(Vibiznews – Commodity) Harga minyak stabil pada hari Selasa (20/20) tetapi masih dibayangi tekanan dari kenaikan produksi Libya dan kekhawatiran penurunan permintaan akibat peningkatan kasus virus corona.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) A.S. naik 13 sen, atau 0,3% menjadi $ 40,96.
Harga minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan naik 5 sen, atau 0,1%, pada $ 42,67 per barel.
Kedua kontrak telah diperdagangkan dalam kisaran sempit sekitar $ 2 hingga $ 2,50 per barel selama dua minggu terakhir.
Kasus COVID-19 mencapai 40 juta pada hari Senin, menurut penghitungan Reuters, dengan gelombang kedua yang tumbuh di Eropa dan Amerika Utara memicu berbagai tingkat tindakan penguncian.
Sebuah pertemuan pada hari Senin dari panel menteri Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC +, berjanji untuk mendukung pasar minyak karena kekhawatiran tumbuh atas kasus virus corona yang melonjak.
Untuk saat ini OPEC + berpegang pada kesepakatan untuk mengekang produksi sebesar 7,7 juta barel per hari (bph) hingga akhir tahun dan kemudian meningkatkan produksi sebesar 2 juta barel per hari pada bulan Januari.
Anggota OPEC Libya, yang dibebaskan dari pemotongan, meningkatkan produksi setelah konflik bersenjata menutup hampir semua produksi negara itu pada Januari.
Produksi dari ladang terbesarnya, Sharara, dilanjutkan pada 11 Oktober dan sekarang mencapai sekitar 150.000 barel per hari, sekitar setengah dari kapasitasnya, dua sumber industri mengatakan kepada Reuters.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk selanjutnya harga minyak berpotensi naik dengan harapan stimulus fiskal AS. Namun masih dibayangi pelemahan seiring peningkatan kasus virus corona dan peningkatan produksi Libya. Harga minyak diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $ 41,40-$ 41,82, namun jika harga turun akan bergerak dalam kisaran Support $ 40,70-$ 40,51.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting
