Pasar Lapangan Kerja AS Bergeser : Pekerjaan ‘Opsi Terakhir’ Kini Banyak Diminati

183
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy & Business) Pasar tenaga kerja Amerika Serikat tengah memasuki fase yang tidak terduga. Di satu sisi, angka pengangguran resmi masih relatif rendah. Di sisi lain, pencari kerja mulai mengantre untuk posisi yang dulu nyaris tak dilirik. Seperti penjaga lalu lintas proyek konstruksi, guru pengganti bergaji pas-pasan, hingga petugas kebersihan dan pekerja fasilitas daur ulang yang bergelut dengan sampah setiap hari.

Fenomena ini mencerminkan pergeseran dinamika pasar tenaga kerja pascapandemi. “Era kemewahan” bagi pekerja  ketika mereka bebas lompat kerja dengan mudah selama masa Great Resignation  perlahan memudar. Digantikan oleh realitas baru: ekonomi yang melambat, rekrutmen yang lebih selektif, dan meningkatnya tekanan bagi pekerja untuk menerima pekerjaan apa pun yang tersedia, bahkan yang dulu dianggap “opsi terakhir”.

Dari 10 Menjadi 80 Lamaran per Minggu

Marcus Rush, CEO AQC Traffic Control di Atlanta, mungkin salah satu contoh paling jelas dari perubahan ini. Perusahaannya menyediakan petugas flagging yakni pekerja yang berdiri di bawah terik matahari atau dinginnya musim dingin, mengibarkan papan “STOP” dan “SLOW” demi mengatur laju kendaraan di sekitar proyek konstruksi.

Dua tahun lalu, Rush hanya menerima sekitar 10 lamaran per minggu. Pekerjaan dengan shift 12 jam di tengah jalanan, penuh debu dan risiko, bukanlah impian banyak orang. Sekarang, ia menerima hingga 80 lamaran dalam periode yang sama.

“Dulu setiap telepon kantor berdering, saya berharap itu pelanggan baru,” kata Rush. “Sekarang, hampir pasti itu orang yang menanyakan lamaran kerja. Dulu tidak pernah seperti ini.”

Ledakan minat ini bukan hanya terjadi di bisnis Rush. Sejumlah agensi tenaga kerja dan pemberi kerja melaporkan tren serupa di berbagai jenis pekerjaan yang selama ini identik dengan gaji rendah, jam kerja tidak menentu, dan lingkungan kerja yang berat. Bahkan posisi di fasilitas daur ulang, di mana pekerja masih diharuskan menyortir sampah dan material daur ulang secara manual  kini lebih mudah terisi.

Pekerja Tak Lagi Bisa Terlalu Pilih-Pilih

Kondisi ini tidak lepas dari melemahnya momentum pasar tenaga kerja AS. Dalam survei Harris Poll untuk Bloomberg News, hampir setengah pekerja yang sudah bekerja mengakui bahwa jika mereka kehilangan pekerjaan hari ini, mereka memperkirakan butuh empat bulan atau lebih untuk mendapatkan pekerjaan dengan kualitas serupa. Persepsi ini menggeser posisi tawar: dari pekerja ke pemberi kerja.

Bagi perusahaan yang selama bertahun-tahun kesulitan mengisi lowongan “tak populer”, situasi sekarang terasa seperti “balas dendam”. Sebagian masih memulihkan diri dari periode kekosongan posisi yang akut dan lonjakan upah sebesar 27% sejak awal pandemi. Kini, dengan lebih banyak pelamar dan pertumbuhan yang melambat, mereka bisa sedikit mengerem kenaikan gaji dan memperketat seleksi.

“Pada 2022, mencari pekerja itu hampir mustahil,” ujar Rick Hermanns, CEO HireQuest Inc., perusahaan staffing yang memasok tenaga untuk pusat daur ulang dan sektor lain. “Sekarang kondisinya jauh lebih mudah.”

Di tingkat makro, data Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) menunjukkan tingkat pengangguran berada di 4,3% pada Agustus, masih terbilang rendah secara historis. Namun, ada satu detail penting: mereka yang menganggur cenderung menganggur lebih lama. Hampir 26% penganggur telah tidak bekerja lebih dari enam bulan, salah satu porsi tertinggi dalam satu dekade. Artinya, pintu masuk pasar kerja makin sempit, dan mereka yang terlempar dari arus utama harus mengambil pekerjaan yang sebelumnya tak dilirik.

Guru Pengganti, dari Pilihan Cadangan Jadi Jalan Keluar

Kisah Danielle Norwood menggambarkan dilema tersebut. Veteran radio berusia 53 tahun ini kehilangan pekerjaannya sebagai penyiar di Topeka, Kansas, pada musim gugur lalu. Setelah mencoba menjadi pengemudi Uber dan mengirimkan banyak lamaran tanpa hasil, ia kini mengejar sertifikasi guru pengganti.

Ia mengakui waspada terhadap cerita-cerita buruk  termasuk kabar seorang guru pengganti yang sampai “ditendang di perut” oleh murid. Namun, realitas ekonomi memaksa. Dengan bayaran sekitar US$140–US$200 per hari dan peluang untuk tetap “bermakna”, profesi itu kini terasa sebagai jalan ke depan yang paling realistis.

“Anak-anak itu tidak punya batasan,” kata Norwood. “Tapi saya rasa saya bisa mengatasinya. Dan secara finansial, ini satu-satunya cara yang saya lihat ke depan.”

Perusahaan staffing di sektor pendidikan juga mencatat perubahan pola. Edustaff, penyedia tenaga guru pengganti, mencatat dalam laporan 2024 bahwa meski jumlah guru pengganti telah kembali ke level pra-Covid, kekurangan tetap terjadi karena banyak yang enggan menerima penugasan akibat bayaran rendah dan jam kerja yang tak menentu. Upah median guru pengganti hanya sekitar US$18,50 per jam.

Namun kini, situasinya mulai berbalik. Morgan Hunter, firma staffing di kawasan Kansas City yang memiliki unit khusus guru pengganti, melaporkan “tahun terbaik dalam perekrutan sejak Covid”. Selain ekonomi yang melemah, ada fenomena lain: profesional dari sektor lain yang jenuh lalu tertarik menjajal dunia pendidikan. Kelly Services Inc., raksasa staffing yang menangani hampir 6 juta penugasan guru pengganti per tahun, juga melihat peningkatan aplikasi dengan motif serupa.

Dari Sopir Truk Sampah hingga Penjara dan Militer

Pergeseran serupa juga terjadi di sektor lain yang identik dengan turnover tinggi.

Perusahaan pengelolaan limbah seperti Waste Management Inc. melaporkan perbaikan retensi karyawan dalam beberapa laporan kinerja terakhir. Perusahaan berbasis di Houston itu bahkan menyebut turnover di kalangan sopir truk sampah dan teknisi berada di titik terendah sepanjang sejarah perusahaan. Sebagian perbaikan ini memang dipengaruhi otomatisasi sejumlah tugas, tetapi sisi lain dari cerita ini jelas: lebih banyak pekerja yang memilih bertahan.

Di fasilitas daur ulang, divisi HireQuest yang menangani sektor limbah dan recycling melaporkan bahwa jumlah lamaran per lowongan naik hingga 50% dibandingkan beberapa tahun lalu. Ini kombinasi dari jumlah pelamar yang lebih banyak dan posisi lowong yang lebih sedikit yang merupakan cerminan pasar tenaga kerja yang makin ketat dari sisi permintaan.

Industri pemasyarakatan yang reputasinya keras dan tingkat turnover tinggi pun ikut merasakan perubahan. Departemen Pemasyarakatan Georgia melaporkan menerima lebih dari seribu lamaran per bulan dalam tiga bulan terakhir untuk semua posisi, termasuk petugas pemasyarakatan. Angka tersebut naik lebih dari 40% dibandingkan tahun sebelumnya, dipacu gencarnya iklan dan job fair.

Militer AS, yang sering kali dipersepsikan sebagai pilihan berat karena risiko bahaya dan jauhnya penempatan dari keluarga, juga kembali mencapai target rekrutmen. Pada 2022, Angkatan Darat AS gagal memenuhi target hingga 25%. Kini, menurut ekonom RAND, Beth Asch, hampir semua matra melaporkan keberhasilan memenuhi target lebih cepat dari jadwal. Ia menegaskan bahwa ini pola klasik: ketika ekonomi melemah dan pengangguran naik, pendaftaran militer meningkat serta didukung pula oleh kenaikan gaji dalam beberapa tahun terakhir.

Pekerjaan “Tak Menarik” Jadi Komoditas Bernilai

Bagi Rush, perubahan ini terasa nyata di lini terdepan. Kalau dulu ia hampir menerima siapa saja yang lolos tes narkoba dan memiliki sertifikasi flagging, kini ia bisa menyeleksi ketat dan hanya merekrut sekitar 15% pelamar. Salah satu karyawannya adalah Ieshia Jones, 36 tahun, veteran flagging dengan pengalaman 15 tahun yang bergabung enam minggu lalu.

“Banyak orang tidak tahan berada di luar saat dingin atau panas,” kata Jones. “Saya justru menyukainya. Jujur, ini membuat saya merasa menjadi bagian dari sesuatu.”

Rush sendiri bukan pengusaha biasa. Lulusan MBA Stanford tahun 2020 ini membeli AQC Traffic Control setahun setelah lulus. Saat diberi tahu bahwa tingkat selektivitas perekrutannya hampir menyamai tingkat penerimaan mahasiswa baru Stanford, ia hanya tertawa.

“Saya tidak pernah menyangka kami akan berada di posisi seperti sekarang,” ujarnya.

Di balik anekdot itu, terdapat pesan penting bagi pelaku pasar dan pembuat kebijakan: struktur pasar tenaga kerja AS sedang bergeser. Pekerjaan yang selama ini berada di “pinggiran” yang identik dengan kasar, kotor, bergaji pas-pasan saat ini justru menjadi penyangga utama bagi rumah tangga yang tertekan dan perusahaan yang mencari efisiensi. Selama ekonomi belum benar-benar pulih dan peluang kerja berkualitas terbatas, “pekerjaan yang tidak diinginkan” ini akan tetap menjadi pintu masuk utama ke dunia kerja bagi jutaan orang Amerika.