Survei Terbaru: Industri Finansial Inggris Jatuh ke Outlook Tersuramnya Sejak Krisis 2008

1223

(Vibiznews – Economy and Banking) – Optimisme terhadap prospek bisnis di antara perusahaan sektor industri jasa finansial Inggris dilaporkan turun pada laju tercepatnya sejak krisis keuangan tahun 2008, di tengah concern tentang rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa, demikian sebuah survei menunjukkan pada Senin ini (25/3).

Volume bisnis di antara 84 perusahaan finansial terkemuka yang disurvei juga merosot pada tingkat tercepatnya sejak September 2012, demikian hasil survei terbaru dari Confederation of British Industry (CBI) dan PwC (PricewaterhouseCoopers) yang dilansir Reuters Senin (25/3).

Memuncaknya kemuraman prospek dari bank, asuransi, manajer investasi dan perusahaan keuangan lainnya muncul sementara PM Inggris Theresa May berjuang untuk mendapatkan persetujuan nego dengan Uni Eropa, yang telah dua kali ditolak melalui parlemen Inggris yang terbelah.

Survei CBI/PwC juga menunjukkan industri manajemen investasi mengalami penurunan paling tajam dalam pertumbuhannya, karena investor lebih mempertahankan kas mereka di tengah pasar yang bergejolak, sementara broker asuransi hanyalah satu-satunya spot yang terang.

Temuan tambahan lagi, aspek ketenagakerjaan di seluruh jasa keuangan disebutkan telah turun pada laju tercepat dalam empat tahun terakhir, didorong terutama oleh PHK di sektor perbankan karena bank-bank memangkas jaringan cabang mereka, termasuk juga posisi di luar negeri untuk memangkas biaya, demikian dikutip dari Reuters (25/3).

 

Analis Vibiz Research Center melihat memang tahun-tahun ini merupakan periode tantangan besar bagi industri sektor finansial, praktis seluruh dunia. Terutama dengan adanya disrupsi keuangan digital, yang menyebabkan bangunan fisik cabang-cabang bank semakin kurang diperlukan, serta sejumlah posisi tenaga kerja bank kecenderungannya dapat diganti oleh teknologi berbasis AI. Belum lagi dengan sejumlah kemudahan yang ditawarkan aneka fintech sebagai pesaing bank langsung yang telah menggeser gaya hidup transaksi keuangan masyarakat. Sementara untuk Inggris, tantangan ini ditambah lagi dengan isyu Brexit yang tidak kunjung tuntas penyelesaiannya.

Itu sudah menjadi fakta. Yang perlu diwaspadai, apakah kesuraman outlook dari industri keuangan di Inggris ini akan menyebar ke berbagai belahan bumi, mengingat Inggris adalah salah satu pusat keuangan dunia yang utama? Kalau isyu ini dikombinasikan dengan merebaknya kekhawatiran dewasa ini tentang akan datangnya resesi pada ekonomi AS, akankah menimbulkan pesimisme keuangan global? Semoga tidak demikian. Tetapi ini yang perlu diwaspadai pengaruhnya terhadap pasar uang dan modal kita di Indonesia.

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here