Harga kakao berjangka ICE Futures pada akhir perdagangan Selasa dinihari (18/10) ditutup lemah. Pelemahan harga kakao terpicu panen besar di Afrika Barat.
Afrika Barat, wilayah tanaman kakao terbesar di dunia, memulai dua kali penen yang lebih besar, dan analis memperkirakan produksi meningkat akibat hujan yang lebih baik yang telah mendukung pertumbuhan. Panen pertama, awal tahun ini, memproduksi biji kecil menyusul serangan cuaca kering di wilayah tersebut.
Namun kekhawatiran tentang penyakit tanaman terjadi di produsen utama Pantai Gading. Penyakit yang membuat buah busuk karena hujan lebat di wilayah barat dan selatan-barat Pantai Gading telah merusak sekitar seperlima dari tanaman kakao, pembeli yang menyampaikan Jumat.
Kedatangan Kakao di pelabuhan Pantai Gading mencapai sekitar 98.000 ton pada 16 Oktober sejak awal musim pada 1 Oktober, eksportir perkirakan pada hari Senin, turun dari 145.000 ton pada periode yang sama dari musim sebelumnya.
Di akhir perdagangan dini hari tadi harga kakao berjangka kontrak Maret 2017 yang merupakan kontrak paling aktif terpantau ditutup turun. Harga komoditas tersebut ditutup melemah sebesar -23 dollar atau -0,87 persen pada posisi 2.630 dollar per ton.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa harga kakao berjangka untuk perdagangan selanjutnya akan bergerak dalam kecenderungan menguat terbatas dengan kekuatiran serangan tanaman yang menurunkan produksi.
Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka di ICE Futures New York berpotensi untuk menembus level Resistance pada posisi 2.680 dollar. Jika level Resistance tersebut berhasil ditembus level selanjutnya adalah 2.730 dollar. Sedangkan level Support yang akan ditembus jika terjadi penurunan ada pada 2.580 dollar dan 2.530 dollar.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang