Minggu lalu bursa pasar modal di Indonesia terpantau tergelincir cukup dalam, sampai -4% di hari Jumat, oleh sentimen negatif pasar atas kemenangan Trump dalam pilpres di AS, sehingga secara mingguan bursa ditutup anjlok 2.44% ke level 5,231.97.
Untuk minggu berikutnya (14-18 November), IHSG akan berpeluang menguat sejalan dengan berbaliknya bursa global terhadap program ekonomi Trump yang mengedepankan pembangunan infrastruktur di AS. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di posisi 5375 dan 5491, sedangkan support di level 5128 dan kemudian 5080.
Mata uang rupiah seminggu lalu terlihat merosot dalam pasar yang fluktuatif dengan volatilitas dan penguatan dollar secara global setelah kemenangan Trump dalam pemilu AS, di mana secara mingguan rupiah melemah ke level 13,284. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan berada dalam range antara resistance di level 13,445 dan 13,723, sementara support di level 13,100 dan 13,000.
Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:
- Dari kawasan Amerika:berupa rilis data Core Retail Sales m/m pada Selasa malam; dilanjutkan dengan rilis PPI m/m dan Crude Oil Inventories pada Rabu malam; diikuti dengan data tenaga kerja Unemployment Claims, Core CPI m/m, Philly Fed Manufacturing Index, serta testimony dari Fed Chair Yellen pada Kamis malam.
- Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data German Prelim GDP q/q dan CPI y/y Inggris pada Selasa sore; diteruskan dengan rilis Claimant Count Change Inggris pada Rabu sore; berikutnya data Retail Sales m/m Inggris pada Kamis sore; ditutup dengan pidato ECB President Draghi pada Jumat malam.
- Dari kawasan Asia Australia: berupa rilis data Industrial Production y/y China pada Senin pagi; disambung dengan pengumuman RDG BI tentang BI 7 day repo rate pada Kamis siang yang diperkiran bertahan di level 4.75%.
Pasar Forex
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar terlihat melejit ke level tertinggi 9 bulannya terpicu keyakinan investor bahwa program ekonomi dalam pemerintahan Trump akan mendongkrak inflasi di AS, di mana secara mingguan index dollar AS terpantau naik ke level 98.950.
EURUSD, pekan lalu euro dollar terpantau turun ke level 1.0848. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level support pada 1.0820 dan 1.0775 sementara resistance pada 1.1140 dan kemudian 1.1300.
GBPUSD, minggu lalu naik sedikit ke level 1.2598 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level support pada 1.2014 dan kemudian 1.2000, sedangkan resistance pada 1.2785 dan 1.3445.
USDJPY, minggu lalu berakhir menguat ke level 106.74. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 107.55 dan 111.50, serta support pada 101.22 serta level 99.55.
AUDUSD, aussie dollar terpantau melemah ke level 0.7544. Range minggu ini akan berada di antara support level di 0.7405 dan 0.7285, sementara resistance level di 0.7780 dan 0.7850.
Pasar Saham
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum agak mixed dengan bias melemah setelah kemenangan Trump dalam pemilu di AS memicu berkurangnya permintaan atas aset dari pasar emerging. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau mengalami penguatan ke level 17,374. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 17620 dan 18570, sementara support pada level 16120 dan lalu 15915. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir melemah ke level 22531. Minggu ini akan berada antara level resistance di 23620 dan 24365, sementara support di 21715 dan 21220.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau melejit, dengan Dow mencatat gain mingguan terbaik sejak 2011, setelah kemangan Trump dalam pilpres AS memicu harapan investor terhadap perekonomian yang akan lebih bebas (free economy). Dow Jones Industrial secara mingguan melonjak 5.4% ke level 18839.58, mencetak rekor terbaru, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 18871 dan 19000, sementara support di level 17880 dan 17710. Index S&P 500 minggu lalu menguat tajam ke level 2159.87 dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 2194 dan 2220, sementara support pada level 2103 dan 2080.
Pasar Emas
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau melorot searah dengan tekanan jual pada pasar komoditas global setelah kenaikan dollar, sehingga berakhir dalam harga emas dunia yang amblas ke level $1227.75 per troy ounce. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistance di $1345 dan berikut $1376, serta support pada $1220 dan $1200. Di Indonesia, harga emas terpantau melemah ke level Rp526,423.
Dalam investasi dan transaksinya, ada sejumlah investor yang bertanya-tanya kapankah waktunya untuk profit taking? Apakah ini adalah saat yang pas? Sejumlah keputusan investasi pada dasarnya harus kembali kepada investor itu sendiri. Andalah yang putuskan apakah sudah cukup puas dengan posisi keuntungan sekarang, atau belum. “Fear and greed” harus diatasi pada situasi seperti ini. Sekali membuat keputusan, jangan disesali. Kalau ada hal yang kurang pas itu bisa menjadi bahan pelajaran berikutnya. Relax saja, stay happy investing! Sukses bagi Anda, pembaca setia Vibiznews!
By Alfred Pakasi , CEO Vibiz Consulting Vibiz Consulting Group
Editor: Jul Allens