(Vibiznews – Economy) – Kenaikan inflasi tahunan Amerika Serikat pada September menunjukkan tekanan baru dari kebijakan tarif impor yang diberlakukan Presiden Donald Trump.
Meskipun inflasi meningkat ke level tertinggi dalam 17 bulan terakhir, pelaku pasar masih memperkirakan Federal Reserve akan melanjutkan langkah pelonggaran moneter pada akhir Oktober.
Inflasi Kembali Menguat Setelah Tren Melambat
Laporan Consumer Price Index (CPI) yang akan dirilis pada Jumat diperkirakan menunjukkan kenaikan 3,1% secara tahunan (year-on-year) pada September, menurut survei yang dilakukan Dow Jones Newswires dan The Wall Street Journal.
Apabila hasil resmi sesuai dengan perkiraan, angka tersebut akan naik dari 2,9% pada Agustus, sekaligus menjadi tingkat inflasi tertinggi sejak Mei 2024. Lonjakan ini juga menandai bulan kelima berturut-turut inflasi tahunan meningkat, memperlihatkan bahwa tekanan harga belum sepenuhnya mereda.
Para ekonom menilai kenaikan inflasi kali ini terutama disebabkan oleh tarif impor baru yang diberlakukan pemerintahan Presiden Trump terhadap berbagai negara. Tarif dua digit pada sejumlah produk utama telah mendorong kenaikan harga di tingkat konsumen, setelah sebelumnya inflasi sempat mendekati target jangka panjang 2% yang ditetapkan oleh Federal Reserve (The Fed).
Sebelum April, inflasi menunjukkan tren penurunan yang konsisten sejak puncaknya pasca-pandemi pada 2022. Namun, pengumuman tarif impor besar-besaran oleh Gedung Putih membuat tekanan harga kembali meningkat, terutama pada barang konsumsi yang sangat bergantung pada rantai pasok global.
Dampak Tarif terhadap Inflasi dan Konsumen
Kenaikan harga akibat tarif ini kini mulai dirasakan oleh rumah tangga dan pelaku bisnis. Barang-barang kebutuhan seperti peralatan rumah tangga, suku cadang otomotif, dan produk elektronik mengalami penyesuaian harga yang lebih tinggi karena biaya impor meningkat.
“Tarif baru ini secara tidak langsung berfungsi sebagai pajak tambahan bagi konsumen Amerika,” kata salah satu analis di New York. “Harga impor naik, dan pada akhirnya biaya tersebut diteruskan ke pembeli akhir.”
Data juga menunjukkan bahwa indeks harga konsumen inti atau core inflation, yang tidak memasukkan harga pangan dan energi kemungkinan tetap stabil di 3,1%, sama seperti bulan sebelumnya. Stabilitas inflasi inti ini mengindikasikan bahwa tekanan inflasi yang terjadi lebih banyak bersumber dari kenaikan harga barang-barang tertentu yang dipengaruhi oleh tarif, bukan dari permintaan domestik yang berlebihan.
Meskipun demikian, para analis memperingatkan bahwa bila kebijakan tarif berlanjut atau diperluas, dampaknya dapat semakin luas terhadap sektor industri dan belanja konsumen, terutama menjelang musim liburan akhir tahun.
Inflasi Naik Lagi, Apa Langkah The Fed Selanjutnya?
Kenaikan inflasi untuk kelima kalinya secara berturut-turut menjadi tantangan bagi The Fed, yang selama beberapa bulan terakhir fokus menurunkan suku bunga untuk mencegah perlambatan ekonomi yang lebih tajam.
The Fed baru saja memangkas suku bunga acuan federal funds rate sebesar 25 basis poin pada pertemuan September lalu. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari strategi menjaga stabilitas pasar tenaga kerja di tengah tanda-tanda melemahnya pertumbuhan upah dan meningkatnya klaim pengangguran.
Namun, dengan inflasi yang kini kembali meningkat, The Fed menghadapi dilema klasik: apakah akan menahan laju pelonggaran moneter untuk menjaga stabilitas harga, atau tetap melanjutkan penurunan suku bunga demi mendukung pemulihan ekonomi.
Sebagian besar ekonom menilai kenaikan inflasi saat ini belum cukup besar untuk mengubah arah kebijakan. Pasar berjangka suku bunga menunjukkan bahwa investor masih memperkirakan pemangkasan tambahan sebesar 25 basis poin pada akhir Oktober, disusul kemungkinan pelonggaran lebih lanjut menjelang akhir tahun.
“Tekanan inflasi saat ini masih dalam kendali, dan The Fed kemungkinan akan melihatnya sebagai efek sementara dari kebijakan tarif,” ujar seorang ekonom dari Wells Fargo Securities. “Selama inflasi inti tetap stabil dan ekspektasi jangka panjang tidak naik signifikan, arah kebijakan tetap menuju pelonggaran.”
Peran Sektor Perumahan dan Sewa
Menariknya, laju kenaikan sewa tempat tinggal komponen utama dalam perhitungan CPI menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Kondisi ini menjadi faktor penting yang menahan inflasi keseluruhan agar tidak meningkat terlalu cepat.
Beberapa wilayah perkotaan besar, seperti New York dan Los Angeles, mulai melaporkan penurunan harga sewa baru setelah lonjakan tajam dalam dua tahun terakhir. Fenomena ini membantu menyeimbangkan tekanan harga yang datang dari barang impor dan energi.
“Jika inflasi sewa terus melambat, ini akan menjadi penyangga alami terhadap inflasi headline,” ujar seorang analis dari Moody’s Analytics. “Hal itu juga memberi ruang bagi The Fed untuk lebih percaya diri dalam menurunkan suku bunga tanpa khawatir inflasi akan lepas kendali.”
Inflasi 3,1% Picu Volatilitas Pasar dan Tekanan bagi The Fed
Kenaikan inflasi ke level 3,1% dapat memicu volatilitas jangka pendek di pasar keuangan, khususnya pada obligasi dan dolar AS. Investor akan mencermati bagaimana The Fed merespons data ini, mengingat kombinasi antara tarif yang tinggi, pelemahan ekonomi global, dan ketidakpastian politik menjelang pemilu 2026.
Namun, sebagian besar analis pasar tetap berpendapat bahwa tren jangka menengah mendukung kebijakan moneter yang lebih longgar, karena risiko resesi masih membayangi.
Dalam konteks global, pelonggaran oleh The Fed juga akan memberi sinyal positif bagi pasar emas, komoditas, dan mata uang negara berkembang yang sensitif terhadap arah dolar AS.
CPI Jadi Penentu Arah Kebijakan The Fed
Laporan inflasi CPI pada Jumat ini akan menjadi momen penting bagi arah kebijakan moneter Amerika Serikat. Jika data sesuai dengan perkiraan inflasi 3,1% secara tahunan dan inflasi inti stabil maka The Fed memiliki ruang untuk tetap fokus pada dukungan pertumbuhan ekonomi tanpa kehilangan kendali atas stabilitas harga.
Kenaikan inflasi kali ini tampak lebih sebagai efek kebijakan perdagangan daripada gejala ekonomi yang terlalu panas. Karena itu, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan tetap melanjutkan pendekatan hati-hati: menurunkan suku bunga secara bertahap sambil memantau apakah tekanan harga akibat tarif bersifat sementara atau justru berkelanjutan.



