
(Vibiznews-Economic) The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan memangkas suku bunga acuannya sebesar seperempat poin pada akhir pertemuan dua harinya yang akan berakhir Rabu waktu setempat atau Kamis dini hari. Langkah ini menandai pergeseran penting dalam arah kebijakan moneter Amerika Serikat, dari fokus utama menekan inflasi menuju upaya menjaga ketahanan pasar tenaga kerja yang mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan.
Menurut FedWatch Tool milik CME Group, pasar memperkirakan hampir 100% peluang bahwa Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan memangkas suku bunga dana federal ke kisaran 3,75% hingga 4%, menjadi pemangkasan kedua dalam dua pertemuan terakhir. Pemangkasan lanjutan juga diprediksi akan dilakukan pada pertemuan terakhir tahun ini di bulan Desember, meskipun arah kebijakan ke depan masih penuh ketidakpastian.
Langkah ini diambil setelah serangkaian data ekonomi menunjukkan inflasi yang tetap membandel, namun tidak menunjukkan lonjakan yang mengkhawatirkan. Sebaliknya, pasar tenaga kerja mulai melemah signifikan, dengan pertumbuhan lapangan kerja hampir berhenti dalam beberapa bulan terakhir.
Keseimbangan Mandat Ganda: Inflasi vs Pekerjaan
Sejak pandemi, The Fed berupaya menyeimbangkan dua mandat utamanya dari Kongres untuk menjaga stabilitas harga dan memaksimalkan lapangan kerja. Selama dua tahun terakhir, fokus kebijakan moneter sepenuhnya diarahkan untuk menekan inflasi yang sempat mencapai level tertinggi dalam empat dekade. Namun, seiring melambatnya momentum ekonomi, kekhawatiran terhadap perlambatan tenaga kerja kini menjadi prioritas baru.
“Pemangkasan suku bunga kali ini bukan hanya soal menurunkan biaya pinjaman, tetapi juga sinyal bahwa The Fed siap melindungi pasar tenaga kerja dari pelemahan yang lebih dalam,” ujar analis ekonomi dari Bank of America, Michael Gapen, dalam riset terbarunya.
Langkah The Fed diharapkan dapat menurunkan biaya pinjaman jangka pendek, memperlonggar kondisi keuangan, dan memberi dorongan bagi dunia usaha untuk memperluas investasi serta perekrutan tenaga kerja. Dalam konteks makroekonomi, keputusan ini bertujuan membawa suku bunga mendekati tingkat “netral”, yaitu level yang tidak mendorong atau menahan aktivitas ekonomi.
Inflasi Masih di Atas Target, Tapi Terkendali
Meski demikian, inflasi tetap menjadi faktor yang membatasi ruang gerak bank sentral. Data Consumer Price Index (CPI) untuk September menunjukkan kenaikan harga lebih rendah dari perkiraan, memperkuat keyakinan pasar bahwa tekanan inflasi kini mulai terkendali. Namun, angka inflasi tahunan masih berada di atas target 2% The Fed.
Dalam beberapa pernyataan publik, sejumlah pejabat The Fed mengisyaratkan kesiapan mereka untuk memangkas suku bunga lebih lanjut bila inflasi terus melambat tanpa menyebabkan lonjakan harga baru. Namun, mereka juga menegaskan pentingnya berhati-hati agar langkah pelonggaran tidak memicu tekanan harga kembali naik.
“Risiko terbesar bagi The Fed saat ini bukan lagi inflasi yang terlalu tinggi, tetapi keterlambatan merespons pelemahan ekonomi, yang dapat memperburuk perlambatan di sektor ketenagakerjaan,” tulis Gregory Daco, kepala ekonom EY-Parthenon, dalam sebuah analisis pasar.
Dampak Tarif Impor dan Ketidakpastian Bisnis
Selain faktor inflasi dan tenaga kerja, kebijakan tarif impor yang diberlakukan dalam beberapa bulan terakhir juga menjadi perhatian utama. Tarif tersebut telah meningkatkan ketidakpastian di kalangan pelaku bisnis, menekan ekspansi perusahaan, dan menyebabkan kenaikan harga barang impor yang pada akhirnya diteruskan kepada konsumen.
“Tarif impor memperburuk dilema kebijakan moneter. Di satu sisi, mereka menaikkan harga; di sisi lain, mereka menekan aktivitas ekonomi dan perekrutan,” kata Sarah House, ekonom senior di Wells Fargo. “Kondisi ini mempersempit ruang manuver The Fed dalam mencapai keseimbangan kebijakan yang optimal.”
Pasar Menanti Pernyataan Powell
Dengan pasar hampir sepenuhnya memperkirakan pemangkasan suku bunga, fokus investor kini beralih ke pernyataan resmi FOMC dan konferensi pers Ketua The Fed Jerome Powell yang akan digelar setelah keputusan diumumkan.
Powell diperkirakan akan menjelaskan alasan utama di balik keputusan pemangkasan serta memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter untuk sisa tahun ini. Para pelaku pasar akan menyoroti apakah Powell memberi sinyal bahwa The Fed akan terus menurunkan suku bunga secara bertahap atau justru berhenti sementara untuk menilai dampak dari dua kali pemangkasan berturut-turut.
Pasar obligasi dan saham diperkirakan akan bereaksi kuat terhadap bahasa yang digunakan dalam pernyataan kebijakan tersebut. Nada yang terlalu dovish dapat memicu reli di pasar saham, sementara nada yang hati-hati atau netral dapat menahan ekspektasi pelonggaran lebih lanjut.
Keterbatasan Data Akibat Penutupan Pemerintah
Satu hal yang membuat keputusan The Fed kali ini semakin kompleks adalah minimnya data ekonomi terbaru akibat penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) yang sedang berlangsung di Washington.
Penutupan ini telah menunda penerbitan sejumlah laporan penting, termasuk laporan ketenagakerjaan (nonfarm payrolls) dan data pertumbuhan PDB, yang biasanya menjadi acuan utama bagi The Fed dalam merumuskan kebijakan. Akibatnya, laporan CPI bulan September mungkin menjadi data terakhir yang dapat dijadikan panduan oleh The Fed untuk sementara waktu.
“Situasi ini membuat keputusan The Fed lebih banyak didasarkan pada proyeksi dan penilaian tren ekonomi, bukan pada data aktual,” ujar Diane Swonk, kepala ekonom di KPMG. “Dalam kondisi seperti ini, komunikasi dari Powell menjadi lebih penting dari biasanya untuk menjaga kepercayaan pasar.”
The Fed Mulai Akhiri Era Suku Bunga Tinggi
Keputusan pemangkasan suku bunga kali ini menandai babak baru dalam siklus kebijakan moneter AS pergeseran dari mode pengetatan menuju penyesuaian yang lebih akomodatif. Meskipun inflasi belum sepenuhnya kembali ke target, tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja dan tekanan dari tarif impor telah memaksa The Fed untuk bertindak.
Dengan data ekonomi yang terbatas dan ketidakpastian fiskal akibat kebuntuan politik di Washington, langkah The Fed kali ini bukan sekadar penyesuaian teknis, tetapi strategi untuk menjaga stabilitas di tengah lanskap ekonomi yang semakin rapuh.
Investor kini menanti sinyal berikutnya: apakah The Fed akan terus melonggarkan kebijakan secara bertahap hingga tahun depan, atau menahan diri sambil menunggu bukti lebih kuat dari perlambatan ekonomi yang nyata.
Dalam jangka pendek, pasar tampaknya telah menerima bahwa era “higher for longer” mulai berakhir digantikan oleh fase baru di mana The Fed kembali fokus pada menjaga keseimbangan antara inflasi dan pertumbuhan lapangan kerja.


