Peringatan Bank Dunia Terkait Potensi PHK di Industri Manufaktur dan Pertanian

1122

Ditengah tren perlambatan ekonomi global yang telah berdampak pada perekonomian nasional, Bank Dunia untuk Indonesia kembali memperingatkan untuk pemutusan hubungan kerja (PHK) masih akan berpotensi terjadi di Indonesia, khususnya di sektor manufaktur dan pertanian. Perekonomian nasional yang melambat disinyalir menjadi penyebab rendahnya penyerapan tenaga kerja. Pasalnya kejatuhan harga komoditas yang mulai terjadi sejak 2012 silam telah memangkas pertumbuhan ekonomi daerah-daerah yang kaya akan sumber daya alam (SDA), seperti di Kalimantan dan Sumatera.

Di sisi lain, lemahnya permintaan ekspor dari negara mitra dagang seperti Tiongkok juga turut menjadi masalah utama yang harus dipikul para perusahaan yang bergerak di bidang sektor komoditas. Tekanan-tekanan inilah yang harus diakui sangat mempengaruhi perusahaan untuk melakukan efisiensi pekerja terutama di industri pertanian dan manufaktur. Bank Dunia sendiri memproyeksikan laju ekonomi Indonesia pada tahun 2015 ini akan melambat dengan prediksi pertumbuhan sebesar 4,7 persen, dibawah target yang dipatok pemerintah yaitu 5 persen.

Bank Dunia juga menambahkan tingkat pengangguran baru baru akan berkurang jika perekonomian nasional tumbuh tinggi dan kondisi tersebut kemungkinan baru akan terjadi pada tahun 2015 mendatang dengan estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen. Pada kesempatan yang sama, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia juga mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 mendatang akan dipacu oleh angka investasi dan konsumsi domestik, jika kondisi tersebut terealisasi pada 2016, maka diperkirakan aktivitas ekspor dan impor akan membaik, meski disadari permintaan ekspor dari negara seperti Tiongokok tetap masih lemah.

Tentu saja peranan investasi tidak lepas dari realisasi peran infrastruktur yang nantinya akan sangat membantu ekspor dan impor. Bank Dunia bahkan memprediksi tahun depan ekspor Indonesia bisa mencapai 4,6 persen sementar impor akan berada di level 3,6 persen. Perbaikan ekonomi Indonesia pada tahun 2016 mendatang juga nampaknya akan terbantu oleh serangkaian paket kebijakan ekonomi yang sudah dan masih akan dirilis oleh pemerintah maupun Bank Indonesia (BI).

Seperti diketahui, sampai hari ini BI masih belum bisa menurunkan suku bunga acuannya untuk mendorong konsumsi ataupun investasi domestik meskipun laju inflasi September lalu berhasil melambat ke level terendahnya dalam kurum 5 bulan terakhir yaitu sebesar 6,83 persen (yoy). Pasalnya, stabilitas nilai tukar rupiah saat ini masih memerlukan kebijakan moneter ketat, sehingga BI belum bisa menurunkan suku bunga meski hal itu diperlukan di tengah perlambatan ekonomi. (Lihat juga: Opsi BI Untuk Turunkan Suku Bunganya Masih Tertutup)

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here