(Vibiznews – Economy & Business) Pasar keuangan global kembali bergejolak pada pertengahan pekan ini. Saham-saham di Eropa dan Asia melemah mengikuti jejak Wall Street, sementara dolar AS justru menguat terhadap mata uang utama lainnya. Pemicunya adalah pernyataan terbaru Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang tidak banyak memberi sinyal baru soal arah suku bunga, di saat investor menaruh ekspektasi besar pada penurunan suku bunga agresif dalam beberapa bulan mendatang.
Namun bukan hanya faktor moneter yang menjadi perhatian. Di Eropa, saham sektor pertahanan justru menjadi bintang, melonjak setelah Presiden AS Donald Trump menyampaikan keyakinan bahwa Ukraina bisa merebut kembali seluruh wilayah yang kini dikuasai Rusia. Komentar itu, meski belum mencerminkan perubahan kebijakan resmi AS, menambah dimensi baru pada peta geopolitik global yang sudah panas.
Powell Hati-hati, Pasar Wait & See
Jerome Powell dalam pidatonya menegaskan kembali perlunya The Fed menyeimbangkan dua risiko besar: inflasi yang masih relatif tinggi dan pasar tenaga kerja yang mulai melemah. Pekan lalu, The Fed memangkas suku bunga acuannya sebesar 0,25 poin persentase, sebuah langkah yang menandai pergeseran dari sikap sangat ketat menuju fase pelonggaran.
Namun, pelaku pasar berharap lebih. Mereka menginginkan sinyal yang lebih jelas bahwa penurunan suku bunga akan dilakukan secara agresif, terutama setelah data ekonomi terbaru menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Purchasing Managers’ Index (PMI) S&P Global, misalnya, mengindikasikan aktivitas bisnis di AS melambat untuk bulan kedua berturut-turut pada September.
Powell tidak menutup pintu pada penurunan lebih lanjut, tetapi ia juga tidak memberikan kepastian. “Ada perubahan jelas pada pertemuan terakhir yang menetapkan arah, tetapi laju pemangkasan masih harus kita lihat,” ujar ekonom Chris Scicluna dari Daiwa Capital, merangkum nada hati-hati Powell.
Bagi investor, sikap ambigu ini menimbulkan kegelisahan. Mereka tahu arah kebijakan akan menuju pelonggaran, tetapi belum jelas seberapa cepat dan seberapa besar. Ketidakpastian inilah yang mendorong pelemahan saham dan menguatkan dolar.
Taruhan Pasar: Suku Bunga Akan Turun
Meski Powell berhati-hati, pasar obligasi menunjukkan keyakinan bahwa penurunan suku bunga akan segera berlanjut. Kontrak berjangka Fed funds mencerminkan probabilitas hampir 92% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga lagi pada pertemuan Oktober mendatang, naik dari 90% sehari sebelumnya.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor panjang turun tipis karena meningkatnya permintaan investor. Yield obligasi 30 tahun turun ke 4,717%, sementara yield 10 tahun turun ke 4,106%. Obligasi dua tahun, yang paling sensitif terhadap arah kebijakan moneter, relatif stabil di 3,565%.
Pergerakan ini menunjukkan bahwa pasar lebih percaya pada skenario pelonggaran moneter agresif, meski The Fed belum mengonfirmasi secara terbuka. Dengan kata lain, ekspektasi pasar lebih dovish dibanding pernyataan resmi bank sentral.
Saham Industri Pertahanan Eropa Naik di Tengah Komentar Trump
Di sisi lain Atlantik, dinamika berbeda terjadi. Saham-saham industri pertahanan Eropa melonjak 2% hingga 4,8% setelah Donald Trump menyatakan keyakinan bahwa Ukraina dapat merebut kembali seluruh wilayahnya dengan dukungan Uni Eropa.
Saham Rheinmetall, Hensoldt, hingga SAAB menjadi penggerak utama. Investor menilai bahwa jika konflik di Ukraina memasuki fase baru, permintaan terhadap peralatan militer dan pertahanan akan semakin tinggi.
Meski begitu, komentar Trump belum tentu menandakan perubahan kebijakan resmi AS. Saat ini, kebijakan Washington terhadap Ukraina masih penuh dinamika, tetapi ucapan Trump cukup untuk mendorong sentimen positif di sektor pertahanan. Sementara itu, indeks STOXX 600 secara keseluruhan tetap melemah 0,4% karena tekanan dari sektor keuangan.
Geopolitik dan Pasar: Kombinasi yang Tak Terpisahkan
Pernyataan Trump di Majelis Umum PBB juga menyoroti sikap kontroversialnya terhadap isu lain. Ia menolak gagasan pengakuan negara Palestina, mengkritik kebijakan perubahan iklim, dan menilai bahwa kebijakan imigrasi Eropa salah arah. Retorika keras ini menambah ketidakpastian geopolitik, meskipun dampak langsung terhadap pasar belum signifikan.
Namun, pasar keuangan global telah menunjukkan betapa erat hubungan antara politik dan ekonomi. Tahun ini, isu geopolitik mulai dari perang Rusia-Ukraina, kebijakan perdagangan AS, hingga ketegangan di Timur Tengah berulang kali menjadi pemicu volatilitas pasar.
Emas Tahan Dolar, Minyak Naik Tipis
Di pasar komoditas, emas kembali menunjukkan perannya sebagai aset lindung nilai. Meski dolar menguat, harga emas naik 0,25% ke US$3.772 per ons, mendekati rekor tertinggi US$3.790 per ons yang dicapai sehari sebelumnya.
Kenaikan emas menegaskan bahwa investor masih mencari perlindungan dari risiko ketidakpastian, baik dari arah kebijakan The Fed maupun ketegangan geopolitik.
Sementara itu, harga minyak Brent naik 0,3% ke US$67,86 per barel setelah kesepakatan ekspor minyak dari Kurdistan Irak mengalami hambatan. Kondisi ini sedikit meredakan kekhawatiran pasar tentang potensi kelebihan pasokan global.
Dampak bagi Publik, Dunia Usaha, dan Investor
Bagi masyarakat luas, dinamika ini membawa pesan bahwa kondisi ekonomi global sedang berada di persimpangan. Suku bunga mungkin turun, yang dalam jangka pendek bisa membantu biaya kredit lebih rendah, tetapi ketidakpastian tetap tinggi.
Bagi pelaku usaha, terutama yang bergantung pada ekspor-impor, penguatan dolar bisa menjadi pedang bermata dua: meningkatkan daya saing di pasar global bagi eksportir AS, tetapi memperberat beban impor bagi negara lain.
Bagi investor, sektor pertahanan dan emas kembali menegaskan perannya sebagai aset yang relatif aman di tengah gejolak. Namun, saham secara umum masih menghadapi tekanan selama arah kebijakan The Fed belum jelas.
Pasar keuangan global pada pekan ini mencerminkan dua hal: pertama, ketidakpastian moneter akibat komunikasi hati-hati dari Federal Reserve; kedua, pengaruh besar geopolitik terhadap sentimen pasar.
Dolar menguat, saham melemah, tetapi emas dan saham pertahanan justru naik. Situasi ini menunjukkan bahwa pasar sedang mencari keseimbangan antara optimisme terhadap pelonggaran suku bunga dan kewaspadaan terhadap risiko eksternal.
Singkatnya, ekonomi dan pasar global sedang berjalan di jalur sempit: ada peluang keuntungan dari penurunan suku bunga, tetapi risiko geopolitik dan perlambatan ekonomi tetap membayangi.



