(Vibiznews – Commodity) – Harga gula mentah berjangka yang diperdagangkan di bursa komoditas internasional ICE New York yang berakhir hari Rabu (24/04) rebound kuat dari posisi terendah 2 hari. Namun untuk harga gula putih di bursa ICE London turun dari posisi tertinggi 1 bulan.
Harga gula mendapat dukungan data dari Conab, agensi tanaman nasional Brasil yang menunjukkan produksi gula 2018/19 di Brasil pada tahun pemasaran yang berakhir 31 Maret turun 17,2% y/y ke level terendah 11-tahun 31,4 MMT. Conab juga melaporkan bahwa jumlah tebu yang dialihkan ke produksi gula pada 2018/19 turun ke rekor terendah 36,4% dibandingkan 45,9% pada 2017/18, dan bahwa produksi etanol Brasil 2018/19 naik + 23,3% y/y ke 33,6 bln liter.
Reli harga minyak mentah Selasa ke level baru 5-3/4 bulan adalah faktor bullish untuk harga gula. Harga minyak mentah yang lebih tinggi menguntungkan harga etanol dan mungkin mendorong pabrik-pabrik gula Brasil untuk mengalihkan lebih banyak tebu yang dihancurkan menjadi produksi etanol daripada produksi gula, sehingga membatasi pasokan gula.
Harga gula putih di bursa London turun kembali dari tertinggi 1 bulan dan ditutup lebih rendah setelah poundsterling jatuh ke level terendah 2 bulan, karena Gula London dihargai dalam pound Inggris.
Harga gula mentah kontrak bulan Juli akhir perdagangan bursa New York ditutup naik 0,13 poin atau 1,02% pada harga $12,90 per lb. Namun untuk harga gula putih kontrak bulan Agustus yang terpantau di bursa London ditutup turun 0,50 poin atau 0,15% pada harga $338.20.
Faktor pendukung lain untuk gula adalah proyeksi Kamis lalu dari FAS USDA bahwa output gula 2019/20 Thailand, terbesar keempat di dunia, akan turun sebesar -2% y/y hingga 13,9 MMT.
Untuk perdagangan selanjutnya hingga sesi Amerika malam nanti, analis Vibiz Research Center memperkirakan secara teknikal harga gula di ICE New York berpotensi retreat oleh lemahnya harga minyak mentah.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang
