Output Industri Tiongkok Lagi-Lagi Tergelincir, Bisnis Ritel Tetap Tumbuh

1015

Berdasarkan data yang dirilis siang ini (19/10) oleh Biro Statistik Nasional Tiongkok tercatat bahwa tingkat produksi industri Tiongkok periode September 2015 kembali bukukan pertumbuhan yang lebih rendah dari yang sudah tercatat di bulan sebelumnya dan juga lebih rendah dari yang diperkirakan ekonom sebelumnya.1 Sementara itu laju pertumbuhan penjualan ritel Tiongkok di bulan yang sama justru kembali catat hal yang sebaliknya yaitu dengan berhasil catat pertumbuhan yang melampaui ekspektasi ekonom dan perolehan pertumbuhan di bulan sebelumnya. 

Dalam rilis ini tercatat bahwa tingkat produksi industri Tiongkok turun menjadi sebesar 5,7 persen (yoy) pada September lalu dari yang semula tercatat sebesar 6,1 persen (yoy). Realisasi pertumbuhan tersebut juga lebih rendah dari perkiraan ekonom yang memprediksi pertumbuhan output sebesar 6,0 persen di bulan September. Lagi-lagi, berbeda dengan kinerja output industrinya, laju pertumbuhan penjualan ritel Tiongkok pada bulan lalu justru berhasil bukukan pertumbuhan yang lebih baik dari bulan sebelumnya yaitu naik menjadi sebesar 10,9 persen (yoy) dari yang semula tercatat sebesar 10,8 persen (yoy). Tren keduanya dapat dilihat pada grafik kombinasi dibawah ini:

China Industrial Production

Sebagai informasi juga bahwa di sepanjang periode Januari-September 2015, laju investasi aset tetap Tiongkok bukukan pertumbuhan yang melambat yaitu sebesar 10,3 persen (yoy) atau tercatat lebih lambat dari pertumbuhan yang diharapkan ekonom sebelumnya yaitu sebesar 10,8 persen. Sebagai informasi saja, laju pertumbuhan investasi aset tetap Tiongkok di sepanjang 9 (sembilan) bulan terakhir ini adalah yang terendah sejak terakhir kali tercatat pada tahun 2000 silam. Investasi di sektor properti memang kian melemah di negara ini bahkan telah menembus level terendahnya di sepanjang tahun 2015 ini. 

Perlu diketahui bahwa dalam 25 tahun belakangan ini tahun ini merupakan tahun yang terburuk dalam sektor properti di Tiongkok karena masih memiliki resiko terbesar. Keadaan seperti ini menjadi tugas untuk para pembuat kebijakan agar dapat melakukan pemangkasan dalam suku bunga dan langkah stimulus lainnya di tahun ini guna untuk mendorong kegiatan ekonomi di Tiongkok.  Masalah besar yang akan dihadapi dalam sektor ekonomi Tiongkok saat ini adalah investasi properti karena kemungkinan akan kembali menguat butuh waktu yang agak lama. Sebab itulah sektor properti di Tiongkok masih akan tetap merosot dari target yang telah ditetapkan pada tahun 2015 ini yaitu sebesar 7 persen.

Secara keseluruhan, perekonomian Tiongkok memang masih sangat lemah dan bank sentral Tiongkok kemungkinan besar harus terus memotong suku bunga acuannya dan kembali memangkas rasio persyaratan cadangan banknya untuk meningkatkan laju pertumbuhan kredit di sektor riil. Kekhawatiran perlambatan ekonomi Tiongkok sejauh ini memang telah mengguncang pasar global. Hari ini, Biro Statistik Nasional juga merilis laju pertumbuhan ekonomi Tiongkok untuk Q3 lalu bukukan pertumbuhan sebesar 6,9 persen (yoy), dimana laju tersebut adalah yang terendah sejak awal tahun 2009 silam.

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here