(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak sawit tetap pada penutupan pasar di akhir minggu namun diperkirakan selama dua bulan terakhir ini harga minyak sawit diperkirakan akan turun sampai ke RM 2,100 (USD 520,60) per ton untuk dua bulan berikut karena meningkatnya produksi, mengikuti penurunan dari saingannya minyak kedelai. Minyak sawit tidak bisa mendapatkan pasar sehingga persediaan sangat banyak, sementara harga minyak mentah Brent di London berada di range USD 75 – 85 per barel.
Harga minyak sawit pada penutupan pasar hari Jumat ini tetap di RM2,315 perton, tapi sudah turun 4.7% karena berkurangnya permintaan.
Turunnya harga minyak sawit karena negara-negara menggunakan minyak biodiesel lokal dan persaingan dengan Indonesia, serta melemahnya kurs ringgit.Perang dagang antara Cina dan AS bisa menguntungkan bagi pasar minyak sawit karena dengan Cina menghentikan pembelian kedelai bisa beralih ke produk biji-bijian lain seperti jagung, sehingga produksi etanol berkurang dan akan beralih ke minyak sawit.
Ekspor Malaysia turun 15.7% dari bulan Mei sampai Juni menurut data pemerintah sementara pengiriman minyak sawit turun 12.6 – 14.1% dari tanggal 1 – 25 Juni. Permintaan minyak sawit dari Cina juga menurun, melemahnya permintaan India karena meningkatnya biaya import akibat dari pemerintah Malaysia mengenakan pajak ekspor.
Harga minyak sawit pada minggu lalu sempat turun ke terendah sejak Juli 2016 pada harga RM 2,238 per ton.
Setiap bulan India rata-rata mengimport 800,000 – 850,000 ton minyak sawit, pada bulan Mei pengiriman minyak sawit total dari Indonesia dan Malaysia adalah sebesar 470,000 ton saja penurunan sebesar 350,000 ton.
India akan mengurangi import minyak sawit dan menggantinya dengan minyak kedelai dan minyak bunga matahari karena India hanya membayar biaya impor sebesar 35 % , karena untuk minyak sawit harus membayar biaya impor sebesar 44%.
Loni T / Analyst Vibiz Research Centre – Vibiz Consulting Group