The Fed Potensi Dovish di Desember Pasar Global Bersiap Hadapi Siklus Pelonggaran Baru

351
The word FED Federal Reserve on US dollars as the economy concept, interest rates control to help world economy crisis

(Vibiznews – Economy & Business) Ketidakpastian kembali membayangi arah kebijakan moneter Amerika Serikat. Dengan berlanjutnya penutupan sebagian pemerintahan federal (government shutdown) yang menghambat publikasi data ekonomi utama, Federal Reserve berpotensi harus membuat keputusan penting tanpa panduan terbaru dari laporan tenaga kerja dan inflasi.

Dalam situasi yang digambarkan Bank of America sebagai “terbang buta (flying blind),” The Fed mungkin tetap melanjutkan rencana pemangkasan suku bunga pada pertemuan Desember, meski data kunci seperti Nonfarm Payrolls (NFP) dan Consumer Price Index (CPI) belum diperbarui sejak September.

Kebijakan Moneter di Tengah Kegelapan Data

Dalam catatan riset yang dirilis Selasa (28/10), ekonom Bank of America, Aditya Bhave dan Matthew Yep, menegaskan bahwa mayoritas tipis anggota The Fed, termasuk Ketua Jerome Powell, memandang risiko perlambatan pasar tenaga kerja cukup signifikan untuk membenarkan “setidaknya 75 basis poin pemangkasan suku bunga tahun ini.”

Namun, tanpa data baru yang bisa menjadi dasar keputusan, kelompok ini kemungkinan besar akan memilih untuk “tetap mengikuti panduan dari dot plot September,” yang menunjukkan kecenderungan pelonggaran kebijakan lanjutan.

Sementara itu, para pejabat yang lebih berhati-hati atau disebut “hawkish camp” yang mungkin akan menolak langkah tersebut. Dari 19 anggota FOMC (Federal Open Market Committee), tujuh di antaranya hanya memperkirakan satu kali pemangkasan tahun ini, dan empat nama di antaranya : Michael Barr, Austan Goolsbee, Alberto Musalem, dan Jeff Schmid yang diperkirakan akan mempertahankan pandangan tersebut.

Bank of America menilai, kelompok hawkish ini mungkin tidak akan menentang satu kali pemangkasan tambahan, tetapi “pemangkasan ketiga bisa menjadi langkah terlalu jauh,” terutama bila klaim pengangguran negara bagian (jobless claims) tetap stabil.

Potensi Perpecahan di Dalam FOMC

Kondisi ini membuka peluang perdebatan yang lebih tajam di dalam tubuh The Fed. Riset Bank of America memperkirakan akan ada setidaknya satu perbedaan suara (dissent) dari kubu hawkish pada rapat Desember mendatang, bersamaan dengan dissent dovish dari Gubernur Fed Stephen Miran, yang sejak Oktober lalu sudah mendorong pemangkasan 50 basis poin.

“Situasi ini berpotensi membuat proses pengambilan keputusan menjadi semakin bergejolak,” tulis analis BofA. “Powell akan memiliki kendali yang lebih sedikit atas konsensus internal, sementara suara dari bank-bank regional bisa menjadi semakin vokal dalam perbedaan pandangan.”

 

Jika Shutdown Berakhir Sebelum Desember

Masih ada kemungkinan peta kebijakan berubah jika pemerintahan AS berhasil dibuka kembali sebelum akhir November. Dalam skenario itu, laporan pekerjaan September yang tertunda dapat diterbitkan sebelum rapat FOMC, memberi sedikit panduan bagi Powell dan timnya.

Namun, BofA menekankan bahwa satu laporan pekerjaan yang kuat saja tidak akan cukup untuk membuat Powell menghentikan pelonggaran.
“Jika data September dan Oktober tersedia, Fed mungkin akan mempertimbangkan jeda (pause) hanya jika tingkat pengangguran tetap di sekitar 4,3% dan aktivitas ekonomi menunjukkan ketahanan,” jelas Bhave dan Yep.

Dalam skenario terbaik, jika Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) berhasil mengejar keterlambatan publikasi hingga data November, keputusan Desember akan sangat bergantung pada arah tingkat pengangguran:

  • Jika turun ke 4,3%, Fed bisa menahan diri.
  • Jika naik ke 4,5%, peluang pemangkasan tambahan meningkat.
  • Di tengah (4,4%), keputusan akan menjadi “close call” yang sangat bergantung pada tren inflasi dan sentimen ekonomi.

Inflasi Mulai Mendingin, Tapi Masih di Atas Target

Satu-satunya data besar yang sempat dirilis sebelum shutdown adalah CPI bulan September, yang menunjukkan kenaikan 0,3% secara bulanan dan 3% secara tahunan sedikit di bawah ekspektasi pasar (0,4% dan 3,1%).

Inflasi inti (tanpa energi dan pangan) naik 0,2% per bulan dan 3% per tahun, menandai perlambatan dibandingkan kenaikan 0,3% pada Juli dan Agustus.
Data ini memperkuat keyakinan bahwa tekanan harga mulai menurun, mendukung keputusan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada rapat Oktober lalu.

Namun, dengan inflasi masih di atas target 2%, The Fed menghadapi dilema klasik:

  • Memotong terlalu banyak bisa memicu inflasi kembali naik.
  • Menahan terlalu lama bisa memperdalam perlambatan ekonomi dan memperburuk kondisi pasar tenaga kerja.

Pasar Global Siaga: The Fed, Dolar, dan Emas di Persimpangan

Ketiadaan data ekonomi dan ketidakpastian kebijakan moneter membuat pasar finansial global berada dalam posisi waspada. Trader valuta asing  dan emas memantau setiap sinyal dari pejabat The Fed untuk membaca arah berikutnya.

  • Untuk dolar AS, ketiadaan data kuat berarti pasar akan lebih mengandalkan retorika pejabat Fed.
    Jika sinyal dovish meningkat, USD berpotensi melemah, mendukung penguatan XAU/USD (emas).
  • Untuk pasar emas, kekosongan data memperkuat daya tarik logam mulia sebagai safe haven di tengah ketidakpastian kebijakan dan potensi perpecahan di internal FOMC.
    Emas telah bertahan di atas $4.000 per troy ounce, dengan pelaku pasar memandang area tersebut sebagai support psikologis utama.

Selain itu, potensi kesepakatan dagang baru antara AS dan Tiongkok yang diumumkan pekan lalu dapat menahan sebagian permintaan safe haven, namun investor tetap berhati-hati mengingat banyak isu strategis yang belum terselesaikan, seperti akses semikonduktor dan isu keamanan teknologi.

Menanti Langkah Terakhir The Fed di 2025

Dengan data ekonomi yang terbatas dan perbedaan pandangan di internal, keputusan The Fed pada Desember akan menjadi salah satu momen paling kompleks dalam siklus kebijakan moneter tahun ini.

Bank of America menilai bahwa Powell cenderung melanjutkan rencana pemangkasan ketiga, meski tanpa panduan lengkap dari data inflasi dan tenaga kerja, karena risiko penurunan ekonomi lebih besar daripada risiko inflasi saat ini.

Namun, jika pemerintah berhasil membuka kembali dan data menunjukkan stabilitas tenaga kerja, peluang jeda sementara bisa meningkat.
Bagi pasar emas dan forex, ini berarti volatilitas tinggi menjelang rapat FOMC Desember, di mana setiap pernyataan Powell akan menjadi penentu arah tren hingga akhir tahun.