Pasar Menanti Arah Kebijakan The Fed di Tengah Bayang Shutdown

320
The word FED Federal Reserve on US dollars as the economy concept, interest rates control to help world economy crisis

(Vibiznews-Economic)

Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), memulai rapat kebijakan dua harinya pada Selasa waktu setempat (Rabu waktu Indonesia) dengan ekspektasi kuat dari pasar bahwa lembaga ini akan kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Langkah ini akan menurunkan suku bunga federal funds rate ke kisaran 3,75%–4,00%, level terendah sejak awal 2023. Namun, di balik ekspektasi tersebut, pejabat The Fed disebut masih terbelah dan berhati-hati, di tengah ketidakpastian ekonomi akibat shutdown pemerintahan AS yang kini memasuki minggu keempat.

Kebijakan Moneter di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Ketika The Fed terakhir kali menggelar pertemuan pada pertengahan September, ekonomi AS masih menunjukkan tanda-tanda ketahanan yang moderat. Pemerintah federal saat itu masih beroperasi penuh, pasar tenaga kerja mulai melemah secara bertahap, sementara inflasi bergerak naik sedikit namun masih dalam kisaran yang dapat diterima.

Kini, kondisi makroekonomi tampak tidak banyak berubah, namun dampak penutupan sebagian pemerintahan (partial shutdown) mulai terasa nyata terhadap aktivitas ekonomi. Penutupan ini telah berlangsung selama 28 hari dan telah menunda publikasi data ekonomi penting seperti inflasi, penjualan ritel, dan data ketenagakerjaan, yang biasanya menjadi acuan utama The Fed dalam menentukan arah kebijakan.

“Sulit untuk menilai arah ekonomi tanpa data resmi,” ujar salah satu analis dari Barclays. “Itulah sebabnya rapat The Fed kali ini lebih berfokus pada penilaian situasi ekonomi secara keseluruhan, bukan hanya pada keputusan suku bunga.”

Pasar Sudah Antisipasi Pemangkasan Suku Bunga

Menurut perangkat CME FedWatch Tool, pelaku pasar kini menilai peluang pemangkasan suku bunga pada Oktober mencapai hampir 100%, sementara 91% investor juga memperkirakan pemangkasan tambahan bisa terjadi pada Desember mendatang. Langkah ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi AS mulai melambat akibat kombinasi faktor eksternal  seperti ketegangan perdagangan global dan faktor domestik berupa stagnasi fiskal akibat kebuntuan politik di Washington.

Namun demikian, perhatian pasar tidak lagi terpusat pada pemangkasan itu sendiri, melainkan pada arah kebijakan selanjutnya. The Fed dinilai akan lebih hati-hati memberikan sinyal mengenai siklus pelonggaran moneter berikutnya.

“Kami memperkirakan sinyal ke depan dari The Fed akan sangat terbatas,” tulis Matthew Luzzetti, Kepala Ekonom AS di Deutsche Bank. “Ketua The Fed Jerome Powell kemungkinan akan menjaga fleksibilitas dan tidak akan berkomitmen pada langkah kebijakan tertentu hingga akhir tahun.”

Likuiditas Mengetat, Program Pengetatan Neraca Berpotensi Dihentikan

Selain isu suku bunga, analis juga menyoroti kemungkinan The Fed akan segera mengakhiri program pengetatan neraca (quantitative tightening) dalam beberapa bulan ke depan. Program ini, yang bertujuan mengurangi jumlah aset di neraca The Fed, mulai menekan likuiditas di pasar uang.

Beberapa ekonom memperkirakan penghentian quantitative tightening bisa dilakukan sebelum akhir tahun, kemungkinan pada Desember, untuk menjaga kelancaran sistem keuangan menjelang musim liburan dan penutupan tahun fiskal.

“Likuiditas di pasar uang mulai mengetat dan The Fed perlu bertindak sebelum tekanan tersebut menghambat fungsi pasar,” ujar Ellen Zentner, Kepala Ekonom Morgan Stanley.

Ketidakpastian Politik dan Dampak Shutdown Pemerintah

Shutdown yang terjadi saat ini menjadi pengganggu terbesar bagi perumusan kebijakan moneter. Penutupan pemerintahan federal yang memasuki hari ke-28 telah membuat sebagian besar kantor statistik dan lembaga ekonomi tidak dapat mempublikasikan data resmi.

Tanpa data ekonomi yang akurat, The Fed menghadapi risiko besar dalam mengambil keputusan kebijakan yang tepat. Sejumlah analis memperingatkan bahwa ketidakpastian ini bisa membuat The Fed lebih konservatif, menunda panduan kebijakan hingga data-data penting kembali tersedia.

“Ketika data ekonomi tidak lengkap, komunikasi The Fed akan menjadi faktor utama yang diperhatikan pasar,” kata Diane Swonk, Kepala Ekonom KPMG. “Powell harus berhati-hati untuk tidak menimbulkan kesan bahwa bank sentral kehilangan arah.”

Pasar Keuangan Menanti Pidato Powell

Pernyataan resmi hasil rapat FOMC akan dirilis pada Rabu pukul 2 siang waktu Washington (Kamis dini hari WIB), disusul konferensi pers oleh Jerome Powell pada pukul 2:30 siang. Investor global akan menantikan nada pidato Powell untuk mencari sinyal apakah The Fed masih melihat perlambatan ekonomi sebagai risiko utama, atau justru mulai mengkhawatirkan stabilitas inflasi jangka menengah.

Sinyal dovish seperti pengakuan terhadap melemahnya ekonomi atau indikasi penghentian quantitative tightening dapat menekan Dolar AS dan mendorong kenaikan harga emas, sementara nada yang lebih netral atau hawkish bisa mendukung penguatan Dolar di pasar global.

The Fed Malam Ini Bisa Ubah Arah Dolar dan Emas

Keputusan dan nada kebijakan The Fed malam ini diperkirakan akan memiliki dampak luas bagi pasar global. Dolar AS, yang baru saja stabil setelah koreksi pekan lalu, kembali menjadi fokus utama pelaku pasar. Jika The Fed menegaskan sikap hati-hati dan mengindikasikan siklus pelonggaran yang berlanjut, maka aset berisiko seperti saham dan komoditas berpeluang menguat.

Sebaliknya, jika Powell menyampaikan pandangan bahwa ekonomi masih cukup kuat dan inflasi tetap terkendali, pasar mungkin akan menafsirkan langkah pemangkasan kali ini sebagai pemotongan terakhir dalam waktu dekat. Hal itu bisa memicu rebound Dolar AS dan tekanan jual pada emas dan mata uang utama lainnya.

Pandangan Akhir: Pasar Tunggu Kepastian Arah The Fed

Dengan inflasi yang masih relatif jinak, pasar tenaga kerja yang mulai melambat, serta ketidakpastian akibat shutdown pemerintah, The Fed berada di persimpangan kebijakan yang sulit.

Sebagian besar analis memperkirakan bahwa The Fed akan tetap menurunkan suku bunga kali ini, tetapi menahan diri untuk tidak memberikan panduan eksplisit tentang langkah selanjutnya. Langkah ini akan memberi ruang bagi The Fed untuk menilai ulang kondisi ekonomi begitu data-data resmi kembali tersedia.

“Powell akan berhati-hati menjaga keseimbangan antara menjaga stabilitas pasar dan tetap fleksibel terhadap risiko ekonomi,” tulis laporan Deutsche Bank. “Kunci utama kali ini bukanlah pemangkasan itu sendiri, melainkan bagaimana The Fed memandu ekspektasi pasar ke depan.”

Pertemuan FOMC kali ini menjadi salah satu yang paling ditunggu sepanjang tahun. Di tengah ekonomi global yang penuh ketidakpastian, komunikasi The Fed akan menjadi penentu arah sentimen pasar apakah menuju pelonggaran yang lebih agresif atau justru memasuki fase jeda kebijakan yang lebih hati-hati.