(Vibiznews – Commodity) Harga Emas berupaya rebound dari terendah enam bulan minggu lalu pada Senin (25/06) karena kekhawatiran atas perang perdagangan global meningkat lebih tinggi setelah sebuah laporan mengatakan Amerika Serikat berencana untuk melarang perusahaan China berinvestasi di perusahaan teknologi. Namun kekuatan dolar AS masih menahan kenaikan harga emas.
Departemen Keuangan AS sedang menyusun aturan yang akan membatasi perusahaan dengan setidaknya 25 persen kepemilikan China dari membeli perusahaan AS yang terlibat dalam “teknologi penting secara industri,” lapor Wall Street Journal pada hari Minggu.
Ini adalah eskalasi terbaru dalam perang perdagangan global yang telah melihat China dan Amerika Serikat saling mengancam miliaran dolar tarif impor satu sama lain.
Kebuntuan antara dua ekonomi terbesar dunia mengancam untuk membatasi pertumbuhan ekonomi global, kata para analis, tetapi dapat menguntungkan emas yang dapat bersinar di saat gejolak ekonomi dan politik.
Harga emas spot LLG stabil pada $ 1,268.81 per ons, mendekati level terendah enam bulan yang menyentuh pada hari Kamis dari $ 1,260.84.
Harga emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus datar pada $ 1.270,80 per ons.
Saham global jatuh karena meningkatnya ketegangan perdagangan, sementara indeks dolar, yang mengukur unit AS terhadap sekeranjang enam mata uang utama, menguat di 94,581, setelah mencapai tertinggi sejak Juli 2017 di 95,529 pada hari Kamis.
Pekan lalu Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan the Fed harus melanjutkan dengan laju bertahap kenaikan suku bunga untuk menyeimbangkan pekerjaan dan sasaran inflasi. Suku bunga AS yang lebih tinggi membuat emas menjadi investasi yang kurang menarik karena tidak menarik bunga.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga emas masih berpotensi naik dengan meningkatnya lagi ketegangan perang dagang AS-China. Harga emas diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $ 1,271-$ 1,273, dan jika harga turun akan bergerak dalam kisaran Support $ 1,267-$ 1,265.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group