Produksi kopi di Indonesia diperkirakan akan turun 20 persen tahun depan dengan rekor serangan terkuat terkuat El Nino di hampir dua dekade yang merusak tanaman di negara produsen biji kopi robusta ketiga terbesar di dunia ini.
Panen diperkirakan anjlok ke 560.000 metrik ton pada tahun yang dimulai 1 April dari 700.000 ton tahun ini, menurut median estimasi dari enam pedagang dan analis yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Hasil ini akan menjadi penurunan paling tajam sejak musim 2006-07, menurut data Departemen Pertanian.
Dengan tanaman Indonesia yang lebih kecil akan berpotensi memperlebar defisit global biji kopi yang digunakan oleh perusahaan termasuk yang digunakan oleh Nestle SA, dan harga dukungan yang merosot 20 persen tahun lalu. El Nino sebagian besar penyebab kekeringan pada kuartal keempat 2015 di Indonesia, menurut Rabobank International. Cuaca seperti ini juga telah menghambat tanaman kakao di Pantai Gading, menahan monsun di India dan memaksa Filipina mengimpor beras lebih.
“Kekeringan di Indonesia adalah akibat El Nino,” menurut Carlos Mera Arzeno, analis komoditas di Rabobank di London.
Arzeno memperkirakan penurunan 20 persen dalam panen Indonesia 600.000 ton musim depan dan berkata “kami tidak mengesampingkan penurunan lebih besar dalam produksi.”
Harga kopi Robusta di ICE Futures Eropa turun 1,5 persen menjadi $ 1.416 per ton pada hari Senin. Pasar untuk biji robusta akan menghadapi kekurangan 100.000 kantong 60 kilogram masing-masing dalam 2015-16 musim yang dimulai pada Oktober di sebagian besar negara setelah surplus 800.000 kantong tahun sebelumnya, menurut Swiss trader Volcafe, sebuah unit dari pedagang komoditas ED & F Man Holdings Ltd.
Sedangkan produksi di tanah yang lebih tinggi di Indonesia tidak terlalu terpengaruh oleh kekeringan, dimana kekeringan merusak tanaman dan menghancurkan panen di beberapa daerah dataran rendah di Sumatera dan Jawa, termasuk di Lampung, kata Hutama Sugandhi, Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia ‘.
Provinsi Lampung, Bengkulu dan Sumatera Selatan adalah daerah robusta utama di Indonesia, memproduksi sekitar 75 persen dari produksi negara. Biji kopi dari daerah dikapalkan dari pelabuhan Panjang di Lampung. Sedangkan kopi Arabika tumbuh sebagian besar di Sumatera Utara dan Jawa, dan menyumbang 16 persen dari total panen di 2014-15, data USDA menunjukkan.
Hasil panen dalam negeri yang menurun dapat mendorong Indonesia untuk meningkatkan impor, kata Moelyono Soesilo, manajer pemasaran dan pembelian di PT Taman Delta Indonesia, Semarang, Jawa Tengah. Impor terlihat antara 60.000 dan 90.000 ton tahun kalender ini dari sekitar 40.000 ton tahun lalu, katanya.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang