Pada akhir perdagangan Kamis dini hari (20/01), harga batubara Rotterdam naik, terdorong peningkatan permintaan dari Tiongkok.
Permintaan batubara dari sektor pembangkit listrik Tiongkok mungkin meningkat pada minggu mendatang, terkait cuaca dingin yang sebagian besar akan mempengaruhi bagian utara negara itu, sumber industri Tiongkok mengatakan Rabu.
China National Meteorological Center, Rabu telah memperkirakan penurunan cepat dalam suhu – sebagian besar di Cina utara – sebanyak 14 derajat Celcius terlebih pada 21-25 Januari, sumber dari pusat tersebut. Ditambahkan bahwa gelombang dingin dengan hujan dan salju bahkan bisa mengena ke provinsi Jiangxi tenggara, mencatat bahwa itu bisa menjadi minggu terdingin sejak tahun 1992.
Hal ini bisa mengakibatkan peningkatan permintaan dari pembangkit listrik berbahan bakar batubara, memberikan dukungan untuk harga batubara, kata seorang sumber pengguna akhir di Beijing.
Di akhir perdagangan harga batubara Rotterdam berjangka untuk kontrak paling aktif yaitu kontrak bulan Maret 2016 berada di posisi 43,85 dollar per ton. Harga komoditas tersebut mengalami penguatan sebesar 0,45 dollar atau setara dengan 1,04 persen dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara itu harga batubara kontrak SGX IHS McCloskey Indonesian Sub-Bit FOB Index Futures bulan Januari 2016 hari ini ditransaksikan pada posisi 38,00 dollar per ton.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga batubara berjangka Rotterdam pada perdagangan selanjutnya masih akan dipengaruhi oleh kinerja harga minyak mentah. Melemahnya harga komoditas ini diperkirakan akan berlangsung terus akibat permintaan global yang masih sangat lemah dan sentimen pelemahan harga minyak mentah akibat kekenyangan pasokan global.
Harga batubara berjangka berpotensi mengetes level support pada posisi 43,45 dollar dan support kedua di level 43,00 dollar. Sedangkan level resistance yang akan dites jika terjadi peningkatan harga ada pada posisi 44,25 dollar dan 44,65 dollar.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang