(Vibiznews – Stocks) – Perusahaan yang bergerak di industri pengolahan biji plastik, perdagangan, umum dan jasa. PT Berlina Tbk menjual aset ke anak usahanya, PT Lampiak Primula Indonesia. Anak usaha ini, 70% sahamnya dimiliki oleh PT. Berlina Tbk, demikian isi Laporan Informasi atau Fakta Material yang dilaporkan perusahaan kepada Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK tertanggal 20 Desember 2017.
Aset yang dijual yakni mesin dengan harga Rp 5 miliar. Pelaksanaan transaksi penjualan mesin produksi ini akan mendukung efisiensi perusahaan. Sekaligus juga meningkatkan kapasitas produksi anak usaha perusahaan.
Transaksi ini tidak memiliki dampak negatif terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha emiten, demikian tertulis pada laporan keterbukaan informasi BEI yang ditandatangani oleh Lukman Sidharta, Direktur PT Berlina Tbk.
Produsen kemasan plastik (plastic packaging), PT Berlina Tbk masih belum mampu memperoleh keuntungan di kuartal ketiga 2017 ini. Perseroan membukukan rugi bersih yang berkali lipat jumlahnya dibandingkan triwulan ketiga tahun lalu.
Hercakraning Paramitha, Head of Finance & Treasury PT Berlina Tbk mengatakan, salah satu penyebab terbesar kerugian ini adalah terbakarnya aset perusahaan yakni pabrik di Cikarang, Jawa Barat. “Pabrik terbakar di Mei tahun ini, dan kami harus menanggung kerugian hingga Rp 180 miliar,” ujar Hercakraning ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Berlangsung (RUPSLB) pada akhir bulan November lalu.
Berdasarkan laporan keuangannya, kerugian akibat kebakaran tersebut tergabung dalam pembukuan beban lainnya senilai Rp 190 miliar. Kenaikan ini sangat drastis di mana pada periode yang sama tahun lalu beban lainnya hanya berjumlah Rp 3,8 miliar.
Sementara itu penjualan perseroan di kuartal tiga tahun ini turun 1,7% menjadi Rp 974 miliar. Perolehan bisnis BRNA masih ditekan oleh melebarnya beban pokok penjualan yang meningkat 8% dibandingkan kuartal tiga tahun lalu, yakni dari Rp 824 miliar menjadi Rp 895 miliar.
Menyusutnya laba kotor 52% dibandingkan tahun lalu, menjadi Rp 79 miliar menyebabkan perolehan laba bersih semakin turun dibandingkan dengan triwulan ketiga tahun lalu. BRNA membukukan rugi bersih Rp 194 miliar, turun hingga 27 kali lipat dibandingkan dengan triwulan ketiga 2016 yang hanya rugi Rp 7 miliar saja.
Soal target Hercakraning masih enggan menjabarkannya. Yang jelas saat ini perseroan masih berfokus pada pemenuhan produksi dari kontrak yang didapatkan dari berbagai perusahaan. Di mana pabrik yang terbakar menyebabkan perseroan harus mengalihkan produksi ke pabrik lainnya.
Salah satu pelanggan terbesar BRNA ialah PT Unilever Indonesia Tbk serta beberapa produsen personal care lainnya. Hercakraning mengklaim saat ini BRNA menggenggam pangsa pasar nomor dua nasional di segmen kemasan plastik (plastic packaging).
Untuk utilitas saat ini berada pada kisaran 70%-80%.. Adapun kapasitas terpasang tercatat sebesar 38.700 ton per tahun dan 800 juta tube per tahun.
PT Berlina Tbk (BRNA) masih mengandalkan pasar dalam negeri untuk menumbuhkan bisnisnya. Sampai dengan kuartal III-2017 ini segmen domestik tercatat tumbuh 11% menjadi Rp 855 miliar dari Rp 770 miliar di kuartal III-2016.
Sedangkan segmen ekspor turun 41% dari Rp 230 miliar di kuartal III-2016 menjadi Rp 135 miliar di kuartal III-2017 ini. Pasar dalam negeri masih cukup bagus, nilai ekspor tidak terlalu besar.
Porsi pasar domestik tercatat sebesar 87% dari total penjualan di kuartal III-2017 yang Rp 974 miliar. Sementara itu produsen kemasan plastik ini berusaha menjaga margin lantaran bahan baku plastik kebanyakan di impor dari luar negeri.
Harga jual selalu ditentukan sebelum kontrak berdasarkan harga bahan baku saat itu.
Di lain sisi, Berlina saat ini tengah berupaya mengembangkan bisnis baru. Pihaknya masih belum bisa membeberkan hal tersebut namun masih seputar bisnis pengemasan (packaging product).
Sebelumnya, perseroan ini dikabarkan telah menambah lini produksi kemasan cat kaleng. BRNA memasok kaleng cat brand Dulux di Indonesia dengan kontribusi bagi penjualan sekitar 5%-7%.
Untuk harga saham perusahaan dengan kode saham BRNA ini bergerak datar pada minggu terakhir di bulan Desember ini, yaitu pada posisi Rp.1.125 / lembar.
Selasti Panjaitan/VMN/VBN/Senior Analyst Stocks-Vibiz Research Center Editor : Asido Situmorang