Ekspor Minyak Venezuela Ambruk, Harga Minyak Dunia Melambung

819

(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak mentah pada perdagangan komoditas akhir sesi Asia  hari Jumat (01/03) sedang naik ke posisi tertinggi sepekan setelah 3 hari berturut cetak penguatan. Naiknya harga minyak awal perdagangan bulan Maret dipicu oleh sentimen berkurangnya pasokan gobal serta permintaan yang melemah.

Harga minyak mentah berjangka internasional atau minyak Brent berada di $66,62 per barel yang telah naik 59 sen, atau 0,89 persen dari penutupan terakhir mereka. Demikian harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di $57,44 per barel yang naik 27 sen atau 0,47 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya.

Di Venezuela, ekspor minyak anjlok hingga 40 persen menjadi sekitar 920.000 barel per hari (bpd) sejak pemerintah AS menjatuhkan sanksi terhadap industri perminyakan pada 28 Januari.

Penurunan ini terjadi ketika Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), di mana Venezuela adalah anggota pendiri, telah memimpin upaya sejak awal tahun untuk menahan sekitar 1,2 juta barel per hari pasokan untuk menopang harga. Berkurangnya pengiriman dari Venezuela dan output dari OPEC selanjutnya memberikan sentimen positif bagi pasar minyak berjangka.

Sentimen negatifnya adalah  adanya tanda-tanda yang mengarah pemasokan minyak ke pasar global lebih banyak  di tahun 2019. Departemen Energi AS mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya menawarkan hingga 6 juta barel minyak mentah dari cadangan darurat nasional untuk mengumpulkan dana guna memodernisasi cadangan minyak strategis AS.

Selain itu produksi minyak mentah AS telah mencapai rekor lebih dari 12 juta barel per hari, mendorong ekspor ke 3,6 juta barel per hari pada Februari yang belum pernah terjadi sebelumnya. Apalagi minyak dari pelabuhan Houston AS Teluk Meksiko dihargai dengan diskon $ 1,70 per barel relatif terhadap patokan Brent.

Di sisi permintaan, sebelumnya diperkirakan permintaan bahan bakar global akan melambat tahun ini di tengah perlambatan ekonomi yang luas. Dan itu terlihat pada negara China, yang baru saja dilaporkan aktivitas pabriknya masih rendah dan kontraksi. Selanjutnya, India, ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia, melaporkan PDB kuartal keempat sebesar 6,6 persen, terendah dalam lima kuartal.

Di wilayah Asia lainnya, ekspor Korea Selatan mengalami kontraksi pada laju tertajam dalam hampir tiga tahun pada bulan Februari karena permintaan dari pasar utamanya, China menurun.

Meskipun demikian, konsumsi bahan bakar terutama di ekonomi berkembang Asia, yang merupakan pendorong utama permintaan minyak global, sejauh ini bertahan. Konsumsi diesel India, misalnya, diperkirakan akan naik ke rekor tahun ini di tengah ekspansi yang kuat dari kendaraan mesin beratnya dalam pembangunan infrastruktur negeri tersebut.

Untuk pergerakan harga minyak mentah WTI selanjutnya secara teknikal, analyst Vibiz Research melihat  harga minyak  terus naik menuju resisten lemahnya di  58.00 – 59.50.  Namun jika terjadi pergerakan sebelinya akan turun menuju support kuatnya di 56.90 – 55.10.

 

Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group
Editor: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here