(Vibiznews – Economy & Business) Kunjungan kenegaraan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Inggris kali ini menjadi sorotan besar, bukan hanya karena prosesi resmi dan diplomatiknya, tetapi juga karena potensi dampaknya terhadap ekonomi Inggris yang tengah tertekan. Di balik jamuan megah di Windsor dan pertemuan di Chequers, terdapat harapan besar pemerintah Inggris untuk mendapatkan lebih dari sekadar pengumuman investasi.
Beberapa kesepakatan bisnis besar memang sudah dipastikan. Raksasa keuangan BlackRock, perusahaan teknologi Alphabet (induk Google), hingga firma investasi Blackstone disebut siap menggelontorkan dana miliaran dolar ke Inggris. Sejumlah proyek energi, termasuk kerja sama di sektor nuklir, juga telah diumumkan, memicu optimisme akan lahirnya “era keemasan” kemitraan energi transatlantik.
Namun, lebih dari sekadar angka investasi, Perdana Menteri Keir Starmer menghadapi tekanan politik dan ekonomi di dalam negeri. Kritik terhadap kebijakan pajaknya yang dinilai menekan iklim usaha, skandal rumah tangga politik yang mengguncang kabinet, hingga menurunnya kepercayaan publik, membuat kunjungan Trump dipandang sebagai momen penting untuk memulihkan kepercayaan pasar sekaligus memperkuat citra pemerintah.
Lalu, apa sebenarnya yang paling diinginkan Inggris dari kunjungan kenegaraan ini? Setidaknya ada tiga hal besar yang menjadi fokus utama: penyempurnaan kesepakatan dagang, penghapusan tarif baja dan aluminium, serta dorongan kepercayaan bisnis yang sangat dibutuhkan.
- Kesepakatan Dagang yang Masih Setengah Jalan
Bagi pemerintah Inggris, “hubungan istimewa” dengan Amerika Serikat selalu menjadi kartu diplomatik yang berharga. Tahun ini, Inggris bahkan menjadi negara pertama yang menandatangani “economic prosperity deal” dengan pemerintahan Trump, sebuah pencapaian yang dipuji sebagai bukti kedekatan kedua negara.
Namun, perjanjian dagang tersebut masih dianggap “belum lengkap”. Banyak komitmen yang belum terealisasi, terutama terkait detail tarif dan akses pasar. Walaupun Inggris sudah memperoleh konsesi berupa tarif dasar 10% dan penurunan bea masuk baja serta aluminium menjadi 25% — lebih ringan dibandingkan 50% yang dikenakan pada negara lain — kesepakatan ini belum benar-benar memberikan kepastian jangka panjang.
Trump sendiri, dalam pernyataannya sebelum mendarat di London, menyebut bahwa dirinya “siap membantu” Inggris untuk menyempurnakan kesepakatan dagang. Pernyataan ini memberi sinyal adanya ruang tawar-menawar baru yang bisa menguntungkan Inggris.
Mantan Duta Besar AS untuk Uni Eropa, Anthony Gardner, menilai kunjungan kenegaraan ini adalah momentum emas. “Kesepakatan itu masih belum nyata. Banyak hal penting yang masih perlu diisi,” ujarnya kepada CNBC. Dengan kata lain, agenda dagang akan menjadi salah satu poin terpenting di meja perundingan Chequers.
- Tarik Ulur Tarif Baja dan Aluminium
Isu kedua yang menjadi prioritas Inggris adalah nasib industri baja domestik. Selama beberapa tahun terakhir, sektor ini terombang-ambing akibat tingginya biaya produksi, persaingan global, dan kebijakan perdagangan AS yang memberlakukan tarif 25% terhadap ekspor baja Inggris.
Pemerintah Starmer menargetkan penghapusan tarif ini, sebagaimana sempat dijanjikan dalam blueprint awal kesepakatan dagang bilateral. Pasalnya, meski hanya menyumbang sekitar 7% dari total ekspor baja Inggris, pasar AS bernilai lebih dari £370 juta pada 2024. Bagi sektor yang rentan, setiap akses pasar menjadi krusial untuk mempertahankan ribuan pekerjaan di pabrik baja yang tersisa.
Namun, harapan ini tampaknya tidak mudah terwujud. Laporan BBC baru-baru ini mengungkapkan bahwa rencana penghapusan tarif tersebut justru tertunda tanpa batas waktu. Hal ini bisa menjadi pukulan berat bagi pemerintah, khususnya Partai Buruh yang sedang berupaya menjaga dukungan dari daerah pemilih tradisional mereka yang sangat bergantung pada industri manufaktur.
- Suntikan Kepercayaan di Tengah Krisis Politik
Selain perdagangan, tujuan penting lainnya dari kunjungan Trump adalah memberikan dorongan psikologis, baik bagi dunia usaha maupun politik domestik Inggris. Pemerintahan Starmer sedang goyah. Dalam dua pekan terakhir, Wakil Perdana Menteri Angela Rayner mundur karena skandal pajak rumah, sementara Duta Besar Inggris untuk AS, Peter Mandelson, dipecat setelah terungkap kedekatannya dengan sosok kontroversial Jeffrey Epstein.
Serangkaian gejolak ini membuat kredibilitas Starmer dipertanyakan, baik di mata publik maupun investor asing. Kehadiran Trump dengan membawa paket investasi jumbo bisa menjadi simbol kepercayaan global terhadap Inggris, sebuah narasi yang sangat dibutuhkan untuk menenangkan pasar dan memulihkan citra pemerintah.
Menurut Lindsay Newman, pakar risiko geopolitik, momen ini akan dimanfaatkan untuk menunjukkan kesatuan dan optimisme. “Ada banyak kesepakatan yang akan diumumkan, tetapi lebih dari itu, ini tentang mengubah narasi bahwa kemitraan transatlantik masih kuat dan relevan,” katanya.
Momentum Politik dan Diplomasi
Secara politis, kunjungan Trump juga sarat makna simbolis. Ia menjadi satu-satunya pemimpin dunia yang menerima dua kali undangan kunjungan kenegaraan ke Inggris, kali ini dengan jamuan langsung dari Raja Charles III di Windsor. Hal ini bukan hanya soal protokol, melainkan juga sinyal bahwa hubungan Inggris-AS tetap menjadi pilar utama diplomasi kedua negara di tengah gejolak geopolitik global.
Menteri Perdagangan AS, Scott Bessent, bahkan menyebut kunjungan ini sebagai “momen luar biasa” yang akan mempertegas posisi Trump di panggung internasional sekaligus memperlihatkan Inggris sebagai mitra terpercaya.
Trump, Starmer, dan Arah Baru Ekonomi Inggris
Dengan latar belakang tekanan ekonomi, politik, dan bisnis yang dihadapi, kunjungan kenegaraan Trump menjadi lebih dari sekadar seremoni diplomatik. Inggris tidak hanya menantikan masuknya investasi besar, tetapi juga mengincar kepastian dalam kesepakatan dagang, solusi atas tarif baja yang membebani industri, serta suntikan kepercayaan yang sangat dibutuhkan untuk menenangkan publik dan pelaku pasar.
Apakah semua harapan itu bisa terwujud? Jawabannya akan terlihat dari hasil pembicaraan di balik pintu tertutup antara Trump dan Starmer. Yang jelas, setiap kesepakatan, pernyataan, atau bahkan gestur simbolis dalam kunjungan ini akan berdampak jauh melampaui jamuan makan malam kerajaan yang menyentuh langsung pada arah ekonomi dan politik Inggris ke depan.



