Harga Minyak Mentah Sesi Asia Melonjak Dipicu Ketegangan Timur Tengah

820

Harga minyak mentah melonjak lebih dari 2 persen pada awal tahun 2016 sesi perdagangan Asia terpicu ketegangan hubungan antara Arab Saudi dan Iran yang memburuk menyusul eksekusi Pemerintah Riyadh terhadap ulama Syiah terkemuka.

Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada hari Minggu, menanggapi penyerbuan kedutaan besarnya di Teheran akibat eksekusi pemerintah Arab Saudi terhadap ulama Nimr al-Nimr.

Harga patokan minyak dunia Brent naik lebih dari 2,5 persen dan lebih dari satu dolar ke tertinggi pagi $ 38,50 per barel pada Senin, sebelum turun kembali ke $ 38,28 pada 0136 GMT.

Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 76 sen, atau 2,05 persen, pada $ 37,80 per barel.

Meskipun mengalami lonjakan, harga minyak telah turun dua pertiga sejak pertengahan 2014 dipicu sentimen kelebihan pasokan dimana produsen memproduksi antara 0,5 juta hingga 2 juta barel minyak setiap hari lebih dari permintaan.

Arab Saudi adalah eksportir minyak terbesar dunia, sementara Iran, yang memiliki beberapa cadangan terbukti terbesar, berharap untuk meningkatkan ekspor menyusul harapan pencabutan sanksi terhadap Iran setelah mencapai kesepakatan atas program pengembangan senjata nuklir.

“Kami berada di jalur untuk melihat pelaksanaan kesepakatan Iran bergerak maju,” kata wakil penasihat keamanan nasional Ben Rhodes di Hawaii, di mana Presiden AS Barack Obama sedang berlibur.

Ekspor minyak Iran turun menjadi sekitar 1 juta barel per hari (bph), turun dari rekor hampir 3 juta barel per hari pada tahun 2011, sebelum sanksi diberlakukan.

Iran berencana untuk meningkatkan produksi minyak pada setengah juta sampai 1 juta barel per hari pasca sanksi, meskipun pejabat Iran mengatakan pada akhir pekan mereka tidak berencana untuk membanjiri pasar dengan minyak mentah jika tidak ada permintaan untuk itu.

Tertekan oleh penurunan harga, beberapa negara produsen OPEC seperti Venezuela menyerukan tindakan terkoordinasi untuk memotong produksi, namun produsen terbesar kelompok di Timur Tengah sejauh ini tidak menunjukkan keinginan untuk memotong tanpa pengurangan simultan oleh produsen besar lain seperti Rusia.

Produksi minyak di Rusia, salah satu dari tiga produsen terbesar dunia setelah Arab Saudi dan Amerika Serikat, mencapai tertinggi pada tahun 2015 rata-rata 10.73 juta barel per hari, naik dari 10,58 juta barel per hari pada tahun 2014.

 

Freddy/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here