(Vibiznews – Economy) – Selama bertahun-tahun, banyak analis dan ekonom meyakini bahwa Amerika Serikat akan menghadapi resesi berkepanjangan, bahkan stagflasi, akibat kombinasi tarif baru, inflasi yang membandel, serta ketidakpastian global.
Namun memasuki 2025, realitas yang terjadi di lapangan justru jauh berbeda. Ekonomi Amerika bukan saja mampu menghindari jebakan resesi, tetapi juga menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik dibandingkan negara-negara maju lain.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan penting: mengapa model proyeksi Federal Reserve dan konsensus para ekonom begitu meleset? Dan apa makna dari perkembangan ini bagi investor, pelaku bisnis, serta masyarakat luas?
Narasi Resesi yang Tak Terjadi
Sejak 2024, banyak proyeksi menekankan bahwa Amerika Serikat akan terjebak dalam periode stagnasi akibat perlambatan global, beban tarif impor, serta potensi inflasi tinggi yang terus berlanjut. Kawasan euro bahkan dipromosikan sebagai wilayah yang lebih menjanjikan untuk investasi.
Namun kenyataannya berbalik. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mengungguli Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Jepang, bahkan seluruh kawasan euro. Data terbaru menunjukkan ekonomi AS tumbuh lebih cepat, dengan tingkat pengangguran rendah, serta upah riil yang naik secara konsisten.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS turun, pertanda investor melihat prospek ekonomi yang sehat, sementara imbal hasil obligasi kawasan euro justru meningkat meski Bank Sentral Eropa sudah memangkas suku bunga. Kondisi ini menandakan perbedaan fundamental yang tajam antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya di Eropa maupun Asia.
Data Pertumbuhan yang Solid
Setelah sempat mengalami kontraksi singkat pada kuartal I 2025, pertumbuhan PDB Amerika langsung pulih di kuartal II dengan laju 3–3,3% per tahun. Proyeksi GDPNow dari Federal Reserve Atlanta memperkirakan kuartal III tetap stabil di kisaran 3%.
Pemulihan ini bukan hanya ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang kuat, tetapi juga investasi bisnis yang meningkat. Bahkan menariknya, laju pertumbuhan ini terjadi dengan belanja pemerintah yang relatif terkendali, menepis anggapan bahwa ekspansi ekonomi hanya ditopang stimulus fiskal besar-besaran.
Inflasi Terkendali, Tarif Tak Berdampak Besar
Salah satu kekhawatiran utama sebelumnya adalah bahwa tarif impor baru akan mendorong lonjakan harga barang, menekan daya beli masyarakat, dan memicu inflasi yang sulit dikendalikan. Namun, data terbaru justru membantah hal tersebut.
Indeks Harga Konsumen (CPI) dan Indeks Harga Produsen (PPI) Agustus tercatat mendekati atau di bawah ekspektasi. Harga barang tahan lama dan tidak tahan lama relatif stabil, sementara biaya energi dan beberapa impor penting bahkan menurun. Dengan kata lain, tarif tidak menimbulkan kenaikan signifikan pada biaya hidup masyarakat Amerika.
Kondisi ini menciptakan ruang lebih luas bagi The Fed untuk mengambil kebijakan moneter yang lebih longgar tanpa khawatir memicu inflasi baru.
Pasar Tenaga Kerja yang Tangguh
Pasar tenaga kerja swasta juga menunjukkan ketahanan. Meski ada revisi data untuk periode 2023–2024 yang memangkas sekitar dua juta pekerjaan dari laporan awal, sejak awal 2025 sektor swasta kembali mencatat pertumbuhan positif, terutama di sektor jasa dan konstruksi.
Lebih penting lagi, pertumbuhan upah riil tidak hanya mengimbangi inflasi, melainkan berakselerasi. Data Juli 2025 menunjukkan upah riil per jam naik 1,2% dan pendapatan mingguan riil meningkat 1,4% dibandingkan setahun sebelumnya. Artinya, daya beli masyarakat benar-benar bertambah, meningkatkan pendapatan rumah tangga kelas menengah dan mendorong konsumsi domestik.
Konsumsi dan Penjualan Ritel Menguat
Kenaikan daya beli ini langsung tercermin pada aktivitas konsumsi. Penjualan ritel tetap tangguh meski pasar global bergejolak. Bloomberg memperkirakan penjualan ritel utama naik 0,2% pada Agustus, sedangkan kelompok inti tumbuh 0,3%.
Kinerja ini jauh lebih baik dibanding perkiraan sebelumnya yang cenderung pesimistis. Sentimen konsumen memang masih berhati-hati, tetapi secara umum stabil. Dengan pasar tenaga kerja yang solid dan upah riil yang terus naik, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tetap menjadi mesin utama pertumbuhan ekonomi Amerika pada paruh kedua 2025.
Pasar Antisipasi Rate Cut: Momentum Baru untuk Ekonomi Amerika
Perkembangan terbaru ini mengubah kebijakan moneter. Risiko inflasi yang semula dikhawatirkan ternyata terkendali, membuka peluang bagi The Fed untuk mulai menurunkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
Pasar keuangan sudah mulai mengantisipasi pemangkasan suku bunga tersebut, yang bisa menjadi katalis tambahan bagi peningkatan investasi dan momentum ekonomi. Jika kebijakan moneter longgar digabungkan dengan kondisi pasar tenaga kerja yang sehat, maka prospek ekonomi AS untuk sisa 2025 hingga 2026 terlihat lebih cerah.
Kegagalan Model Prediksi
Apa yang bisa dipelajari dari melesetnya proyeksi ekonomi ini? Pertama, model The Fed terbukti terlalu bergantung pada data pasar tenaga kerja yang dilebih-lebihkan. Revisi besar-besaran atas data penciptaan lapangan kerja di 2023–2024 menunjukkan kelemahan metodologi yang ada.
Kedua, The Fed seharusnya lebih mengandalkan data real-time, termasuk Beige Book miliknya sendiri yang sudah memperingatkan perlambatan tajam penciptaan lapangan kerja sejak Maret–April 2024. Namun, alih-alih berpegang pada data konkret, kebijakan terlalu banyak dipengaruhi narasi konsensus yang bias.
Hal ini menegaskan perlunya pendekatan kebijakan yang benar-benar berbasis data (data dependent), bukan sekadar mengikuti arus opini pasar atau perkiraan model makro yang kaku.
Apa Artinya bagi Investor dan Publik?
Bagi investor, perkembangan ini membawa pesan penting: jangan hanya bergantung pada konsensus analis arus utama. Realitas ekonomi di lapangan bisa berbeda jauh dari proyeksi, dan mereka yang mampu membaca tren secara independen berpeluang meraih keuntungan lebih besar.
Bagi publik, kabar baiknya adalah peningkatan daya beli nyata, pertumbuhan pekerjaan, serta inflasi yang terkendali. Kondisi ini memberikan rasa aman lebih besar bagi rumah tangga kelas menengah, yang menjadi tulang punggung konsumsi nasional.
Optimisme Baru, Tantangan Tetap Ada
Meski perkembangan 2025 menunjukkan kekuatan ekonomi Amerika yang mengejutkan banyak pihak, bukan berarti tantangan hilang sama sekali. Ketidakpastian global, tensi geopolitik, serta siklus bisnis yang alamiah tetap menjadi faktor risiko. Namun, dibanding setahun lalu, posisi Amerika Serikat kini jauh lebih kuat.
Kesimpulannya jelas: model The Fed dan konsensus ekonom yang meramalkan resesi besar tidaklah tepat. Ekonomi AS justru sedang berada dalam fase ekspansi sektor swasta yang nyata, didukung pertumbuhan upah, lapangan kerja, dan konsumsi. Kini saatnya The Fed benar-benar bertumpu pada data, bukan pada narasi.
Dengan fondasi ini, peluang Amerika Serikat untuk mempertahankan keunggulan ekonominya di tengah ketidakpastian global semakin terbuka lebar.



