Proyeksi Pergerakan USDJPY 2021; Kekuatan Yen Berpotensi Lanjut

1010
usdjpy
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Forex) – Tahun 2020 merupakan tahun pergerakan yang sangat ekstrem bagi  pasar forex, demikian dengan pergerakan mata uang yen Jepang terhadap dolar AS dalam pair USDJPY. Secara konvensional pair USDJPY yang menyatakan nilai dolar AS dalam yen selalu menjadi barometer perdagangan aset risiko, dimana ketika perdagangan aset risiko melemah maka pair juga melemah demikian sebaliknya. Namun pada perdagangan forex tahun 2020 terjadi perubahan, dimana ketika perdagangan aset risiko meningkat pair justru melemah.

Pada tahun pandemi ini, perdagangan aset risiko ambruk di kuartal pertama tahun 2020, kemudian beranjak pulih dan cetak rekor tertinggi masuki kuartal kedua hingga akhir tahun. Namun pada periode yang sama posisi pair USDJPY menunjukkan pergerakan turun dari kuartal kedua hingga akhir tahun ini. Posisi pair secara tahunan anjlok 5,4% tahun ini hingga turun ke posisi terendah sejak April 2016 pada perdagangan awal bulan Maret 2020.

Review Pergerakan Yen Jepang Terhadap Dolar AS 

Pulihnya perdagangan aset risiko tahun ini telah memberikan tekanan bagi perdagangan mata uang safe haven seperti dolar AS dan yen Jepang. Namun sebagai mata uang safe haven, posisi dolar AS jatuh lebih besar dibandingkan dengan posisi yen Jepang sepanjang tahun ini.

Gambar 1: Chart Pergerakan weekly USDJPY Sepanjang Tahun 2020

Baik dolar AS dan yen Jepang secara historis digolongkan sebagai tempat berlindung yang aman di pasar forex. Fungsi dolar AS sebagai tempat berlindung yang aman karena nilainya sebagai mata uang cadangan dunia; ini adalah mata uang yang paling banyak dipegang di antara bank sentral, dan merupakan mata uang pilihan untuk menentukan harga komoditas seperti minyak. Namun kedua mata uang ini memiliki karakter yang sedikit berbeda pada tahun ini. Berikut hal yang membuat pergerakan yen Jepang lebih unggul dari dolar AS:

  1. Current Account.

Karakteristik Jepang yang stabil secara politik dan memiliki surplus neraca berjalan yang positif adalah alasan yang lebih konvensional untuk membenarkan penempatan yen dalam kelas safe-haven. Sementara itu kondisi Amerika Serikat dengan permasalahan politik dalam negerinya menjadikan posisi safe haven dolar jauh lebih terpolarisasi. Kondisi ini juga dibuktikan dengan posisi transaksi berjalan yang selalu defisit dan tahun ini  defisitnya semakin membesar.

GAMBAR 2: Grafik Perbandingan Current Account Jepang dan Amerika Serikat.

2. Menghadapi Pandemi Virus Corona

Sejak jatuhnya korban terinfeksi pada bulan Februari hingga  pertengahan Desember, AS melaporkan lebih dari 17,5 juta kasus pada populasi 332 juta, sementara Jepang telah memiliki 187 ribu kasus dari total populasi 126 juta. Jepang memiliki total 2.740 kematian, sementara AS melaporkan sekitar 320.000 pada pertengahan Desember.

Jepang memiliki keunggulan budaya memakai masker dimana negara itu memiliki tingkat polusi yang tinggi sejak gempa bumi Maret 2011 dan bencana PLTN Fukushima, telah membuat penggunaan masker wajah menjadi hal yang lumrah di negara tersebut. Budaya itu bisa sebagai alasan sedikitnya kasus covid-19 yang dialami Jepang.

Sikap pemerintah menghadapi pandemi berbeda, Amerika Serikat sempat menerapkan lockdown dengan New York sebagai pusat ekonomi menjadi pusat pandemi pada bulan Maret. Namun hingga akhir tahun ini tidak ada lagi penerapan lockdown, lain halnya di Jepang yang sejak awal pandemi hanya menerapkan penguncian temporal dan lokal hingga akhir tahun ini.

3. Perekonomian anjlok dan pulih di Q3/2020
Kedua negara mengalami kejatuhan ekonomi pada kuartal pertama dan kuartal kedua tahun ini akibat pandemi. Kemudian ekonomi  benar-benar pulih di triwulan ke-3 dimana Produk Domestik Bruto Jepang melonjak 21,4% dalam jangka waktu tahunan, kontras dengan rekor penurunan bersejarah 28,8% yang tercatat pada kuartal kedua. Hal serupa terjadi di AS karena PDB melonjak 33,1% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menyusul penurunan 31,4% di triwulan ke-2. Namun demikian, kinerja ekonomi kedua negara masih jauh di bawah tingkat pra-pandemi.

Gambar 3: Grafik Perbandingan PDB Amerika Serikat dan Jepang 

Namun dari sisi pasar tenaga kerja, AS kehilangan sekitar 22 juta pekerjaan antara Maret dan April dan berhasil memulihkan hampir setengah dari pekerjaan itu antara Mei dan November. Laporan Nonfarm Payroll terbaru menunjukkan bahwa negara itu menambahkan sedikit 245 ribu posisi baru di bulan November. AS membutuhkan beberapa tahun untuk kembali ke level sebelumnya dengan kecepatan seperti itu. Sedangkan Jepang kehilangan lebih dari 70.000 pekerjaan karena pandemi, menurut data November.

4. Kebijakan Bank Sentral mempertahankan kebijakan ultra-longgar
Dampak berkepanjangan dari pandemi COVID-19 mengakibatkan bank sentral di seluruh dunia meluncurkan program pembelian dan pinjaman aset sambil mempertahankan suku bunga utama di rekor terendah.  Pada pertemuan Desember, Bank of Japan (BOJ) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di -0,1% dan target imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun di 0,0%. Ini juga memperpanjang program pinjaman darurat enam bulan hingga September 2021. BOJ mengumumkan akan melakukan penilaian tentang pelonggaran moneter yang lebih efektif dan berkelanjutan,  dan berjanji untuk mempertahankan pelonggaran moneter saat ini sampai inflasi mencapai tujuan 2%.

Gambar 4: Grafik Perbandingan Suku Bunga

Federal Reserve menurunkan suku bunga sebanyak 2 kali pada bulan Maret, pertama menurunkan sebesar 50bps menjadi 1-1,25 persen kemudian 2 pekan kemudian diturunkan sebesar 100bps menjadi 0-0,25 persen dan meluncurkan program pelonggaran kuantitatif sebesar $ 700 miliar untuk melindungi ekonomi AS dari efek virus corona.  Kemudian Federal Reserve meluncurkan paket stimulus baru pada bulan  April hingga $ 2,3 triliun.

Sebelum pandemi, inflasi AS hampir mencapai stabilitas di atas 2% yang terkenal itu, sedangkan inflasi Jepang tetap jauh darinya. Deflasi ringan yang persisten di Jepang tidak hanya terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang lemah tetapi juga populasi yang menua.

Proyeksi Fundamental 2021

Dunia telah memasuki tahap penurunan konsumsi termasuk lapangan kerja. Pemerintah dan bank sentral telah mengerahkan segala upaya untuk mendukung stabilitas keuangan, baik dari sisi persamaan ekonomi, permintaan maupun penawaran. Sejauh ini, aksi besar-besaran sudah cukup untuk menjaga perekonomian tetap bertahan. Pertumbuhan, tekanan inflasi dan penciptaan lapangan kerja untuk generasi mendatang masih belum terlihat.

Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan global diproyeksikan pada 5,4% untuk tahun 2021. Itu akan berada di bawah level pra-pandemi, tetapi merupakan langkah ke arah yang benar. Jadi tahun 2021 masih merupakan suatu proses dalam pemulihan.

Mengingat kinerja Jepang yang lebih baik dalam mengendalikan wabah dan tradisi disiplinnya yang panjang, tampaknya fundamental raksasa ekonomi Asia itu memiliki keunggulan dibandingkan saingan Baratnya dalam hal kembali normal.

Di sisi lain, AS adalah negara konsumen dan kuncinya adalah penciptaan lapangan kerja. Jika AS mampu menciptakan lapangan kerja, ekonomi lokal akan berkembang. Dan inflasi akan berjalan menuju target bank sentral jauh lebih cepat daripada di Jepang, yang tidak mampu mengalahkan deflasi selama beberapa dekade.

Proyeksi Teknikal 2021

Posisi pair USDJPY telah berada dalam tren bearish selama empat tahun berturut-turut. Pada Januari 2017, pasangan dibuka di 116,85 dan mencapai puncaknya di 118,60. Sepanjang 2018, dolar mengungguli yen, tetapi tertinggi tahun ini ditetapkan pada 114,54. Kemudian pada 2019 lanjut lemah dan mencapai puncaknya di 112,24 pada Februari 2020.

Jika melihat posisi terakhir tahun 2020 pair USDJPY berada di bawah indikator SMA200 dibawah kisaran 110.00. Sehingga trend bearish tampak kuat akan terjadi sepanjang tahun 2021.

R3 R2 R1 S1 S2 S3
118.60 110.14 105.65 101.17 98.15 89.74

Untuk pergerakan pair selanjutnya secara teknikal , penulis menentukan pair masih akan bergerak di kisaran support S1 hingga kuartal pertama. Kemudian berpotensi naik pada kuartal kedua hingga kisaran R1, namun jika tidak tembus akan meluncur kembali ke S1 hingga S2. Jika posisi pair mencapai kisaran S2, diperkirakan hingga akhir tahun 2021 akan turun terus ke S3.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here