(Vibiznews – Bonds & Mutual Fund) – Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menyebut, peminat investor di surat berharga negara (SBN) terus meningkat termasuk investor ritel.
Dirjen Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Suminto menyampaikan, hal ini tercermin jumlah investor SBN ritel yang terus meningkat setiap tahun.
“Capaian kinerja DJPPR di 2025, diantaranya meningkatnya minat investor ritel, sehingga merupakan pendalaman dari pasar domestik.” Demikian ungkap Suminto saat melakukan rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (11/9/2025).
Dalam paparannya, total investor SBN ritel sepanjang 2020 hingga 2025 terus meningkat. Bila dirinci, pada 2020 mencapai 543.220 investor, pada 2021 meningkat jadi 604.456 investor, meningkat pada 2022 menjadi 699.201 investor.
Selanjutnya, investor SBN meningkat pada 2023 menjadi 814.338 investor, meningkat pada 2024 menjadi 916.574 investor. Dan pada 2025 meningkat menjadi 991.825 investor.
Adapun realisasi penerbitan SBN ritel selama lima tahun juga meningkat setiap tahunnya. Pada 2020 mencapai Rp 77 triliun, terdiri dari surat utang negara (SUN) Rp 34 triliun, dan surat berharga syariah (SBSN) Rp 43 triliun.
Kemudian meningkat pada 2021 menjadi Rp 98 triliun, terdiri dari SUN Rp 49 triliun dan Rp 49 triliun di SBSN. Lalu pada 2022 meningkat jadi Rp 107 triliun, terdiri dari SUN Rp 52 triliun, dan SBSN Rp 55 triliun.
Pada 2023 penerbitan SBN ritel mengalami peningkatan mencapai Rp 148 triliun, terdiri dari SUN Rp 66 triliun dan SBSN Rp 82 triliun. Selanjutnya, pada 2024 mencapai Rp 149 triliun, terdiri dari SUN Rp 63 triliun dan SBSN Rp 86 triliun.
Terakhir, hingga Agustus 2025 penerbitan SBN ritel mencapai 103 triliun, terdiri dari Rp 52 triliun dari SUN, dan SBSN sebesar Rp 51 triliun.
Menurut Analis Vibiz Research Center, meningkatnya minat investor terhadap SBN Ritel karena imbal hasil atau kupon dari SBN ritel juga lebih menarik. Hal ini jika dibandingkan dengan instrumen konvensional, sehingga minat investor diperkirakan akan meningkat.
Selain itu, masyarakat juga menilai investasi tersebut bebas risiko, sehingga ke depannya progresnya dipandang masih akan cukup baik.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting



