidaksabaran Trump terhadap Powell meningkat terutama ketika The Fed tidak menanggapi desakannya untuk memangkas suku bunga secara agresif. Powell, yang secara konsisten menekankan pendekatan data-driven dalam pengambilan kebijakan, kerap mengabaikan tekanan politik dari Gedung Putih, sikap yang sering mendapat pujian dari kalangan profesional, tetapi kritik tajam dari Trump.
Trump menyebut Powell sebagai pemimpin yang “terlambat” dalam memangkas suku bunga, dan bahkan pernah secara terbuka mempertimbangkan opsi untuk memecatnya. Namun, setelah putusan Mahkamah Agung yang mempertegas bahwa Ketua The Fed hanya bisa dicopot dengan alasan tertentu (for cause), bukan karena perbedaan kebijakan, Trump menahan diri. Meski demikian, ia terus mengkritik Powell, termasuk dengan menuduhnya salah kelola dalam proyek renovasi kantor pusat The Fed yang menelan biaya $2,5 miliar.
Kejutan dari Mundurnya Adriana Kugler
Satu dinamika baru yang muncul dalam drama politik ini adalah pengunduran diri mendadak Adriana Kugler dari jabatannya sebagai Gubernur The Fed. Trump menyebut kepergian Kugler sebagai “kejutan yang menyenangkan,” karena kini ia memiliki kesempatan untuk menunjuk pengganti yang lebih selaras dengan visinya.
Dalam wawancara yang sama, Trump tidak menutup kemungkinan bahwa orang yang ia pilih untuk menggantikan Kugler juga bisa menjadi kandidat kuat untuk posisi Ketua The Fed. Pernyataan ini memperjelas bahwa Trump sedang menata ulang arah kepemimpinan bank sentral, bahkan sebelum masa jabatan Powell berakhir pada Mei 2026.
Kevin Hassett: Loyalis Trump dan Arsitek Kebijakan Ekonomi
Kevin Hassett dikenal sebagai salah satu loyalis ekonomi Trump yang paling setia. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat Ekonomi pada masa pemerintahan pertama Trump dan kembali ke Gedung Putih untuk membantu menangani krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19. Saat ini, Hassett menjabat sebagai Direktur Dewan Ekonomi Nasional dan memainkan peran penting dalam perumusan kebijakan ekonomi Gedung Putih.
Dengan latar belakang akademik yang kuat, gelar doktor di bidang ekonomi dari University of Pennsylvania serta pengalaman di lembaga konservatif American Enterprise Institute, Hassett merupakan figur yang sangat dihormati di kalangan ekonom konservatif.
Namun yang lebih penting bagi Trump adalah kesetiaan Hassett terhadap agenda ekonomi presiden, mulai dari pemotongan pajak hingga kebijakan tarif. Hassett juga menunjukkan dukungan atas pemecatan Komisaris Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS), Erika McEntarfer—tindakan yang memunculkan kekhawatiran akan politisasi lembaga statistik ekonomi yang seharusnya independen.
Dalam wawancara CNBC baru-baru ini, Hassett menyatakan bahwa “di seluruh pemerintahan AS, ada banyak orang yang mencoba melawan Trump sebisa mereka,” pernyataan yang mencerminkan ketegangan antara lingkaran dalam Trump dengan sebagian birokrasi federal.
Kevin Warsh: Kritikus Powell yang Ingin Reformasi Besar di The Fed
Nama kedua yang disebut Trump, Kevin Warsh, adalah mantan gubernur The Fed yang kini menjadi peneliti di Hoover Institution, think tank yang sama dengan tempat Hassett bernaung. Warsh dikenal sebagai kritikus vokal terhadap kebijakan Powell, terutama dalam hal keterlambatan The Fed dalam merespons inflasi pasca pandemi.
Dalam berbagai wawancara media, termasuk Fox News dan CNBC, Warsh menegaskan bahwa “presiden benar merasa frustrasi terhadap Powell dan The Fed.” Ia menyerukan reformasi besar-besaran terhadap cara kerja bank sentral, termasuk usulan untuk menciptakan Treasury-Fed accord baru, seperti yang pernah dilakukan pada 1951 untuk memastikan sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter.
Warsh mengkritik keras keterlambatan The Fed dalam memangkas suku bunga, dan menyebut bahwa “keraguan mereka telah menjadi titik lemah yang mencolok.” Baginya, kegagalan dalam mengantisipasi inflasi menjadi catatan buruk yang harus segera diperbaiki melalui pergantian kepemimpinan dan perubahan cara kerja institusional.
Trump sendiri memuji Warsh secara terbuka, menyebutnya sebagai sosok yang “sangat dihormati.” Ini memberi sinyal kuat bahwa Warsh berada di posisi yang sangat kompetitif dalam daftar pendek Trump.
Dampak ke Arah Ekonomi AS
Penunjukan Ketua The Fed bukan sekadar keputusan administrative. Tetapi hal ini adalah langkah strategis yang berdampak luas terhadap stabilitas moneter, pasar keuangan, dan persepsi global terhadap independensi bank sentral AS.
Jika Trump memilih figur seperti Hassett atau Warsh, arah kebijakan The Fed kemungkinan besar akan lebih agresif dalam memangkas suku bunga dan lebih responsif terhadap tekanan politik. Hal ini dapat berdampak pada pelemahan dolar AS, kenaikan harga aset, dan potensi inflasi jangka menengah.
Namun, perubahan tersebut juga bisa menciptakan ketidakpastian baru, terutama jika pasar melihat The Fed kehilangan independensinya. Bagi investor global dan pelaku pasar di negara berkembang seperti Indonesia, langkah Trump dalam menunjuk Ketua The Fed yang baru akan menjadi sinyal penting yang perlu dicermati.
Politik, Ekonomi, dan Masa Depan Bank Sentral
Dengan dinamika politik yang terus bergerak cepat dan tensi tinggi antara Gedung Putih dan Federal Reserve, keputusan Donald Trump dalam memilih Ketua The Fed yang baru akan menjadi salah satu keputusan ekonomi paling signifikan dalam beberapa tahun ke depan.
Apakah ia akan memilih loyalis seperti Hassett atau reformis seperti Warsh? Atau justru mengejutkan publik dengan pilihan lainnya?
Yang jelas, arah kebijakan moneter AS tidak lagi hanya ditentukan oleh data ekonomi, tetapi juga oleh dinamika politik di Washington.


