Harga minyak dunia telah lompat 30% dalam kurun waktu dua minggu. Penyebabnya adalah rencana pembekuan produksi diantara para produsen utama yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, dan di dukung oleh Venezuela dan Qatar. Tetapi kenaikan harga minyak ini tidak akan berlangsung lama, mengapa?
Pertama, dunia masih memiliki jauh lebih banyak minyak daripada yang dibutuhkan – persediaan melebihi permintaan kurang lebih 1,5 juta barel per hari. Jumlah ini sama dengan produksi minyak dari Angola. Dan Iran tetap berpegang teguh pada posisinya tidak akan menekan produksi, setelah berada dalam sanksi selama empat tahun terakhir.
Kedua, bahkan diantara semua yang siap membatasi output di level bulan Januari, ada keengganan untuk melanjutkan lebih jauh dan memotong produksinya. Mengapa?
Semua karena Asia.
Arab Saudi dan produsen Timur Tengah utama lainnya, termasuk Irak, Uni Emirat Arab dan Kuwait ditambah Rusia, telah mengerahkan hampir semua energinya dalam memenangkan bisnis di negara-negara dimana permintaan untuk minyak mentah masih meningkat.
Saat ini, Asia merepresentasikan ladang emasnya industri minyak.
Fereidun Fesharaki, pendiri dan ketua dari FACTS Global Energy mengatakan, “Jika digabungkan semua negara di Asia bersama-sama, pertumbuhan permintaan akan minyaknya setahun sebanyak 700.000 sampai 800.000 barel per hari. “Kami memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini akan menjadi 1.300.000 sampai 1.400.000 barel per hari dimana sebanyak 70% nya datang dari Asia,”katanya.
Bukan suatu kejutan bahwa dua pasar “emerging” yakni Cina dan India yang paling menarik perhatian.
Menurut hasil riset OPEC, meskipun sedang terjadi perlambatan ekonomi yang dramatis, Cina tetap mengimpor suatu rekor 7,8 juta barel per hari di bulan Desember, ekuivalen dengan pertumbuhan tahunan yang solid sebesar 9%. India sedang mengejar: mengimpor 4,2 juta barel per hari dan menutup tahun 2015 dengan kenaikan tahunan sebesar 7%.
Ferli/VMN/VBN /Senior Analyst Vibiz Research Center
