(Vibiznews – IDX Stocks) – Perusahaan tambang emas milik taipan Peter Sondakh dari Grup Rajawali, PT Archi Indonesia menargetkan bisa mengantongi dana di kisaran Rp 3,72 triliun-Rp 3,97 triliun dari penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan prospektus yang dirilis perusahaan, Senin ini (31/5), jumlah saham yang dilepas dalam aksi korporasi ini sebanyak 4.067.500.000 saham dengan nominal Rp 10/saham atau setara dengan 20% dari modal yang ditempatkan dan disetor setelah penawaran umum. Saham ini ditawarkan dengan harga Rp 750 hingga Rp 800/saham.
Saham yang dilepas ini terdiri dari 3.725.000.000 yang merupakan saham lama milik induk usahanya, PT Rajawali Corpora. Sisanya 1.242.500.000 yang merupakan saham baru yang diterbitkan dalam rangka aksi korporasi ini.
Dana ini rencananya akan digunakan untuk pembayaran pokok utang perusahaan dan anak usahanya dengan porsi sebesar 90% dari dana IPO ini. Sedangkan 10% sisanya akan digunakan untuk pembiayaan modal kerja dan operasional perusahaan bersama dengan anak usahanya PT Meares Soputan Mining (MSM) dan/atau PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN).
Hingga akhir Desember 2020 lalu perusahaan memiliki utang bank total mencapai US$ 394,45 juta (Rp 5,71 triliun, asumsi kurs Rp 14.500/US$).
Untuk aksi korporasi ini perusahaan telah menunjuk lima sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efeknya, yakni PT BNI Sekuritas, PT Citigroup Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, PT Mandiri Sekuritas dan PT UOB Kay Hian Sekuritas.
Masa penawaran IPO ini akan dilakukan mulai 31 Mei hingga 9 Juni 2021 dan ditargetkan untuk bisa mendapatkan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 18 Juni 2021.
Penawaran umum saham akan dilakukan pada 22-24 Juni 2021 dan ditargetkan untuk tercatat di BEI pada 28 Juni 2021.
Dari sisi kinerja, hingga akhir Desember 2020 perusahaan mengantongi pendapatan US$ 393,30 juta (Rp 5,70 triliun, kurs Rp 14.400/US$), naik 2,50% secara tahunan (year on year/YoY) dari pendapatan di periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 383,69 juta.
Sedangkan laba bersih perusahaan di periode tersebut mencapai US$ 123,33 juta (Rp 1,78 triliun), tumbuh 32,62% YoY dari posisi US$ 92,99 juta di akhir 2019.
Total aset perusahaan hingga 31 Desember 2020 mencapai US$ 600,23 juta, posisi ini turun dari akhir periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai US$ 613,40 juta. Terdiri dari aset lancar senilai US$ 101,94 juta dan aset tak lancar US$ 498,29 juta.
Dari pos liabilitas, nilainya mencapai US$ 505,89 juta pada akhir tahun lalu, naik dari posisi akhir 2019 yang senilai US$ 439,59 juta. Liabilitas jangka panjang mencapai US$ 125,99 juta dan jangka panjang senilai US$ 379,89 juta.
Nilai ekuitas perusahaan pada periode ini mencapai US$ 94,34 juta, turun tajam dari posisi akhir 2019 yang senilai US$ 173,80 juta.
Mari mengenal calon emiten baru di BEI ini, PT Archi Indonesia adalah salah satu produsen emas terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Sejak berdiri tahun 2010, perusahaan ini telah mampu melakukan pemrosesan lebih dari 8 ton emas per tahun.
Archi Indonesia memiliki sejarah panjang yang membanggakan dalam pelaksanaan eksplorasi, penemuan, pengembangan, dan kegiatan operasional. Setahun setelah resmi berdiri, Archi melakukan penuangan emas pertama di Proyek Toka Tidung, di bawah PT Meares Soputan Mining (MSM) dan PT Tondano Nusajaya (TTN). Pada tahun 2014, Archi memegang 100% saham MSM dan TTN melalui akuisisi Archipelago Resources Pte Ltd dari Archipelago Resources Plc.
Melalui Proyek Toka, Archi mengelola tambang terbuka untuk mineral emas dan perak berskala menengah di Minahasa Utara dan Bitung, Sulawesi Utara, Indonesia. Dalam keberlangsungannya, Proyek Toka mengedepankan efisiensi biaya tinggi dan kegiatan operasional yang berkelanjutan.
Selasti Panjaitan/Vibiznews
Editor : Asido Situmorang