Harga CPO di bursa komoditas Malaysia terpantau naik pada perdagangan Selasa siang (22/11). Kenaikan harga CPO siang ini terdukung pelemahan Ringgit dan kenaikan harga minyak mentah sesi Asia.
Terpantau mata uang Ringgit melemah terhadap dollar AS. Pasangan kurs USDMYR menguat 0,3 persen pada 4.4325.
Pelemahan ringgit menjadikan harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut menjadi relatif lebih murah bagi pembeli luar negeri sehingga permintaannya meningkat.
Kenaikan harga CPO juga didukung kenaikan minyak mentah pada sesi perdagangan Asia.
Harga minyak mentah naik ke level tertinggi sejak Oktober pada perdagangan Selasa (22/11) di sesi Asia, terdukung optimisme pasar untuk persetujuan pemotongan produksi oleh produsen OPEC, meskipun analis memperingatkan bahwa kegagalan untuk persetujuan tersebut dapat menyebabkan lonjakan kelebihan pasokan awal 2017.
Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) naik 48 sen, atau 1,0 persen, pada $ 48,72 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka patokan Internasional Brent sempat naik setinggi $ 49,43 per barel pada Selasa, tertinggi sejak 31 Oktober, dan terpantau diperdagangkan pada $ 49,37 per barel, naik 47 sen, atau 0,96 persen.
Lihat : Harga Minyak Mentah Sesi Asia Naik 1 Persen Terdorong Optimisme Pemotongan Produksi OPEC
Harga CPO kontrak paling aktif di bursa komoditas Malaysia hari ini tampak mengalami kenaikan. Harga kontrak Februari 2017 yang merupakan kontrak paling aktif menguat sebesar 21 ringgit atau 0,7 persen dan diperdagangkan pada posisi 2.940 ringgit per ton.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga CPO berjangka pada perdagangan selanjutnya berpotensi menguat dengan potensi pelemahan Ringgit dan kenaikan minyak mentah.
Harga CPO berjangka kontrak Februari 2017 di bursa komoditas Malaysia berpotensi mengetes level Resistance pada posisi 2.990 ringgit dan 3.040 ringgit. Sedangkan level Support yang akan diuji jika terjadi penurunan harga ada pada posisi 2.890 ringgit dan 2.840 ringgit.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang