Harga kakao berjangka ICE Futures pada akhir perdagangan Selasa dinihari (15/11) ditutup lemah. Pelemahan harga kakao terpicu penguatan dollar AS dan meningkatnya prospek panen di Afrika Barat.
Dolar AS naik ke tertinggi 11-bulan terhadap sekeranjang mata uang utama pada hari Senin, seiring dengan lonjakan imbal hasil obligasi AS karena kebijakan fiskal dan perdagangan di bawah pemerintahan Donald Trump akan meningkatkan inflasi.
Menguatnya dolar AS membuat komoditas kakao yang berbasis dolar ini menjadi lebih mahal dalam mata uang lainnya, sehingga permintaan menurun.
Hujan ringan dicampur cuaca cerah pekan lalu di sebagian besar wilayah tumbuh kakao Pantai Gading memperkuat prospek untuk tanaman utama, yang diperkirakan akan melebihi musim lalu demikian pernyataan petani, Senin.
Di akhir perdagangan dini hari tadi harga kakao berjangka kontrak Maret 2017 yang merupakan kontrak paling aktif terpantau ditutup turun. Harga komoditas tersebut ditutup turun sebesar -53 dollar atau -2,14 persen pada posisi 2.418 dollar per ton.
Malam nanti akan dirilis data Retail Sales Oktober AS yang diindikasikan menurun. Jika terealisir akan menekan dollar AS.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa harga kakao berjangka untuk perdagangan selanjutnya akan bergerak dalam kecenderungan menguat terbatas dengan potensi pelemahan dollar AS.
Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka di ICE Futures New York berpotensi untuk menembus level Resistance pada posisi 2.470 dollar. Jika level Resistance tersebut berhasil ditembus level selanjutnya adalah 2.520 dollar. Sedangkan level Support yang akan ditembus jika terjadi pelemahan ada pada 2.370 dollar dan 2.320 dollar.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang