(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada seminggu berlalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lalu umumnya rebound, di tengah situasi kota yang kondusif.
- Inflasi IHK Agustus dilaporkan turun ke level 2,31% (yoy).
- Dana asing deras ke luar dengan net capital outflow sekitar Rp16,8 triliun dalam sepekan.
- Sentimen global saat ini masih sekitar perkembangan aspek hukum tariff AS dan prospek pemangkasan suku bunga the Fed.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah rilis cadangan devisa pada hari Senin, serta penjualan ritel di Rabu mendatang ini.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 8-12 September 2025.
===
Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau rebound agak terbatas, rally menjauhi 3 minggu terendah sebelumnya, namun dibatasi net sell investor asing menjelang libur. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada seminggu ini umumnya mixed bias menguat. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 0,47%, atau 36,855 poin, ke level 7.867,348.
Untuk minggu berikutnya (8-12 September 2025), IHSG kemungkinan akan lanjut bias menguat, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level level 7.913 dan 8.022. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7,448 dan bila tembus ke level 7,344.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu berakhir balik menguat, menjadi yang terkuat di antara mata uang kawasan Asia di tengah kondusifnya keamanan kota-kota. Rupiah secara mingguannya berakhir menguat 0,25% atau 41 poin ke level Rp 16.415 per USD. Sementara, dollar global terpantau sideways bias terkoreksi.
Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan konsolidasi dan menurun, atau kemungkinan rupiah dalam bias menguat terbatas, dalam range antara resistance di level Rp16.488 dan Rp Rp16.495, sementara support di level Rp16.343 dan Rp16.250.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau turun secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik yield obligasi dan berakhir ke level 6,402% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berbaliknya ke aksi jual investor asing di pasar SBN. Sementara yields US Treasury terpantau berakhir merosot di pekan ketiganya.
===
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2025 kembali mencatat surplus sebesar USD 4,17 miliar. Dengan demikian ini merupakan surplus selama 63 bulan berturut-turut, sejak Mei 2020.
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2025 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, IHK Agustus 2025 tercatat deflasi sebesar 0,08% (mtm), sehingga secara tahunan inflasi IHK menurun menjadi 2,31% (yoy).
Berdasarkan data transaksi 1 – 3 September 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp16,85 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp3,87 triliun di pasar saham, Rp7,69 triliun di pasar SBN dan Rp5,29 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
===
Pasar yang terus bergejolak belakangan ini membuat sejumlah forum diskusi di antara kalangan investor digiatkan. “Pasar mau ke mana?” begitu yang sering jadi topik hangat diskusi, apalagi akan berlanjut kepada penurunan suku bunga the Fed. Memang benar hanya si pasar sendiri yang tahu arah pergerakan pasar. Namun demikian, perilaku pasar dapat dipelajari juga, bukan? Bagi mereka yang telah lama berpengalaman merasakan denyut naik turunnya pasar, biasanya akan cukup bijak untuk melihat pasar dari sudut “bird-eye view”.
Vibiznews.com pastinya punya kapabilitas itu sebagai media spesialisasi investasi yang berpengalaman. Mari bersama kami memanfaatkan gerak pasar dan jadilah investor yang ‘profitable’. Tetaplah bersama kami, Anda akan terbantu dalam pengambilan keputusan investasi Anda. Terima kasih pembaca karena telah setia bersama kami, partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting



