(Vibiznews – Commodity) Harga emas naik pada Senin (02/04) di sesi Asia karena dolar AS melemah di tengah kekhawatiran baru atas perang perdagangan setelah China memberlakukan tarif tambahan pada produk AS sebagai tanggapan terhadap bea masuk AS atas impor aluminium dan baja.
Setelah jatuh dalam tiga sesi perdagangan terakhir, emas spot naik 0,4 persen menjadi $ 1,329.24 per ons pada 0343 GMT.
China telah megenakan tarif tambahan hingga 25 persen pada 128 produk AS termasuk daging babi beku, serta anggur dan buah-buahan dan kacang-kacangan tertentu, sebagai tanggapan terhadap impor AS untuk aluminium dan baja.
Tarif berlaku pada hari Senin dan mencocokkan daftar tarif potensial hingga $ 3 miliar barang AS yang diterbitkan oleh China pada 23 Maret.
Emas turun 1,7 persen pekan lalu dalam penurunan terbesar sejak awal Desember. Namun logam mulia itu naik 1,7 persen pada Januari-Maret, membukukan laba kuartalannya yang ketiga secara berturut-turut.
Emas berjangka AS naik 0,4 persen menjadi $ 1,333.10 per ons.
Indeks dolar, yang mengukur dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, berkurang 0,2 persen menjadi 89,988.
Manajer hedge fund dan manajer uang meningkatkan posisi net long mereka dalam kontrak emas COMEX dalam seminggu hingga 27 Maret, data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS menunjukkan pada hari Jumat.
Spekulan emas menaikkan posisi net long mereka dengan 50,996 kontrak menjadi 172.834 kontrak, data CFTC menunjukkan.
Pada logam mulia lainnya, perak spot naik 0,6 persen menjadi $ 16,41 per ons.
Platinum naik 0,9 persen menjadi $ 936 per ons, setelah jatuh ke level terendahnya sejak akhir-Desember di sesi sebelumnya.
Palladium naik 0,2 persen pada $ 953,55 per ons setelah jatuh ke $ 938,22 pada hari Kamis, level terendah sejak 11 Oktober.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah berpotensi menguat jika pelemahan dolar AS berlanjut. Harga minyak diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $ 1,332-$ 1,334, dan jika harga turun akan bergerak dalam kisaran Support $ 1,328-$ 1,326.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group