(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada seminggu berlalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lalu serempak gain kuat, dengan IHSG di sekitar level rekor tertinggi.
- Dana asing deras capital inflow, sekitar Rp15,3 triliun dalam sepekan.
- Penjualan eceran Juli berpeluang meningkat.
- Sentimen global saat ini sekitar prospek pemangkasan suku bunga the Fed bulan depan.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah rilis BI Rate pada hari Rabu, serta data neraca berjalan pada hari Jumat nanti.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 19-22 August 2025.
===
Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau rally kuat dan sempat mencapai rekor intraday baru menembus level 8.000, lalu terkoreksi profit taking di hari terakhir, ditarik oleh fluktuatifnya saham perbankan dan energi, di antara masuknya dana asing sekitar Rp5,4 triliun di bursa. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada seminggu ini umumnya menghijau dengan Nikkei mencetak rekor. Secara mingguan IHSG ditutup menguat signifikan 4,84%, atau 364,990 poin, ke level 7.898,375.
Untuk minggu berikutnya (19-22 Agustus 2025), IHSG kemungkinan akan cenderung diincar profit taking pendek, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level level 7.966 dan 8.017. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7,517 dan bila tembus ke level 7,448.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu berakhir menguat di pekan keduanya, sempat bullish di 8 bulan tertingginya lalu terkoreksi di hari terakhir pasar, di antara capital inflow sekitar Rp7,9 triliun di pasar SBN dalam sepekan. Rupiah secara mingguannya berakhir menguat 0,85% atau 196 poin ke level Rp 16.155 per USD. Sementara, dollar global terpantau melemah di pekan ketiganya di sekitar 3 minggu terendahnya.
Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan berpeluang bangkit sebentar, atau kemungkinan rupiah terkoreksi walau agak terbatas, dalam range antara resistance di level Rp16.307 dan Rp Rp16.388, sementara support di level Rp16.090 dan Rp15.982.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau naik secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun yield obligasi dan berakhir ke level 6,391% pada akhir pekan, di minggu keduanya. Ini terjadi di tengah kembalinya ke aksi beli investor asing di pasar SBN. Sementara yields US Treasury terpantau berakhir melemah terbatas.
===
Bank Indonesia merilis kinerja penjualan eceran diprakirakan meningkat pada Juli 2025. Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2025 diprakirakan tumbuh sebesar 4,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya, sehingga mencapai level 222,5.
Peningkatan tersebut terutama bersumber dari Kelompok Suku Cadang dan Aksesori, Makanan, Minuman, dan Tembakau, serta Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Menurut BI, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan II 2025 tumbuh melambat. Posisi ULN Indonesia pada triwulan II 2025 tercatat sebesar 433,3 miliar dolar AS, atau secara tahunan tumbuh 6,1% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2025 sebesar 6,4% (yoy).
Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh ULN swasta yang melanjutkan kontraksi pertumbuhan dari triwulan sebelumnya.
Berdasarkan data transaksi 11 – 14 Agustus 2025, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp15,31 triliun, terdiri dari beli neto Rp5,37 triliun di pasar saham, Rp7,88 triliun di pasar SBN, dan Rp2,05 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
===
Sejumlah pelaku pasar adakalanya menghadapi masa-masa panik di tengah situasi tekanan pasar. Kadang-kadang investor bisa bereaksi secara sepertinya kurang logis atau over-reactive. Apapun itu, tidak mudah bereaksi bahkan secara logis pun pada saat pasar sedang heboh, gonjang-ganjing dan panik. Ini, antara lain, menunjukkan kuatnya fenomena psikologis dalam pasar, baik dalam individu per investor maupun di level pasar secara universal yang bisa disebut sebagai psikologi pasar. Di tengah kepanikan pasar demikian, ada saja investor yang bisa diuntungkan, misalnya untuk mereka yang bulan-bulan belakangan ini cukup tepat waktu untuk masuk dan keluar pasar di tengah pasar yang sideways.
Bagaimana pun, tidak mudah untuk mengikuti, memahami, apalagi memanfaatkan gejolak pasar yang naik turun. Jangan khawatir, Vibiznews.com adalah ahlinya untuk membantu menganalisis pasar bagi Anda dan memetik keuntungan dari dinamikanya. Mungkin Anda telah membuktikannya juga sebelum ini. Terima kasih telah bersama kami, ketahuilah kami ada demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting



