(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah turun pada hari Jumat (26/01) karena dolar A.S. meningkat dan karena fundamental pasar minyak mentah diperkirakan akan melemah dalam waktu dekat.
Harga minyak mentah berjangka A.S. West Texas Intermediate (WTI) berada di $ 65,40 per barel, turun 11 sen atau 0,2 persen dari penutupan terakhir mereka. WTI juga menandai kenaikan tertinggi Desember-2014 sehari sebelumnya, di $ 66,66.
Harga minyak mentah berjangka Brent berada di $ 70,26 per barel pada 0355 GMT, turun 16 sen atau 0,2 persen, dari penutupan terakhir mereka. Brent hari sebelumnya mencapai level tertinggi sejak Desember 2014 di $ 71,28.
Mata uang A.S. menghentikan peluncuran sebelumnya pada hari Kamis setelah Presiden A.S. Donald Trump mengatakan bahwa dia menginginkan “dolar yang kuat”.
Sebelumnya pada hari itu, dolar AS telah jatuh saat Menteri Keuangan A.S. Steven Mnuchin mengatakan bahwa dia menyambut pelemahan dolar.
Di luar pasar mata uang, analis mengatakan prospek jangka pendek untuk minyak sedikit lebih lemah.
Produksi minyak A.S. diperkirakan akan mencapai 10 juta barel per hari (bpd) segera, mencapai 9,88 juta bph minggu lalu.
Produksi telah tumbuh lebih dari 17 persen sejak pertengahan 2016, dan sekarang setara dengan eksportir utama Arab Saudi.
Hanya Rusia yang menghasilkan lebih banyak, rata-rata 10,98 juta bpd pada 2017.
Meningkatnya produksi A.S. mengancam untuk mengurangi pembatasan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia yang bertujuan untuk menaikkan harga.
Pemotongan ini, ditambah dengan pertumbuhan permintaan, telah menyebabkan kenaikan harga minyak mendekati 60 persen sejak pertengahan 2017 karena persediaan minyak mentah berlebih di seluruh dunia telah turun.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah berpotensi lemah jika penguatan dolar AS berlanjut. Harga diperkirakan bergerak dalam kisaran Support $ 64,90-$ 64,40, dan jika harga naik akan bergerak dalam kisaran Resistance $ 65,90-$ 66,40.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group
