(Vibiznews – Economy & Business) Berbeda dengan sentimen pasar keuangan yang cenderung berhati-hati, sejumlah analis masih menilai peluang condong ke arah pemangkasan suku bunga lanjutan oleh Bank of England (BoE) pada bulan November mendatang. Meski demikian, tidak ada yang bisa dipastikan, mengingat arah kebijakan moneter Inggris akan sangat bergantung pada data-data kunci yang dirilis dalam beberapa bulan ke depan.
Hingga akhir 2025, masih terdapat tiga jadwal rapat Komite Kebijakan Moneter (Monetary Policy Committee/MPC) BoE, yakni pada September, November, dan Desember. Pasar memperkirakan rapat September kemungkinan tidak membawa perubahan, tetapi November menjadi titik fokus karena peluang pemangkasan sebesar 25 basis poin semakin besar. Pertanyaan pentingnya adalah: apakah data inflasi, pasar tenaga kerja, dan arah kebijakan fiskal cukup memberikan ruang bagi BoE untuk melonggarkan kebijakan moneternya?
Inflasi Pangan vs Inflasi Jasa
Inflasi tetap menjadi faktor paling menentukan. Dua laporan inflasi akan dirilis sebelum rapat BoE pada 6 November. Secara garis besar, prospeknya tidak sepenuhnya positif.
Inflasi utama diperkirakan berada di kisaran 4% pada September, sementara inflasi pangan diproyeksikan menembus di atas 5%. Bank memperkirakan inflasi pangan dapat mencapai 5,5% pada akhir tahun, sejalan dengan tekanan dari kenaikan biaya input, pajak penggajian, serta upah minimum yang lebih tinggi. Tidak mengherankan jika inflasi pangan Inggris saat ini lebih tinggi dibandingkan zona euro.
Kekhawatiran BoE berfokus pada risiko bahwa kenaikan harga pangan yang sangat dirasakan langsung oleh konsumen—dapat memicu ekspektasi inflasi jangka panjang. Jika itu terjadi, dampaknya bisa meluas ke pertumbuhan upah dan memperkuat tekanan inflasi jasa.
Namun, gambaran inflasi jasa justru berpotensi lebih jinak. Pertumbuhan sewa, salah satu komponen utama dalam inflasi jasa, mulai melambat. Baik sektor perumahan sosial maupun swasta menunjukkan keseimbangan pasar yang lebih baik setelah periode kekurangan pasokan pasca-pandemi. Tren ini menjadi sumber tekanan penurunan inflasi yang cukup signifikan bagi BoE menjelang akhir tahun.
Jika inflasi jasa benar-benar lebih terkendali, ruang pemangkasan suku bunga akan terbuka lebih lebar pada November. Tetapi bila inflasi pangan terus naik, keputusan bisa kembali condong ke arah mempertahankan suku bunga.
Dampak Pasar Tenaga Kerja Inggris pada Kebijakan Bank Sentral
Pasar tenaga kerja Inggris menunjukkan gejala perlambatan. Data payroll bulanan mencatat penurunan lapangan kerja dalam delapan dari sembilan bulan terakhir. Namun, anehnya, kondisi ini tidak terlalu memengaruhi keputusan BoE pada Agustus lalu.
Salah satu alasannya, data ketenagakerjaan dianggap kurang solid. Survei Angkatan Kerja memang lebih dapat diandalkan dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi kelemahan metodologis membuat Bank lebih mengandalkan survei bisnis. Menariknya, survei tersebut justru menunjukkan tanda-tanda perbaikan setelah sempat jatuh pasca-kenaikan pajak tahun lalu.
Meski demikian, risiko tetap besar. Jumlah lowongan kerja di hampir semua sektor jauh di bawah tingkat pra-Covid dan terus menurun lebih tajam dibandingkan negara-negara maju lainnya. Jika tren ini berlanjut, penurunan lapangan kerja yang lebih tajam menjelang November bisa menjadi faktor kejutan.
Sisi positifnya, pertumbuhan upah diperkirakan akan melambat dari 5% menjadi sekitar 3,5% pada akhir tahun. Jika sesuai dengan proyeksi BoE, hal ini akan memberikan rasa aman bagi bank sentral untuk melonggarkan kebijakan.
Penurunan pertumbuhan upah menurunkan risiko spiral inflasi upah-harga, sehingga mendukung argumen pemangkasan suku bunga. Namun bila data ketenagakerjaan melemah lebih drastis dari ekspektasi, kepercayaan konsumen dan belanja rumah tangga bisa terpukul, mempercepat arah pelonggaran moneter.
Kebijakan Fiskal Inggris: Antara Penghematan dan Pertumbuhan
Kebijakan fiskal melalui Anggaran Musim Gugur juga menjadi variabel penting. Tahun lalu, anggaran ini ditandai kenaikan pajak besar-besaran sekaligus peningkatan belanja yang agresif, sehingga mendorong PDB dan menopang ketahanan lapangan kerja sektor publik.
Tahun ini, ceritanya berbeda. Pemerintah menghadapi tantangan fiskal akibat proyeksi pertumbuhan, produktivitas, dan imigrasi yang direvisi turun. Kementerian Keuangan diperkirakan menghadapi kekurangan minimal £20 miliar. Meski pemerintah sudah menyingkirkan opsi kenaikan pajak penghasilan dan PPN, tidak tertutup kemungkinan kenaikan iuran Jaminan Sosial pemberi kerja kembali diberlakukan, meski berpotensi menekan pasar kerja.
Bagi BoE, kebijakan fiskal yang lebih ketat menjadi argumen untuk menurunkan suku bunga, terutama jika anggaran diumumkan sebelum rapat November. Namun waktu pengumuman anggaran masih belum jelas. Jika diumumkan lebih awal, kemungkinan besar BoE akan langsung memasukkan dampaknya dalam rapat kebijakan.
Dinamika Mata Uang: BoE vs The Fed
Pasar mata uang saat ini menilai kembali arah kebijakan BoE. Setelah rapat BoE yang bernada hawkish, ekspektasi suku bunga terminal naik sekitar 20 basis poin menjadi mendekati 3,60%. Sebaliknya, di Amerika Serikat, The Fed menghadapi tekanan politik dan pelemahan data ketenagakerjaan, sehingga ekspektasi suku bunga terminal turun menuju 3,00%.
Kesenjangan arah kebijakan moneter ini mendorong penguatan GBP/USD dari 1,32 ke 1,35. Namun, jika BoE memangkas suku bunga pada November, hal itu akan menjadi kejutan dovish yang berpotensi melemahkan sterling.
Meski demikian, potensi penurunan GBP/USD diperkirakan terbatas, mengingat The Fed juga diproyeksikan menurunkan suku bunga sebesar 75 basis poin secara bertahap hingga akhir tahun. Dengan latar belakang tren dolar yang cenderung melemah secara global, sterling masih berpeluang bertahan di kisaran 1,33–1,38 hingga akhir tahun.
Menjelang Keputusan BoE: Risiko dan Peluang
Secara keseluruhan, peluang pemangkasan suku bunga BoE di bulan November memang terbuka, tetapi jalannya sempit dan dipenuhi risiko. Inflasi pangan masih menjadi duri utama, sementara pasar tenaga kerja bisa menjadi titik balik jika penurunannya lebih tajam. Di sisi lain, anggaran fiskal pemerintah dapat memperkuat alasan pelonggaran, meski waktunya masih belum pasti.
Dari perspektif pasar, keputusan BoE pada November akan menjadi salah satu titik balik penting bagi sterling. Jika pemangkasan benar terjadi, dampak jangka pendek kemungkinan negatif bagi GBP. Namun tren pelemahan dolar AS memberi ruang bagi sterling untuk tetap stabil dalam jangka menengah.
Dengan demikian, investor, pelaku pasar, dan pembuat kebijakan perlu bersiap menghadapi periode volatilitas tinggi menjelang akhir Oktober hingga awal November. Semua mata akan tertuju pada inflasi, pasar tenaga kerja, dan arah kebijakan fiskal Inggris.



