(Vibiznews – Commodity) Harga minyak turun pada hari Senin (18/01) karena penguatan dolar AS dan kekhawatiran atas melonjaknya kasus COVID-19.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 9 sen, atau 0,17%, menjadi $ 52,27.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 15 sen, atau 0,27%, menjadi $ 54,95 per barel.
Harga minyak telah menguat dalam beberapa pekan terakhir, didukung oleh peluncuran vaksin COVID-19 dan pemotongan produksi yang mengejutkan oleh Arab Saudi. Namun, lambannya vaksinasi telah menimbulkan keraguan tentang seberapa cepat perekonomian dapat pulih.
Seorang pejabat Inggris mengatakan peluncuran vaksin Inggris dibatasi oleh proses manufaktur yang “tidak mulus”, dan Pfizer mengatakan mereka mendistribusikan lebih sedikit dosis di Eropa pada Januari daripada yang dikontrak semula.
Dolar AS menguat untuk hari ketiga berturut-turut pada hari Senin ke level tertinggi empat minggu, membebani harga minyak mentah. Minyak biasanya dihargai dalam dolar, jadi dolar AS yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.
Harga juga mendapat dukungan dalam penurunan produksi minyak Libya, dengan Perusahaan Minyak Waha mengurangi produksi hingga 200.000 barel per hari karena pemeliharaan pada pipa utama yang menghubungkan ladang minyak Al-Samah dan Al-Dhahra ke pelabuhan Es Sider.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak akan mencermati pergerakan dolar AS, yang jika terus menguat akan menekan harga minyak. Namun jika penguatan dolar AS mereda dan sentimen pemotongan produksi Arab Saudi kembali muncul, akan dapat menguatkan harga minyak. Harga minyak diperkirakan bergerak dalam kisaran Support $ 52,20-$ 52,00. Namun jika naik, akan bergerak dalam kisaran Resistance $ 52,38-$ 52,45.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting