Kenaikan Pengangguran AS Kembali Tekan The Fed, Arah Suku Bunga Jadi Sorotan Pasar

117

Bagi perekonomian AS, pasar tenaga kerja yang melunak menjadi sinyal peringatan penting. Konsumsi rumah tangga sebagai salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi AS sangat bergantung pada stabilitas pekerjaan dan pertumbuhan pendapatan. Ketika tingkat pengangguran meningkat dan kenaikan upah melambat, risiko perlambatan konsumsi pun ikut naik.

The Fed sendiri memiliki mandat ganda dari Kongres: menjaga inflasi tetap rendah dan memastikan tingkat lapangan kerja maksimal. Namun dalam kondisi saat ini, kedua tujuan tersebut semakin sulit dicapai secara bersamaan.

Sebagian pejabat The Fed masih berpendapat bahwa inflasi yang bertahan di atas target 2% menuntut kebijakan moneter tetap ketat. Tarif impor yang diberlakukan terhadap hampir seluruh mitra dagang utama AS dinilai terus menambah tekanan harga, meski inflasi di sektor perumahan mulai melandai.

Di sisi lain, kelompok yang lebih dovish menilai pasar tenaga kerja membutuhkan dukungan lebih cepat. Mereka khawatir penundaan pelonggaran kebijakan justru berisiko mendorong pengangguran naik lebih tajam, yang pada akhirnya memicu perlambatan ekonomi yang lebih dalam.

Laporan Ketenagakerjaan Jaga Peluang Pemangkasan Suku Bunga

Laporan tenaga kerja November memberi amunisi bagi kubu pendukung pelonggaran kebijakan, meski belum sepenuhnya mengakhiri perdebatan internal di The Fed. Pasar keuangan pun merespons dengan hati-hati.

Berdasarkan CME FedWatch Tool, probabilitas pemangkasan suku bunga pada pertemuan Januari berada di kisaran 24%. Angka ini mencerminkan sikap wait-and-see pelaku pasar, yang menilai The Fed masih membutuhkan lebih banyak data sebelum mengambil langkah lanjutan.

Pasar juga memperkirakan satu kali pemangkasan tambahan pada 2026, meski skenario dua hingga tiga kali pemangkasan mulai kembali diperbincangkan jika data ketenagakerjaan dan inflasi berikutnya menunjukkan pelemahan yang konsisten.

Namun demikian, reliabilitas data menjadi perhatian tersendiri. Penutupan pemerintah AS pada Oktober dan November telah mengganggu proses pengumpulan data oleh Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS). Hal ini membuat sejumlah ekonom menyarankan agar data terbaru dibaca dengan kehati-hatian.

Data Campuran, Narasi Kebijakan Tetap Terbuka

Di balik kenaikan pengangguran, detail laporan tenaga kerja menyisakan ruang interpretasi. Perekrutan sektor swasta non-pertanian dinilai tidak memburuk secara signifikan dibandingkan periode musim panas, bahkan menunjukkan tanda stabilisasi ringan.

Sejumlah ekonom menilai kondisi ini mencerminkan pasar tenaga kerja yang melemah secara bertahap, bukan runtuh secara tiba-tiba. Artinya, urgensi bagi The Fed untuk segera “menyelamatkan” ekonomi dengan pemangkasan agresif masih bisa diperdebatkan.

Pandangan ini memperkuat argumen bahwa The Fed kemungkinan akan memilih untuk berhenti sejenak pada Januari, sembari menilai dampak kumulatif dari pemangkasan suku bunga yang telah dilakukan sebelumnya.

Pemangkasan Sebelumnya Dinilai Tepat, Langkah Lanjutan Masih Tergantung Data

Meski demikian, konsensus di kalangan ekonom cenderung menyebut bahwa kebijakan The Fed sepanjang akhir 2025 berada di jalur yang tepat. Tiga kali pemangkasan suku bunga dinilai sebagai langkah “asuransi” yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas.

Jika tren kenaikan pengangguran berlanjut dan inflasi menunjukkan tanda melandai, ruang bagi pemangkasan tambahan pada paruh pertama 2026 akan terbuka lebih lebar. Dalam skenario tersebut, pasar dapat mulai memproyeksikan dua hingga tiga kali pemangkasan, melampaui ekspektasi pasar saat ini.

Namun, jika inflasi kembali menguat, terutama akibat efek lanjutan tarif bisa jadi The Fed berpotensi mempertahankan sikap hati-hati lebih lama, meski pasar tenaga kerja melemah.

Ketidakpastian Tarif dan Politik Tambah Kompleksitas

Faktor eksternal turut memperumit arah kebijakan moneter. Ketidakpastian terkait kebijakan tarif perdagangan AS telah membuat banyak perusahaan menahan ekspansi dan perekrutan. Sejumlah pejabat The Fed secara terbuka mengakui bahwa ketidakpastian ini menjadi salah satu faktor utama perlambatan pasar tenaga kerja.

Dalam konteks ini, pemangkasan suku bunga dipandang sebagai cara untuk meredam dampak negatif ketidakpastian kebijakan terhadap dunia usaha. Namun, The Fed juga menyadari bahwa pelonggaran berlebihan berisiko memperpanjang tekanan inflasi.

Tenaga Kerja Melunak, Volatilitas Pasar Mengintai

Kenaikan pengangguran pada November menegaskan bahwa pasar tenaga kerja AS tidak lagi sekuat beberapa kuartal sebelumnya. Bagi The Fed, data ini memperkuat legitimasi pemangkasan suku bunga yang telah dilakukan, namun belum cukup untuk memastikan langkah lanjutan dalam waktu dekat.

Ke depan, arah kebijakan moneter AS akan sangat ditentukan oleh kombinasi data ketenagakerjaan, inflasi, dan dinamika kebijakan perdagangan. Pasar pun bersiap menghadapi volatilitas yang lebih tinggi, seiring investor mencoba menafsirkan apakah The Fed akan kembali melonggarkan kebijakan atau justru memilih bersabar di tengah ketidakpastian ekonomi global yang kian kompleks.