Mengakhiri perdagangan bursa saham AS hari keempat pekan ini ditutup dalam zona merah dengan indeks S&P anjlok ke posisi terendah dalam 7 pekan. Indeks tertekan oleh laporan profit perusahaan Amerika Serikat yang turun pada kuartal pertama tahun 2017. Sentimen ini menghiraukan laporan PDB AS Q1 yang meningkat dari kuartal sebelumnya. Dow Jones turun 0,8 persen menjadi 21287 dengan saham Cisco menjadi saham paling anjlok. S & P 500 anjlok 0,9 persen menjadi 2420 dengan saham IT memimpin pelemahan 9 sektor. Nasdaq anjlok 90 1,4 persen menjadi 6144 oleh anjlok parah saham teknologi.
Demikian juga dengan perdagangan saham di bursa Asia anjlok terpengaruh sentimen pelemahan bursa wall street yang terpukul.Indeks Nikkei -1.27% pada 19963.68, indeks ASX 200 -1.13% pada 5752.50. Sedangkan indeks Kospi -0.40% pada 2386.16.
Dari pasar komoditas, Harga minyak mentah mixed setelah mencapai level tertinggi dua minggu perdagangan sebelumnya setelah Goldman Sachs dan Barclays menurunkan proyeksi harga minyak. Pergerakan mixed juga terpicu sentimen penurunan pasokan mingguan AS mengimbangi peningkatan produksi global. Harga minyak mentah berjangka WTI naik 19 sen atau 0,42 persen, di $ 44,93 per barel.
Sedangkan harga emas turun terpengaruh rencana beberapa bank sentral global untuk mengurangi pelonggaran kebijakan moneter mereka yang mendorong imbal hasil obligasi meningkat. Harga emas LLG turun 0,19 persen pada $ 1,246.42 per troy ons. Selanjutnya berpotensi naik oleh pelemahan dollar AS.
Dari pasar valas Dolar AS anjlok ke posisi 14 bulan terendah oleh pernyataan James Bullard yang hawkish. Presiden Fed St Louis tersebut menyatakan inflasi AS sangat rendah dan tidak sesuai dengan peningkatan suku bunga. Pagi ini terpantau dollar AS semakin anjlok dan berpotensi bearish lagi.
EURUSD -0.06% 1.14350
GBPUSD 0.09% 1.30225
USDJPY 0.06% 112.02
Untuk katalis penggerak pasar hari ini yang perlu diperhatikan yaitu data manufaktur PMI Tiongkok, retail sales Jerman, current account Inggris dan di sesi Amerika data personal income, consumer sentiment dari UoM dan the Chicago PMI.
Editor: Asido Situmorang