(Vibiznews – Commodity) – Harga kakao berjangka yang diperdagangkan di bursa ICE New York dan berakhir pada hari Selasa (05/03) anjlok parah masuki hari ke-3 berturut hingga terjun ke posisi terendah 2-1/2 bulan. Demikian juga harga kakao di bursa ICE London terjun ke posisi terendah dalam 1 bulan.
Harga kakao berjangka ICE New York dijual pada level terendah oleh prospek untuk pasokan global yang melimpah bahwa petani Pantai Gading mengirim 1,505 MMT kakao ke pelabuhan selama 1 Oktober-3 Maret, naik 8,5 % dari waktu yang sama tahun lalu. Demikian data 11 Februari dari Ghana, produsen kakao terbesar kedua di dunia, menunjukkan hasil yang kuat karena pembelian kakao dari petani kakao Ghana naik 15,4% y/y menjadi 644.318 MT selama tujuh belas minggu pertama panen sejak 5 Oktober – 31 Januari.
Tekanan harga juga bertambah oleh laporan bursa komoditi internasional (ICE) bahwa stok kakao yang disimpan di gudang naik ke level tertinggi 4-1/4 bulan pada 3,947 juta kantong pada hari Kamis.
Harga kakao berjangka untuk kontrak paling ramai yaitu bulan Maret di ICE New York turun 61 atau 2,75 persen pada posisi $2156 per ton. Untuk harga kakao berjangka kontrak bulan Maret di bursa London turun 47 atau 2,81% berada pada posisi 1655 pound per ton.
Harga kakao bergerak lebih rendah pekan lalu setelah Olam International Ltd memproyeksikan surplus kakao global meningkat menjadi sekitar 100.000 MT pada tahun 2018/19. Juga, ICCO mengatakan pihaknya melihat surplus kakao global 2018/19 39.000 MT dan memperkirakan bahwa produksi kakao Pantai Gading 2018/19 akan naik 7,5% y/y menjadi 2,15 MMT karena kekhawatiran El Nino dan angin Harmattan memudar.
Peningkatan pasokan saat ini adalah negatif untuk harga setelah stok kakao yang disimpan di gudang yang dipantau ICE naik ke level tertinggi 4-1/2 bulan di 3,970 juta kantong Jumat lalu.
Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka yang diperdagangkan di bursa London akhir sesi pada esok hari diperkirakan meningkat aksi bargain hunting pasar dan lebih kuat lagi jika dolar AS melemah.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang