Karena Laju Inflasi Jepang Masih Terlalu Rendah, BOJ Rate Tidak Berubah

706

Bank of Japan (BOJ) sampai saat ini masih mempertahankan kebijakan moneter longgarnya pada rekor suku bunga acuan rendah yang tidak berubah dari bulan sebelumnya, yaitu masih di kisaran nol persen. Keputusan BOJ hari ini (7/10) cukup menimbulkan perdebatan ditengah spekulasi yang berkembang di Jepang saat ini bahwa tanda-tanda negara ini akan kembali jatuh ke jurang resesi semakin terlihat. Paska keputusan BOJ ini, fokus para pelaku pasar beralih ke konferensi pers yang akan dilakukan Gubernur BOJ, Haruhiko Kuroda siang ini untuk melihat petunjuk penyesuaian kebijakan moneter yang akan diumumkan pada 30 Oktober mendatang.

Belakangan ini rilis kinerja di berbagai sektor bisnis Jepang memang terpantau melambat. Yang tidak luput dari sorotan BOJ adalah tingkat produksi industri Jepang periode Agustus 2015 yang tercatat masih lanjutkan fase kontraksi meski pada laju yang lebih lambat dibanding dengan yang tercatat di bulan sebelumnya. Paska rilis ini dipublikasikan, kekhawatiran bahwa Jepang dapat jatuh kembali ke jurang resesi pada kuartal ketiga tahun ini meningkat. Sementara itu, beberapa ekonom Jepang memprediksi BOJ tidak akan menambah stimulus agresifnya di akhir bulan ini.

Seperti diketahui, secara keseluruhan laju inflasi harga konsumen nasional di Jepang pada Agustus lalu masih terpantau stabil dengan bulan sebelumnya yaitu sebesar 0,2 persen (yoy). laju inflasi tersebut jelas masih jauh dibawah target inflasi BOJ yang dipatok sebesar 2 persen. Masih rendahnya laju inflasi inilah yang membuat BOJ masih enggan untuk mengubah level suku bunga acuannya, agar laju konsumsi dan investasi domestik di negara ini dapat terdorong. (Lihat juga: Inflasi Jepang Masih Di Kisaran Nol Persen, Masih Jauh Dari Target Inflasi BOJ)

Seperti diketahui, laju inflasi Jepang turun kembali ke nol sejak Juli lalu. Hal ini semakin meningkatkan spekulasi bahwa bank sentral Jepang (BoJ) akan mengeluarkan stimulus baru untuk menangkal perlambatan ekonomi di negaranya. Kenaikan inflasi Jepang pada Mei lalu adalah kenaikan pertama sejak Jepang menaikkan pajak penjualan pada April tahun 2014 lalu untuk membantu membayar utang nasional yang besar. Kenaikan pajak penjualan Jepang pada tahun lalu adalah yang pertama kali dilakukan dalam 17 tahun terakhir telah berdampak pada tertahannya laju belanja konsumen di negara tersebut.

 

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here