Pertemuan Doha Gagal Capai Kesepakatan

1053

Pertemuan puncak negara-negara penghasil minyak terbesar di dunia di Doha, Qatar, berakhir tanpa kesepakatan pada hari Minggu, para pemimpin negara gagal mencapai kesepakatan untuk membekukan produksi dan meningkatkan harga minyak mentah yang telah merosot.

Pada awalnya, keraguan mencuat terhadap hasil konferensi setelah Iran membuat keputusan untuk tidak menghadiri pertemuan. Menteri Perminyakan Iran, Bijan Namdar Zanganeh mengatakan pada Sabtu bahwa ia tidak akan menghadiri pembicaraan Doha dan tidak akan menandatangani kesepakatan apapun. Demikian juga Arab Saudi berjanji untuk tidak menghentikan atau membekukan produksi kecuali produsen besar lainnya melakukan hal yang sama. Di tengah ketegangan persaingan regional tersebut, hampir 20 eksportir minyak terbesar di dunia tidak bisa menemukan cukup kesamaan untuk menetapkan batas pembekuan setelah pembicaraan marathon selama sekitar 10 jam tersebut.

Lihat : Pertemuan Pembekuan Produksi Minyak Terhambat Ketegangan Arab Saudi-Iran

Menteri Energy Qatar, Mohammed Al Sada mengatakan dalam konferensi pers bahwa kelompok negara produsen minyak tersebut”membutuhkan lebih banyak waktu” untuk membangun garis besar kesepakatan untuk membekukan produksi. Sebelum pertemuan berakhir dengan kegagalan, draft perjanjian yang diusulkan adalah untuk menahan produksi pada tingkat Januari sampai setidaknya Oktober.

Kegagalan ini kembali mengancam harga minyak mentah dunia yang menuju kemerosotan. Semua mata kini berfokus pada pertemuan dua tahunan OPEC berikutnya yang dijadwalkan berlangsun pada tanggal 2 Juni.

Harga minyak mentah baru-baru ini telah merangkak naik dari posisi terendah tahunan di bawah $ 30, untuk tingkat tepat di atas $ 40 di hari Jumat. Minyak mentah Brent, lebih jauh lagi di bawah titik tertinggi tahunan diatas $ 100 set pada tahun 2014, dan turun hampir 40 persen dibanding tahun lalu.

Sinyal perkiraan hambatan pertemuan ini sebenarnya telah muncul setelah Teheran sangat menolak gagasan pembekuan produksi, karena upaya negara tersebut untuk meraih pangsa pasar yang hilang setelah dibebaskan dari sanksi internasional pada Januari lalu. Dengan tidak berpartisipasinya Iran, delegasi pertemuan tampaknya meragukan seberapa efektif pembekuan bisa terjadi jika tidak termasuk Iran.

“Dengan Iran, kami menghormati posisi mereka dan melalui konsultasi lebih lanjut, kita tidak tahu bagaimana masa depan mereka akan membuka gulungan,” kata Menteri Energy Qatar. “Itu adalah keputusan yang berdaulat oleh Iran. Pembekuan produksi pasti akan lebih efektif jika OPEC dan non-OPEC” berpartisipasi tambahnya.

Demikian juga keraguan pertemuan produsen minyak dunia ini muncul setelah beberapa waktu lalu Wakil Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dalam sebuah wawancara 14 April dengan Bloomberg menyatakan jika semua produsen utama tidak membekukan produksi, maka Arab Saudi juga tidak akan membekukan produksi.

Eksportir minyak terbesar di dunia tersebut bisa segera meningkatkan produksi menjadi 11,5 juta barel per hari dan 12,5 juta dalam enam sampai sembilan bulan “jika kita ingin,” kata Pangeran. Arab Saudi memproduksi 10,2 juta barel per hari bulan lalu, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Dengan runtuhnya pembicaraan ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar harga minyak mentah global memperoleh tekanan baru. Namun, penjualan minyak mungkin terbatas karena pemogokan di Kuwait yang telah memproduksi lebih dari 1,5 juta barel per hari ini berhenti. Pekerja Kuwait memulai pemogokan pada akhir pekan ini karena pemotongan gaji dan benefit.

Freddy/VBN/VMN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here